Sabtu, 26 Maret 2016

Kebutuhan oksigenasi pada pasien kritis



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan  tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan.Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
Saluran pernafasan dibagi menjadi 2, yaitu :
1.    Saluran pernapasan bagian atas:
a.    Hidung,
Proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung, yang mempunyai 2 lubang (kavum nasi) dan dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).
1)    Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
2)    Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
3)    Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang dinamakan karang hidung(konka nasalis) ,yang berjumlah 3 buah :
-          Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
-          Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
-          Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)
b.    Faring
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan ,terdapat dibawah dasar tengkorak ,di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Dibagi menjadi 3 bagian :
1)    Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
2)    Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring,
3)    Bagian bawah sekali dinamakan laringofarig.
c.    Laring
Saluran pernapasan setelah faring, terletak di depan  faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
d.    Epiglotis
katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses menelan makanan.
2.    Saluran pernapasan bagian bawah:
a.    Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima.
b.    Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang terdapat pada ketinggian veterbrata torakalis IV dan V dan bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri.
c.    Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d.    Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen dengan karbondioksida.
e.    Paru-Paru, merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.

B.   Proses Terjadinya Oksigenasi
1.    Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a.    Adanyakonsentrasi oksigen di atmosfer
b.    Adanya kondisi jalan napas yang baik.
c.    Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
2.    Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk kedalam darah karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
3.    Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung, kondisi pembuluh darah, latihan, perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

C.   Jenis Pernapasan
1.    Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
2.    Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses semua hormon yang dapat melebarkan saluran  pernapasan

D.   Pemeriksaan Fungsi Paru
Respirasi (Pernapasan atau ventilasi) sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi.Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru.Volume yang lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas. Sedang sisanya sebanyak 30% (150 ml) menetap di ruang rugi (anatomic dead space).
Volume total udara yang ditukarkan dalam satu menit disebut dengan minute volume of respiration (MVR) atau juga biasa disebut menit vantilasi. MVR ini didapatkan dari hasil kali antara volume tidal dan frekuensi pernapasan normal permenit.Rata-rata MVR dari 500 ml volume tidal sebanyak 12 kali pernapasan permenit adalah 6000 ml/menit.
Volume pernapasan yang melebihi volume tidal 500 ml dapat diperoleh dengan mengambil nafas lebih dalam lagi. Penambahan udara ini biasa disebut volume cadangan inspirasi (Inspiratory reserve volume) sebesar 3100 ml dari volume tidal sebelumnya, sehingga volume tidal totalnya sebesar 3600 ml.
Meskipun paru dalam keadaan kosong setelah fase ekspirasi maksimal, akan tetapi sesungguhnya paru-paru masih memiliki udara sisa yang disebut dengan volume residu yang mempertahankan paru-paru dari keadaan kollaps, besarnya volume residu sekitar 1200 ml.

E.   Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
Beberapa faktor yang mempengaruhi Kebutuhan oksigen dalam tubuh antara lain:
1.    Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut  mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat.Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana oksigen juga turun.Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya rendah.Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal.
2.    Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3.    Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
4.    Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner.Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5.    Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

