Sabtu, 15 November 2014

ANALISA JURNAL :Diabetes Melitus



KEPERAWATAN GERONTIK
ANALISA JURNAL
SISTEM ENDOKRIN ( DIABETES MELITUS )

DI SUSUN OLEH :

HAERUL ANWAR
KP.1200867
KELAS :B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
2014


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Kepala Instalasi Pelayanan Pelanggan dan Humas RSUP Persahabatan, Any Reputrawati, di Jakarta, Rabu (19/11) mengatakan, tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia peringkat keempat jumlah penderita diabetes melitus terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina.
Berdasarkan hasil survei tahun 2003, prevelansi diabetes melitus di perkotaan mencapai 14,7 persen dan di pedesaan hanya 7,2 persen. Penyakit diabetes melitus saat ini bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Kurang berolahraga dan sering menkonsumsi makanan tak sehat seperti makanan cepat saji (fast food) bisa memicu penyakit diabetes melitus.
Hasil  Survei  Kesehatan  Rumah T angga  pada  tahun  1995,  menunj ukkan bahwa  semenjak  dekade  1990,  terjadi peningkatan  pasien  penyakit  metaboli c, diantaranya  adalah  DM,  dengan  perkiraaan 16  per  1000  penduduk  Indonesia  menderita DM  (Dep.Kes.RI,  1999).  Diperkirakan  pada tahun  2020,  jumlah  penduduk  diatas  umur  20 tahun  yang  menderita  DM  sebanyak  7  juta orang,dengan  asumsiprevalensi   DM  sebesar 4%.  Sehingga  pengelolaan  DM  tidak  mungkin hanya  di serahkan  pada  dokter,  perawat,  ahli gizi,  akan  tetapi  diperlukan  partisipasi  aktif pasien  dan  keluarganya  (Dep.Kes.RI,  1999).
Prevalensi  diabetes  mellitus  di  masyarakat  Indonesia  yang  dikutip  dari berbagai  hasil  penelitian  yang  telah  dilakukan  adalah  sebesar  1,5    2,3  %  pada penduduk  usia  lebih  dari  15  tahun.  Angka  kejadian  ini  diperkirakan  akan  terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari angka kejadian diabetes mellitus  di  Jakarta  pada  tahun  1982  sebesar  1,7  %  menjadi  5,7  %  pada  tahun 1993.


BAB II
INTISARI
A.    Pendahuluan
Penderita  Diabetes  melitus  diperkirakan  akan  terus  meningkat  dari tahun  ke  tahun.  Menurut  World  Health Organization  (WHO)  penderita  DM  pada tahun  2000  adalah  135  juta  dan diperkirakan  akan  menjadi  366  juta  orang di  tahun  2025.  Kawasan  Asia  diperkirakan mempunyai  populasi  penderita  DM terbesar  di  dunia.  Berdasarkan  penelitian Departemen  Kesehatan  tahun  2001,  untuk jenis  penyakit  DM  di  Indonesia  menempati urutan  keempat  di  dunia  setelah  India, China  dan  Amerika  Serikat.T ercatat  7,5% penduduk diPulau Jawa danBali, baik pria maupun  wanita  menderita  DM (Hardjosubroto, 2007).
Seiring  dengan  pola  pertambahan penduduk, pada 2005 di Indonesia ada 171 juta penduduk berusia di atas 15 tahun dan dengan  asumsi  prevalensi  DM  maka terdapat  kira-ki ra  24  juta  penderita  DM. Kasus  DM  yang  ditemukan  di  Provinsi Jawa  T engah  khususnya  sebanyak 151.075.  Rata-rata  kejadian  kasus  DM pertahun  di  Jawa  T engah  adalah  4.316,42 kasus  (Dinas  Kesehatan  Prop.  Jawa T engah, 2005).
Penyakit  DM  sering  menimbulkan komplikasi  berupa  stroke,  gagal  ginjal, jantung,  nefropati,  kebutaan  dan  bahkan harus  menjalani  amputasi  jika  anggota badan  menderita  luka  gangren  (Annisa, 2004).  Selain  terjadi  komplikasi,  DM  juga dapat menimbulkan dampak sosio ekonomi penderita,  karena  DM  menimbulkan beberapa  kerugian  yang  digolongkan menjadi  kerugian  langsung  dan  kerugian tidak  langsung.  Kerugian  langsung  meliputi biaya  perawatan  gawat  darurat,  opname, pelayanan-pelayanan  medis,  rawat  jalan penderita,  pembedahan,  obat-obatan,  uji laboratoris  serta  biaya  peralatan.  Kerugian tidak  langsung  mencakup  kematian prematur,  kehilangan  hari  kerja  yang mengakibatkan  hilangnya  pendapatan  dan penghasilan,  pembayaran  asuransi, kerugian  perorangan  serta  hal-hal  yang tidak  bisa  dihitung  seperti  rasa  nyeri  dan penderitaan (Price, 1994).
Pada  sebagian  penderita  DM, sering  disertai  adanya  obesitas,  riwayat keluarga  mengidap  diabetes  seperti  orang tua,  atau  saudara  kandung,  faktor  usia (berusia  lebih  dari  45  tahun),  kelompok etnis  tertentu,  dan  kehamilan.  Pada sebagian  penderita  DM  yang  lain  terdapat peningkatan  tekanan  darah,  kadar trigliserida,  kadar  kolesterol,  inaktivitas fisik,  dan  proses  penuaan  (Sherwood, 2001).
Pengobatan  DM  memerlukan peran  serta  aktif  penderitanya. Pengetahuan  penderita  tentang  faktor  risiko  sangat  penting  untuk  dapat  menjadi dasar  menetapkan  tindakan  meminimalkan angka  kejadian  penyakit  DM  yang  semakin meluas  pada  sosial  ekonomi  rendah,  usia muda  maupun  pekerja  kasar.  Untuk merancang  pendekatan  agar  tercapai keberhasilan  dalam  pengobatan  maka perlu  diketahui  bagaimana  persepsi penderita  akan  penyebab  penyakit  dan dampak  yang  dirasakan  akibat  penyakit tersebut.  Penelitian  bertujuan  untuk mengeksplorasi    bagaimana  persepsi penderita  akan  faktor-faktor  penyebab penyakit  dan  dampak  penyakit  Diabetes Melitus  pada  penduduk  di  wilayah Puskesmas  Purwokerto  Barat,  Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas.
B.     Metode Penelitian
Penelitian  ini  menggunakan  desain deskriptif  kualitatif  untuk  menggali pemahaman  penderita  akan  penyebab penyakit  yang  di deritanya  dan  dampak yang  di alaminya. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. Baik penelitian kualitatif maupun deskriptif, keduanya mendeskripsikan fenomena yang terjadi secara alami tanpa adanya interferensi dari sebuah eksperimen atau suatu perlakuan tertentu yang direncanakan. Keduanya berkaitan dengan pendeskripsian, tetapi pendekatan penelitian berasal dari perspektif yang berbeda.
Desain  ini  dipilih  dengan alasan  desain  ini  memberikan  kesimpulan yang  komprehensif  engenai  suatu kejadian  dalam  kehidupan  sehari-hari  dan menjadi  metode  utama  ketika  penelitian ingin  mendapat  jawaban  langsung  atas pertanyaan-pertanyaan  yang  berkaitan dengan praktek (Sandelowski 2003). Instrumen  penelitian  ini menggunakan  panduan  wawancara dengan pertanyaan terbuka.Pertanyaan ini dikembangkan  dari  beberapa  literatur  yang membahas  penyebab  dan  dampak Diabetes  mellitus.  Memastikan  validitas  i si, panduan  wawancara  dinilai  oleh  dua  orang lulusan  yang  secara  khusus  mengampu mata  ajar  medikal  bedah.  Pertanyaan terbuka  dalam  panduan  wawancara memberikan  batasan  yang  fleksibel  dalam wawancara  dimana  partisipan  didorong untuk  mendiskusikan  topic  yang  berkaitan dengan  penyebab  dan  dampak  penyakit. Ide-ide  yang  muncul  selama  wawancara digunakan  untuk  menciptakan  diskusi  yang mendalam dengan partisipan.