F.    Gangguan Oksigenasi
Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat disebabkan adanya gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler. Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan-gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama/frekuensi pernapasan, insufisiensi pernapasan dan hipoksia.
1.    Gangguan irama/frekuensi pernapasan
a.    Pernapasan ‘Cheyne-stokes’ yaitu siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti. Jenis pernapasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat.Namun secara fisiologis, jenis pernapasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
b.    Pernapasan ‘Biot’ yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan Cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan pernapasan ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c.    Pernapasan ‘Kussmaul’ yaitu pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asiidosis metabolik dan gagal ginjal.
2.    Gangguan frekuensi pernapasan
a.    Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya meningkat     di atas frekuensi pernapasan normal.
b.    Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana ferkuensi pernapasan yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernapasan normal.
c.    Insufisiensi pernapasan, Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu:
1)    Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
§  Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi servikal.
§  Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC dan lain-lain.
2)    Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru:
§  Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang, misalnya kerusakan   jaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
§  Kondisi yang menyebabkan penebalan membran pernapasan, misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lain-lain.
§  Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada trombosis paru.
3)   Kondisi paru yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru ke    jaringan yaitu:
§  Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang tersedia    untuk transpor oksigen.
§  Keracunan karbondioksida dimana sebagian besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengankut oksigen.
§  Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh karena curah jantung yang rendah.
3.    Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan.Istilah ini lebih tepat daripada anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia dan hipoksia histotoksik.
a.    Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri.Terbagi atas dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonik (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi dimana  oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi anemia, keracunan karbondioksida.
b.    Hipoksia Hipokinetik (stagnat anoksia/anoksia bendunagn)
Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendunagan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi kedalam dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik ischemic dan hipoksia hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi dimana kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan karena kuarngnya suplai darah kejaringan tersebut akibat penyempitan arteri. Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan darah secara berlebihan atau abnormal baik lokal maupun umum yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terganggu, sehingga jarinagn kekuranga oksigen.
c.    Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadikarena aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.

d.    Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat)

G.   Masalah Keperawatan Berkaitan dengan Kebutuhan Oksigen
1.    Tidak efektifnya jalan napas
Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih, misalnya karena adanya sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan napas oleh karena spasme bronkhus dan lain-lain.
2.    Tidak efektifnya pola napas
Tidak efektifnya pola napas ini merupakan suatu kondisi dimana pola napas, yaitu respirasi dan ekspirasi menunjukan tidak normal.Penyebabnya bisa karena kelemahan neoromuskular, adanya sumbatan di trakheo-bronkhial, kecemasan dan lain-lain.
3.    Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan membran alveoli, kondisi anemia, proses penyakit dan lain-lain.
4.    Penurunan perfusi jaringan
Adalah suatu keadaan dimana sel kekurangan suplai nutrisi dan oksigen. Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipocolemia, hipervolemia, retensi karbondioksida, penurunan cardiac output dan lain-lain
5.    Intoleransi aktivitas
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitasnya. Penyebabnya antara lain karena ketidakseimbangan antara suolai dan kebututhan oksigen, produksi energi yang dihasilkan menurun dan lain-lain.
6.    Perubahan pola tidur
Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan bernapas (sesak napas) menyebakan seseorang tidak bisa tidur pada jam biasa tidur. Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang dideritanya.
7.    Risiko terjadinya iskemik otak
Gangguan oksigenasi mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang.Hal tersebut disebabkan oleh cardiac output yang menurun, aliran darah ke otak berkurang, gangguan perfusi otak, dan lain-lain.Akibatnya, otak kekurangan oksigen sehingga berisiko terjasi kerusakan jaringan otak.