Dalam  penelitian  ini  pengumpul an data  dan  analisa  data  berjalan  secara simultan.  Baik  dalam  pengumpulan  data maupun  analisa  data  memerlukan fleksibilitas.  Setelah  wawancara,  data ditranskripkan,  kemudian  dicari  kata  kunci dan  konsep  yang  ada  di  dalamnya.  Data kemudian  dikategorikan  sesuai  i si. Selanjutnya  transkrip  dibaca  kembali  untuk memastikan kesesuaian isi. Kredibilitas  dalam  metodol ogi  ini dilakukan  sepanjang  pengumpulan  dan analisa  data  dengan  mengulang-ulang  dan memvalidasi   kata  kunci.  Dan  pada  akhir wawancara,  peneliti  menyimpulkan  hasil wawancara  dan  menanyakan kebenarannya  pada  partisipan.  Penelitian ini  menerapkan  metode  triangulasi penyidi k,  dimana  anggota  tim  yang  lain mengecek kebenaran data yang diperoleh.Data  yang  telah  diperoleh  dilengkapi  oleh wawancara  anggota  tim  yang  lain  di  waktu yang berbeda.
Sebelum  penelitian  dilakukan, pertimbangan  etik  dilakukan  untuk melindungi  hak-hak  partisipan.  Persetujuan etik  dan  ijin  penelitian  diperoleh  dari pejabat  setempat.  Seluruh  partisipan mendapatkan  penjelasan  secara  lisan mengenai  tujuan  penelitian.  Tiap  partisipan mengisi informed consent yang didalamnya memastikan  bahwa  peneliti  akan  menjaga kerahasiaan dan anonimitas.
C.    Hasil Penelitian
Jumlah  partisipan  dalam  penelitian ini  sebanyak  7  orang.  Karakteristik partisipan  dapat  dilihat  dari  tabel   di  bawah ini.
A)    Persepsi mengenai faktorfaktor penyebab penyakit.
Hasil  analisa  data  diperoleh ada  4  inti  persepsi  penderita  akan penyebab  penyakit  diabetes  dan  ada  5 dampak utama dari penyakit tersebut.
Persepsi  I:  Diabetes  Melitus berkaitan  erat  dengan  apa  dan bagaimana makanan yang dimakan
Ketika  ditanya  apa  yang menjadi  penyebab  penyakit  yang diderita,  sebagian  besar  percaya bahwa  makanan  yang  dimakan menjadi penyebab utama. Karena  menyakini  bahwa  penyakit  ini sangat  berhubungan  dengan  makanan yang  dimakan,  maka  salah  seorang partisipan  enyatakan  bahwa kekambuhan  penyakit  juga  karena makanan.
Persepsi ke II: Munculnya penyakit berkaitan dengan stres
Tekanan kehidupan dikenali sebagai pencetus terjadinya penyakit. Seorang  ibu  juga  menyatakan  bahwa  kenaikan  gulanya  disebabkan  karena  adanya masalah.
Persepsi III: Diabetes terjadi karena ada faktor keturunan
Ada  dua  yang  menyatakan kalau  penyakit  yang  diderita  karena ada  unsur  keturunan.  Sebagian  besar menyangkal,  kalau  ada  anggota keluarga  sebelumnya  yang  menderita penyakit ini.
Persepsi ke IV: Olahraga yang tidak rutin dapat menyebabkan penyakit.
Beberapa partisipan menyatakan kurang dan jarang olah raga.
Persepsi ke V: Kelebihan berat badan.
Mayoritas  partisipan  memiliki berat  badan  yang  seimbang,  malahan cenderung  kurus.  Namun  beberapa menyatakan dahulu mereka gemuk.
B)    Dampak penyakit
Ketika  ditanya  mengenai bagaimana  dampak  penyakit  terhadap kehidupan  sehari  dan  keadaan  atau kesehatan  sekarang  ini,  partisipan memberikan  jawaban  yang  beragam. Dari  jawaban  yang  beragam,  diperoleh 4 dampak.
Dampak  I:  Tidak  enak  karena  muncul  penyakit-penyakit  yang  lain.komplikasi penyakit
Komplikasi  penyakit  seperti penglihatan  yang  kurang  tajam merupakan  hal  terasa  dalam  hari  ke hari.  Begitu  juga  hilangnya  kepekaan pada  perifer  tubuh.  Partisipan  pria  ada yang mengeluhkan masalah impotensi.
Seorang  partisipan  menyampaikan sejak sakit  diabetes,  ia  sering  kali  tidak menyadari bila ada l uka, dan kemudian luka  itu  akan  lama  sekali  sembuh. Hasil  observasi  diperoleh  data  seorang partisipan  mengalami  luka  di  ibu  jari kaki.  Kelihatan  luka  itu  sudah membaik.  Kata  partisipan  itu,  ”liat  luka ini  sudah  dari  7  minggu  yang  lalu, sekarang baru membaik...”
Dampak ke II: Penyakit ini membuat hidupjadibergantung pada orang lain
Hampir  semua  partisipan  menyampaikan  bahwa  mereka  jadi  tergantung  pada orang lain, terutama bila harus ke luar rumah,misalnya pergi berobat.
Dampak ke III: Sedih,mengapa sakit seperti ini.
Beberapa menyatakan sedih karena penyakit ini.
Dampak ke IV: Berjaga-jaga, harus selalu ada cadangan biaya untuk pengobatan.
D.    Pembahasan jurnal
MenurutAyu dan Indirawati (2004), prevalensi  DM  di  Indonesia  sebesar  1,5-2,3%  pada  penduduk  usia  >  dari  15  tahun meningkat  menj adi  5,6%  pada  tahun  1993.Di  Jakarta  prevalensi  DM  meningkat  dari 1,7%  pada  tahun  1982  menjadi  5,7%  pada tahun  1993.  DM  dapat  menyerang  warga segala  lapisan  umur  dan  sosial  ekonomi, sebagian  besar  DM  adalah  tipe  2  yang terjadi  lebih  dari  90%  biasanya  pada  usia 40  tahun  keatas.  Hal  ini   dapat  di  perkuat dengan  data  diatas  bahwa  hampir  semua penderita DM berumur antara 47-75.
Menurut  Isselbasher  (2000) dan  Sherwood  (2001),  ada  sejumlah  faktor risiko  penyebab  diabetes,  antara  lain: obesitas,  riwayat  keluarga  mengidap diabetes  (orang  tua,  atau  saudara kandung),  berusia  lebih  dari  45  tahun, kelompok  etnis  tertentu,  kehamilan, tekanan  darah  tinggi,  kadar  trigliserida dalam  darah  tinggi,  kadar  kolesterol  tinggi kurang  aktivitas  fisik  dan  proses  penuaan. Walaupun  tidak  semua  faktor  risiko penyakit  tersebut  dikemukakan  oleh partisipan,  namun  hampir  semua  persepsi akan penyebab penyakit sesuai.
Pola  makan  menjadi   utama, karena  disampaikan  oleh  hampir  semua partisipan.  Makanan  yang  dikonsumsi diyakini  menjadi  penyebab  penyakit  dan meningkatnya  gula  darah.  Perubahan  diet,seperti  mengkonsumsi  makanan  tinggi lemak  menjadi  penyebab  terjadinya penyakit  diabetes,  terutama  di  daerahdaerah  (DucSon,  Kusama,  Hung,  Loan,  N. dkk,  2004).  Menurut  Godam  (  2006)  dan Brunner  (2001)  menyatakan  bahwa diabetes  mellitus  adalah  suatu  kondisi terganggunya  metabolisme  di  dalam  tubuh dikarenakan  ketidakmampuan  bagian tubuh  membuat  atau  menyuplai  hormon insulin  yang  menyebabkan  terjadinya peningkatan  gula  darah  melebihi  nilai normal.
Melihat  bagaimana  para  penderita mempersepsikan  penyebab  penyakitnya, maka  menjadi  tanggungjawab  pemberi pelayanan  kesehatan  untuk  menjelaskan bagaimana  proses  penyakit  ini  terjadi. Persepsi  partisipan  ini  akan  dibawa  dan diajarkan  kepada  keluarga  dan keturunannya.  Dengan  mengetahui  proses perjalanan  penyakit  partisipan  akan  dapat menjelaskan  dengan  lebih  baik,  karena secara  langsung  mengalami  tanda  dan gejala penyakit. Olah raga perlu ditekankan mengingat  penelitian  terkait  membuktikan bahwa  dengan  olah  raga  teratur  dapat memperlambat  progresivitas  penyakit. Plotnikoff,  Brez,  dan  Hotz,  (2000)  menggali faktor-faktor  yang  mendorong  para penderita  berolah  raga.  Hasil  yang diperoleh  bahwa  tingkat  keparahan penyakit  dan  status  ekonomi  tidak berhubungan  dengan  perubahan  perilaku berolah raga penderita diabetes, melainkan dorongan  dan  motivasi   dari  dalam  diri penderitanya.  Oleh  karena  itu  dukungan dan  penjelasan  tenaga  kesehatan  sangat diperlukan.