H.   Terapi Oksigen
1.    Kateter Nasal 
Aliran oksigen yang bisa diberikan dengan alat ini adalah sekitar 1–6 liter/menit dengan konsentrasi  24% - 44%. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai naso faring. Persentase oksigen yang mencapai paru-paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama jika mukosa nasal membengkak atau pada pasien yang bernafas melalui mulut.
a.    Indikasi dan Kontraindikasi
§  Indikasi:
Diberikan pada pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka pendek dengan konsentrasi rendah sampai sedang.
§  Kontraindikasi:
Fraktur dasar tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal.
b. Hal-hal yang harus diperhatikan:
1)    Pengukuran panjangnya kateter yang akan dimasukkan harus tepat yaitu dalamnya kateter dari hidung sampai faring diukur dengan cara jarak dari telinga ke hidung
2)   Kateter harus diganti setiap 8 jam dengan bergantian lubang hidungnya untuk mencegah iritasi dan infeksi
c. Keuntungan dan Kerugian
§  Keuntungan:
1)    Dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama
2)     Oksigen yang diberikan lebih stabil
3)     Klien mudah bergerak, makan dan minum, berbicara   dan membersihkan mulut
4)    Teknik ini lebih murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap
§  Kerugian:
1)  Teknik memasukan kateter nasal ini lebih sulit dari pada kanula nasal
2)    Pasien merasakan nyeri saat kateter melewati nasofaring dan mukosa nasal sehingga bisa mengalami trauma
3)    Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%
4)    Kateter harus diganti tiap 8 jam dan diinsersi kedalam nostril lain
5)   Dapat terjadi distensi lambung
6)   Dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring
7)    Aliran > 6 liter/menit dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung
8)    Kateter mudah tersumbat dan tertekuk
Description: F:\New Folder\Kesehatan dan Keperawatan  Terapi Oksigen (Aliran Rendah)_files\images1_002.jpg
2.    Nasal Kanul/Kanul Binasal 
Nasal kanul adalah alat sederhana yang murah dan sering digunakan untuk menghantarkan oksigen. Nasal kanul terdapat dua kanula yang panjangnya masing-masing 1,5 cm (1/2 inci) menonjol pada bagian tengah selang dan dapat dimasukkan ke dalam lubang hidung untuk memberikan oksigen dan yang memungkinkan klien bernapas melalui mulut dan hidungnya. Oksigen yang diberikan dapat secara kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit. Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dengan nasal kanul sama dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %. Berikut ini adalah aliran FiO2 yang dihasilkan nasal kanul:
·         1 Liter /min : 24 %
·         2 Liter /min : 28 %
·         3 Liter /min : 32 %
·         4 Liter /min : 36 %
·         5 Liter /min : 40 %
·         6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %
a.    Indikasi dan Kontraindikasi (Suparmi, 2008 & Ignatavicius, 2006)
§  Indikasi:
1)    Pasien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).
2)    Pasien dengan gangguan oksigenasi seperti klien dengan asthma, PPOK, atau penyakit paru yang lain
3)    Pada pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka panjang
§  Kontraindikasi:
1)    Pada pasien dengan obstruksi nasal
2)    Pasien yang apneu
b.    Hal-hal yang harus diperhatikan (Potter & Perry, 2010):
1)    Pastikan jalan napas harus paten tanpa adanya sumbatan di nasal
2)    Hati-hati terhadap pemakaian kanul nasal yang terlalu ketat dapat menyebabkan kerusakan kulit ditelinga dan hidung.
3)    Jangan terlalu sering menggunakan aliran > 4 liter/menit karena dapat menimbulkan efek pengeringan pada mukosa
c.    Keuntungan dan Kerugian (Ni Luh Suciati, 2010)
§  Keuntungan:
1)    Pemasangannya lebih mudah dibandingkan dengan kateter nasal
2)    Lebih murah dan disposibel
3)    Pasien lebih mudah makan, minum dan berbicara
4)    Pasien lebih mudah mentolerir dan merasa nyaman
5)    Pemberian oksigen lebih stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan yang teratur
§  Kerugian:
1)    Konsentrasi yang diberikan tidak bisa lebih dari 44%
2)    Mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1-1.5 cm
3)    Oksigen bisa berkurang jika pasien bernapas melalui mulut
4)    Aliran Oksigen > 4 liter/menit jarang digunakanàtidak akan menambah FiO2 dan bisa menyebabkan iritasi selaput lender serta mukosa kering
5)    Pemasangan selang nasal yang terlalu ketat dapat mengiritasi kulit di daerah telinga dan hidung.
Description: F:\New Folder\Kesehatan dan Keperawatan  Terapi Oksigen (Aliran Rendah)_files\O2nasalcan.JPGDescription: F:\New Folder\Kesehatan dan Keperawatan  Terapi Oksigen (Aliran Rendah)_files\2.png