Dampak  yang  dialami  oleh partisipan  akibat  penyakit  diabetes  adalah sedih.  Menurut  Snoek  dan  Skinner  (2002), depresi  merupakan  dampak  psikologis utama  yang  diantara  penderita  diabetes. Etiologi  depresi  yang  dialami  belum  jelas, diduga  faktor  psikologi  dan  psikososial berperan  di  dalamnya.  Depresi   yang  terjadi dikaitkan  dengan  pengobatan  yang  terus menerus  sepanjang  hidup,  serta meningkatnya  risiko  komplikasi  akibat penyakit,  khususnya  penyakit kardiovaskular  dan  retinopati.  Kesedihan yang  disampaikan  oleh  partisipan  i ni  besar kemungkinan  berkaitan  dengan  hal  ini juga,  ditambah  biaya  pengobatan  dan ketergantungan  dengan  orang  lain  terus meningkat.



BAB III
PEMBAHASAN
A.    Tinjauan Teori
1.      Pengertian
Diabetes melitus adalah sindrom kelainan metabolisme karbohidrat yang ditandai hiperglikemia kronik akibat defek pada sekresi insulin dan atau inadekuatnya fungsi insulin. Diabetes melitus tipe-2 adalah kelompok DM akibat kurangnya sensitifitas jaringan sasaran (otot, jaringan adiposa dan hepar) berespon terhadap insulin. Penurunan sensitifitas respon jaringan otot, jaringan adiposa dan hepar terhadap insulin ini, selanjutnya dikenal dengan resistensi insulin dengan atau tanpa hiperinsulinemia.Faktor yang diduga menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia ini adalah adanya kombinasi antara kelainan genetik, obesitas, inaktifitas, faktor lingkungan dan faktor makanan.
Diabetes  Melitus  adalah gangguan  sistem  endokrin  yang dikarakteristikkan  oleh  fluktuasi  kadar  gula darah  yang  abnormal,  biasanya berhubungan  dengan  defect  produksi insulin  dan  metabolisme  glukosa (Dunning,  2003).  DM  disebabkan  oleh hiposekresi  atau  hipoaktivitas  dari  insulin. Saat  aktivitas  insulin  tidak  ada  atau berkurang  (deficient),  kadar  gula  darah meningkat  karena  glukosa  tidak  dapat masuk  ke  dalam  sel  jaringan  (Black  & Hawk, 2005).
Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian,adalah tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu.
Persepsi :merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya.Persepsi merupakan stimulus yang di indera oleh individu, di organisasikan kemudian di interpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti  tentang apa yang diindera.
2.      Penyebab
1.   Faktor keterunan
2.   Kegemukan / obesitas
3.   Tekanan darah tinggi
4.   Level kolesterol yang tinggi
5.   Gaya hidup modern yang cenderung mengkonsumsi  makanan instan 
6.   Merokok dan stres
7.   Terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat
8.   Kerusakan pada sel pankreas.
3.      Patofisiologi
Pada  manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat ( gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak). Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai energy. Supaya berfungsi sebagai energy zat makanan itu harus diolah, dimana glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energy yang disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar ( FKUI, Depkes, WHO, 2004)
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu di metabolismekan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dapat masuk ke sel dengan akibat glukosa akan tetap berada didalam pembuluh darah yang artinya kadarnya didalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber energy di dalam sel. Inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.
4.      Klasifikasi Diabetes Melitus
Ada beberapa tipe Diabetes Melitus yang berbeda. Penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi Diabetes Melitus yang utama adalah:
a.       Diabetes Melitus Tipe 1 : diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM)
Kurang dari 5-10% penderita mengalami diabetes yang tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pancreas yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses autoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar gula darah.
b.      Diabetes Melitus Tipe 2: diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non – Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM)
Kurang dari 90-95% penderita mengalami diabetes tipe 2, yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin. Diabtes tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitifitas insulin ( retensi insulin). Sebagian besar penderita diabetes tipe 2, obat oral tidak mengendalikan keadaan hyperglikemia. Sebagian penderita diabetes tipe 2 dapat mengendalikan diabetesnya dengan diet, latihan, obat hypoglikemia oral dan mungkin memerlukan penyuntikan insulin dalam periode stress fisiologi akut seperti sakit atau pembedahan.
5.      Tanda dan gejala diabetes
a.       Kelainan kulit seperti gatal dan bisul. Biasanya, bagian tubuh yang terasa gatal adalah daerah genital atau daerah lipatan kulit,seperti ketiak bawah payudara dan pelipatan paha.
b.      Katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa akibat akibat hiperglikemia
c.       Kelainan ginekologi,seperti keputihan yang di akibatkan adanya jamur candida dan kelainan pola haid.
d.      Impotensi pada laki-laki
e.       Kesemutan dan mati rasa (baal) pada jari tangan dan kaki yang di akibatkan neuropati.
6.      Pengobatan Diabetes Melitus
1.      latihan jasmani
2.      Obat-obatan
3.   Penyuluhan
B.     Kaitan jurnal dengan teori
Penyakit DM sering menimbulkan komplikasi berupa stroke, gagal ginjal, jantung, nefropati, kebutaan dan bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan menderita luka gangren (Annisa,2004). Selain terjadi komplikasi, DM juga dapat menimbulkan dampak sosio ekonomi penderita, karena DM menimbulkan beberapa kerugian yang digolongkan menjadi kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung meliputi biaya perawatan gawat darurat, opname, pelayanan-pelayanan medis, rawat jalan penderita, pembedahan, obat-obatan, uji laboratoris serta biaya peralatan. Kerugian tidak langsung mencakup kematian prematur, kehilangan hari kerja yang mengakibatkan hilangnya pendapatan dan penghasilan, pembayaran asuransi, kerugian perorangan serta hal-hal yang tidak bisa dihitung seperti rasa nyeri dan penderitaan (Price, 1994).
Karena menyakini bahwa penyakit ini sangat berhubungan dengan makanan yang dimakan, maka salah seorang partisipan menyatakan bahwa kekambuhan penyakit juga karena makanan.Komplikasi penyakit seperti penglihatan yang kurang tajam merupakan hal terasa dalam hari ke hari. Begitu juga hilangnya kepekaan pada perifer tubuh. Partisipan pria ada yang mengeluhkan masalah impotensi.
Hal ini bisa disimpulkan jika seseorang makan mempunyai gaya hidup dengan pola makan tertentu pada suatu hari maka akan sedikit banyak akan berpengaruh terhadap gula darahnya, apalagi jika makanan yang dia konsumsi tersebut banyak mengandung gula tanpa diimbangi dengan gaya hidup yang baik, misalnya berolah raga rutin. Olah raga menurut Heled, Shapiro, Shani, Moran, Langzam dkk (2002), terbukti mencegah dan memperlambat progresivitas diabetes.
Melihat bagaimana para penderita mempersepsikan penyebab penyakitnya, maka menjadi tanggungjawab pemberi pelayanan kesehatan untuk menjelaskan bagaimana proses penyakit ini terjadi.Persepsi partisipan ini akan dibawa dan diajarkan kepada keluarga dan keturunannya. Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit partisipan akan dapat menjelaskan dengan lebih baik, karena secara langsung mengalami tanda dan gejala penyakit. Olah raga perlu ditekankan mengingat penelitian terkait membuktikan bahwa dengan olah raga teratur dapat memperlambat progresivitas penyakit.Plotnikoff, Brez, dan Hotz, (2000) menggali faktor-faktor yang mendorong para penderita berolah raga. Hasil yang diperoleh bahwa tingkat keparahan penyakit dan status ekonomi tidak berhubungan dengan perubahan perilaku berolah raga penderita diabetes, melainkan dorongan dan motivasi dari dalam diri penderitanya. Oleh karena itu dukungan dan penjelasan tenaga kesehatan sangat diperlukan.
Dampak yang dialami oleh partisipan akibat penyakit diabetes adalah sedih. Menurut Snoek dan Skinner (2002), depresi merupakan dampak psikologis utama yang diantara penderita diabetes.
Etiologi depresi yang dialami belum jelas, diduga faktor psikologi dan psikososial berperan di dalamnya. Depresi yang terjadi dikaitkan dengan pengobatan yang terus menerus sepanjang hidup, serta meningkatnya risiko komplikasi akibat penyakit, khususnya penyakit kardiovaskular dan retinopati. Kesedihan yang disampaikan oleh partisipan ini besar kemungkinan berkaitan dengan hal ini juga, ditambah biaya pengobatan dan ketergantungan dengan orang lain terus meningkat.