3.    Sungkup Muka (Masker) Sederhana/Simple Face Mask 
Alat ini memberikan oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling serta konsentrasi oksigen yang diberikan dari tingkat rendah sampai sedang. Aliran oksigen yang diberikan sekitar 5-8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen antara 40-60%. Berikut ini adalah aliran FiO2 yang dihasilkan masker sederhana:
·         5-6 Liter/menit : 40 %
·         6-7 Liter/ menit : 50 %
·         7-8 Liter/ menit : 60 %
a.    Indikasi dan Kontraindikasi (Ni Luh Suciati, 2010) 
§  Indikasi: 
Pasien dengan kondisi seperti nyeri dada (baik karena serangan jantung atau penyebab lain) dan pasien dengan sakit kepala
§  Kontraindikasi :
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi
b.    Hal-hal yang harus diperhatikan
1)     Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit karena untuk mendorong CO2 keluar dari masker
2)   Saat pemasangan perlu adanya pengikat wajah dan jangan terlalu ketat pemasangan karena dapat menyebabkan penekanan kulit yang bisa menimbulkan rasa phobia ruang tertutup
3)   Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan masker dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit
c.    Keuntungan dan Kerugian (Suparmi, 2008)
§  Keuntungan:
1)    Sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup yang berlubang besar
2)    Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih besar daripada kanul nasal ataupun kateter nasal
3)    Dapat diberikan juga pada pasien yang mendapatkan terapi aerosol
§  Kerugian :
1)    Konsentrasi oksigen yang diberikan tidak bisa kurang dari 40%
2)    Dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika alirannya rendah
3)    Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk
4)    Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah
5)    Umumnya menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien
6)    Menimbulkan rasa panas sehingga kemungkinan dapat mengiritasi mulut dan pipi
Description: F:\New Folder\Kesehatan dan Keperawatan  Terapi Oksigen (Aliran Rendah)_files\NU120014.jpg

4.    Sungkup Muka (Masker) dengan kantong rebreathing 
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang, baik saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask (Ni Luh Suciati, 2010)
a.    Indikasi dan Kontraindikasi (Potter & Perry, 2010 )
§  Indikasi:
Pasien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah
§  Kontraindikasi:
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi
b.    Hal-hal yang harus diperhatikan (Ni Luh Suciati, 2010):
1)    Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.
2)    Memasang kapas kering di daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit
3)    Jangan sampai kantong oksigen terlipat atau mengempes karena apabila ini terjadi, aliran yang rendah dapat menyebabkan pasien menghirup sejumlah besar karbondioksida.
c.    Keuntungan dan Kerugian
§  Keuntungan:
1)    Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi daripada sungkup muka sederhana
2)    Tidak mengeringkan selaput lendir
§  Kerugian:
1)    Tidak dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi yang rendah
2)    Kantong oksigen mudah terlipat, terputar atau mengempes.
3)    Jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2
4)    Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk
5)    Bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah
5.    Sungkup Muka (Masker) dengan Kantong Non-Rebreathing 
Non-rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Prinsip alat ini yaitu udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi, dan ada 1 katup lagi yang fungsinya mencegah udara keluarr masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi (Ni Luh Suciati, 2010).
a.    Indikasi dan Kontraindikasi (Potter & Perry, 2010)
§  Indikasi :
Pasien dengan kadar tekanan CO2  yang tinggi, pasien COPD, pasien dengan status pernapasan yang tidak stabil dan pasien yang memerlukan intubasi
§  Kontraindikasi:
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi
b.    Hal-hal yang perlu diperhatikan (Ni Luh Suciati, 2010):
1)    Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir
2)    Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit
3)    Perawat harus menjaga agar semua diafragma karet harus pada tempatnya
4)    Menjaga supaya kantong O2 tidak terlipat/mengempes untuk mencegah bertambahnya CO2
c.    Keuntungan dan Kerugian
§  Keuntungan:
1)    Konsentrasi oksigen yang diperoleh bisa tinggi bahkan sampai 100%
2)    Tidak mengeringkan selaput lendir
§  Kerugian:
1)    Tidak dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi yang rendah
2)    Kantong oksigen mudah terlipat, terputar atau mengempes
3)    Pemasangannya menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk
4)    Terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama ketika pasien tidak sadar.


BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan  tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.

B.   Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan agar dapat mempermudah pembaca dalam mengerti dan memahami tentang proses terjadinya oksigenasi,faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi serta bagaimana cara perhitungan kebutuhan oksigenasi,sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai oksigenasi.




DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Http;//sistem respirasi S1-2B stikes hangtuah surabaya  makalah kelompok 7.htm