C.    Kelebihan dari jurnal
1.      Jurnal ini membahas tentang peningkatan penyakit Diabetes Melitus yang selalu meningkat.
2.      Menjelaskan tentang persepsi Masyarakat mengenai faktor faktor penyebab penyakit Diabetes Melitus.
3.      Membahas tentang dampak penyakit terhadap kehidupan sehari dan keadaan  atau  kesehatan  sekarang  ini.
4.      Membahas tentang DM biasanya menyerang usia 40 tahun ke atas dan dapat menyerang warga segala lapisan umur dan sosial ekonomi.
D.    Kekurangan dari jurnal
1.      Tidak memberikan contoh pantangan makanan atau diet yang harus di hindari dan di konsumsi secara langsung.
2.      Tidak memaparkan pengobatan yang di berikan kepada penderita penyakit Diabetes Melitus.
3.      Tidak menjelaskan definisi metode penelitian Desain deskriptif  kualitatif.
4.      Tidak menjelaskan olahraga bagi penderita Diabetes Melitus yang harus di lakukan secara rutin.
5.      Tidak menjelaskan kompliikasi penyakit Diabetes Melitus.



BAB IV
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1.      Menganjurkan menghindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
2.      Menganjurkan Kepeda masyarakat yang menderita penyakit Diabetes Melitus untuk melakukan olahraga secara rutin dan teratur.
3.      Penyuluhan terhadap penderita DM sangat penting, karena penyakit ini menahun dan progresif. Prinsipnya meningkatkan kualitas hidup penderita.
4.      Keberhasilan terapi DM sangat ditentukan oleh peranan pasien dalam mengontrol dan merawat dirinya sendiri. Melalui edukasi pasien  akan mengetahui bagaiman usahanya sendiri atau peranannya dalam membantu terapi dokter. 
5.      Meluruska persepsi masyarakat yang salah tentang penyakit Diabetes Melitus
6.      Olahraga harus disesuikan dengan kondisi penderita.
7.      Salah satu peran perawat dalam masyarakat adalah sebagai edukator.Peran perawat sebagai edukator dalamruang lingkup komunitas berhubungan dengan kegiatan mendidik, mengarahkan dan mengawasi pembelajaran yang diberikan kepada masyarakat.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Diabetes Mellitus atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif.
Persepsi  penderita  mengenai faktor-faktor  yang  mempengaruhi terjadinya  penyakit  DM  adalah  karena  pola makan  dan  makanan  yang  dikonsumsi, tekanan  kehidupan,  keturunan,  dan  kurang olah  raga.  Dampak  yang  diakibatkan  oleh penyakit  ini  adalah  komplikasi  penyakit seperti  neuropati,  retinopati,  impoten. Dampak  yang  lain  adalah  sedih, ketergantungan  pada  orang  lain meningkat.  Penelitian  lebih  lanjut  perlu dikembangkan  untuk  menggali  apakah  ada hubungan  antara  persepsi  penyebab penyakit dan keberhasilan terapi.

B.     Saran
Bagi penderita diabetes melitus atau kencing manis sebaiknya menjaga pola makan dan diet agar kadar gula dalam darah bisa terkontrol dengan baik. Selain menjaga pola makan dan diet penderita DM juga bisa menggunakan kombinasi obat anti diabetes seperti metformin dengan glibenclamid untuk mengetahui efek penurunannya terhadap kadar gula darah.



DAFTAR PUSTAKA

Albertus,  Jacobus  dan  djokomoedjanto,  R. 2003.  Status  Mineral  Seng  dan Magnesium  Pada  Diabetes Mellitus  Tipe2 .  Bagian  Penyakit Dalam  FK-UNDIP/  RSUP  dr. Karyadi, Semarang.
Annisa,  2004,  Komplikasi  diabetes. T erdapat  dalam: http://annisaalaboratories.com/komplikasi/diabetes,  diakses  2 Maret 2008.
Arikunto,  2002,  Prosedur  penelitian  suatu pendekatan  praktik  edisi  revisi  V cetakan  12,  PT  Rineka  Cipta, Jakarta.
 Dahlan,  2005,  Besar  sampel  dalam penelitian  kedokteran  dan kesehatan, Jakarta:  Arkans. DeSantis,  L.  dan  Ugarriza,  D.  N.  2000,  The Concept  of  Theme  as  Used  in Qualitative  Nursing  Research.
Western  Journal  of  Nursing Research , 22(3),351-372. Dinas  Kesehatan  Kabupaten  Banyumas, 2006,  Profil  Kesehatan  Kabupaten Banyumas  tahun  2006, Pemerintah Kabupaten Banyumas.
Dinas  Kesehatan  Prop.  Jawa  T engah, 2005,  Profil  kesehatan  provinsi Jawa  tengah  2004,  T erdapat dalamhttp://www.dinkesjateng.org/profil2005/bab4.htm,  diakses  7 Maret 2008.
Duc  Son,    Kusama  K,  Hung,  N.T .  K,  V an Chuyen,  N.,  2004,  Prevalence  and risk  factors  for  diabetes  in  Ho  Chi Minh  City ,  Vietnam,   Diabetic Medicine, 21, 371–376 Green,  E.  C.    2001,  Can  Qualitative Research  Produce  Reliable Quantitative  Findings?  Field Methods, 13(1),3–19.
Harrison,  2000,  Prinsip-prinsip  ilmu penyakit  dalam,  Edisi  13.  Jakarta  : EGC.
Heled,  Shapiro,  Shani,  Moran,  Langzamdkk.  2002,  Physical  exercise prevents  the  development  of  type 2 diabetes  mellitus  in  Psammomys obesus,  Am  J  Physiol  Endocrinol Metab, 282: E370-E375.
Irwan,  2007,  Kadar  Faktor  V on  Willebrand pada  Penderita  DM  Tipe  2 T erkendali dan tak T erkendali yang Dipantau  dengan  HbA   1c. Y ogyakarta;  Program Pascasarjana  Universitas  Gadjah Mada,  T erdapat  dalam  diakses tanggal 7 Maret 2008.
Isselbasher  et  al,  2000.  Prinsip    prinsip ilmu penyakit dalam, Jakarta: EGC.
Jones  M.L. 2004,  Application of systematic review  methods  to  qualitative research:  Practical  issues,  Journal of  Advanced  Nursing,  48(3),  271–278.
Lely  S,  Md  Ayu,  dan  Indirawati  T .  (2004), Pengaruh  Kadar  Glukosa  Darah Y ang  T erkontrol  T erhadap Penurunan  Derajat  Kegoyahan Gigi  Penderita  Diabetes  Melitus  Di Rumah  Sakit  Persahabatan Jakarta.  Badan  Litbangkes , Jakarta.
Moleong,  Lexi,  2006,  Metode  Penelitian Kualitatif,  Remaja  Rosdakarya, Bandung.
Mulhall,  A.,  2003,  In  the  field:  notes  on observation  in  qualitative  research, Journal  of  Advanced  Nursing, 41(3), 306–313
Notoatmojo,  S,  2003, Metodologi  penelitian kesehatan  edi si  revisi ,  PT Rineka Cipta, Jakarta.
Plotnikoff,  R.C.,  Brez,  S.,  dan  Hotz,    S.B., 2000,  Exercise  Behavior  in  a Community  Sample  With  Diabetes: Understanding  the Determinants  of Exercise  Behavioral  Change,   The Diabetes Educator; 26; 450.
Price,  S.,  1994, Patofisiologi:  Konsep  klinis proses-proses  penyakit,  Jilid  2, Edisi4. Jakarta. EGC.
Sandelowski,  M  Barroso,  J,  2003,  dan Writing  the  Proposal  for  a Qualitative  Research  Methodology Project.  Qualitative  Health Research , 13(6),781-820.
Sherwood,  L,  2001,.  Fisiologi  Manusia Edisi  2;  dari  Sel  ke  Sistem. Jakarta: EGC.
Smeltzer,  C.S.,  2002,  Keperawatan Medikal-Bedak  volume2.  Jakarta: EGC.
Snoek  dan  Skinner  (2002)  Psychological counselling  in  problematic diabetes:  Does  it  help?  Diabetic Medicine,19, 265–273 Wibudi,  A.  2004.  Emosi,  Kunci  Vitalitas Penderita  DM  dan  Komplikasi   DE, terdapat  dalam  www.  Kompas.com diakses tanggal 17 Juli 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar