Jumat, 02 Januari 2015

KUMPULAN PENYAKIT PADA LANSIA



BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Hipertensi atau sering disebut tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang sangat sering dijumpai di masyarakat. Memerlukan penanggulangan yang baik dan tepat,serta memerlukan perhatian dokter, farmasis, perawat, pasien yang bersangkutan dan keluarga pasien. Hal ini disebabkan proses terapi hipertensi membutuhkan waktu yang panjang,angka pravelensi yang tinggi, dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Menurut penelitian bersama WHO-SEAR (World Health Organization-South East Asia Region), Hipertensi merupakan penyakit kedua terbanyak di Indonesia yang diderita oleh orang lanjut usia (60 tahun keatas) dari 1230 orang yang dipilih secara random didesa dan kota (Darmojo dan pranarka, 2001:249-251).
Hipertensi dapat terjadi pada pria maupun wanita. Resiko hipertensi semakin meningkat pada usia 60-an keatas. Hipertensi terjadi bila aliran darah menghasilkan tekanan yang sangat besar pada dinding arteri. Hampir 90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebab sebenarnya. sebagian besar hipertensi tidak memberikan gejala(asimtomatis). Gejala mengantuk, mual, muntah dan sakit kepala yang dialami oleh individu dengan hipertensi seringkali disebabkan oleh komplikasi pada organ tubuh akibat hipertensi. Faktor-faktor seperti usia, keturunan(herediter), kebiasaan merokok, konsumsi alcohol, kegemukan, stress, penyakit ginjal, gangguan adrenal, penyakit jantung congenital, obat-obat tertentu, pre-eklamsia, konsumsi tinggi garam, dan gaya hidup kurang aktif dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi(MIMS,2008).Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo dan Martono, 2006:37-40).
Secara umum, memang beberapa penyakit dapat dikendalikan, akan tetapi pada lansia hal ini masih merupakan suatu masalah, karena berkaitan dengan 1menurunya fungsi organ tubuh dan daya tahan tubuh akibat proses menua. Bahkan diluar negeri yang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak diragukan lagi, ternyata angka kematian akibat beberapa penyakit pada lansia masih jauh lebih tinggi dibandingkan pada usia muda, yang membuktikan bahwa pengobatan yang tepat masih merupakan masalah penting pada lansia (Darmojo dan Martono, 2006:40) Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan,penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi, Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, Sehingga diperlukan pertimbangan –pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting obat harus selalu digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal.
Interaksi obat adalah peristiwa dimana kerja obat dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan. Efek obat dapat bertambah kuat atau berkurang karena interaksi ini, Akibat yang tidak dikehendaki dari peristiwa ini ada dua kemungkinan yakni meningkatkan efek toksik atau efek samping obat atau berkurangnya efek klinik yang diharapkan. Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas atau mengurangi efektifitas obat yang berinteraksi jadi terutama bila menyangkut obat dengan obat dengan batas keamanan yang sempit (Ganiswara,1995).
Pengobatan dengan obat untuk geriatri harus selalu disertai pertimbangan yang sangat hati –hati terhadap kesehatan dan toleransi individu, seleksi obat, dan jadwal dosis serta kemungkinan kebutuhan untuk bantuan dalam pengobatan rutin. Pengobatan hipertensi yang tepat pada usia lanjut dapat menurunkan komplikasi hipertensi secara nyata misalnya strok (Siregar, Lia, 2004).




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolic dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik dan diastolic dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang,2008)

B.     Perubahan fisiologi pada lansia terkait dengan penyakit hipertensi
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuanjaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000).
Proses penuaan, menurut dosen IPB Dra Emma S Wirakusumah MSc, secara umum dipahami sebagai proses pembelahan sel yang merupakan faktor endogenik dan tak bisa dihentikan. Sel manusia terbatas umurnya. Setelah membelah 50-100 kali kemudian berhenti. Sel pun menjadi tua sehingga membuat seseorang mengalami kemunduran secara fisik dan mental.
Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia/Penuaan Pada Sistem Tubuh (Fisiologis).
A. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis yang paling umum terjadi seiring bertambahnya usia adalah perubahan pada fungsi sistol ventrikel. Sebagai pemompa utama aliran darah sistemik manusia, perubahan sistol ventrikel akan sangat mempengaruhi keadaan umum pasien. Parameter utama yang terlihat ialah detak jantung, preload dan afterload, performa otot jantung, serta regulasi neurohormonal kardiovaskular. Oleh karenanya, orang-orang tua menjadi mudah deg-degan. Akibat terlalu sensitif terhadap respon tersebut, isi sekuncup menjadi bertambah menurut kurva Frank-Starling. Efeknya, volume akhir diastolik menjadi bertambah dan menyebabkan kerja jantung yang terlalu berat dan lemah jantung. Awalnya, efek ini diduga terjadi akibat efek blokade reseptor β-adrenergik, namun setelah diberi β-agonis ternyata tidak memberikan perbaikan efek.
Di lain sisi, terjadi perubahan kerja diastolik terutama pada pengisian awal diastol lantaran otot-otot jantung sudah mengalami penurunan kerja. Secara otomatis, akibat kurangnya kerja otot atrium untuk melakukan pengisian diastolik awal, akan terjadi pula fibrilasi atrium, sebagaimana sangat sering dikeluhkan para lansia. Masih berhubungan dengan diastol, akibat ketidakmampuan kontraksi atrium secara optimal, akan terjadi penurunan komplians ventrikel ketika menerima darah yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan diastolik ventrikel ketika istirahat dan exercise. Hasilnya, akan terjadi edema paru dan kongesti sistemik vena yang sering menjadi gejala klinis utama pasien lansia. Secara umum, yang sering terjadi dan memberikan efek nyata secara klinis ialah gangguan fungsi diastol.
Pemeriksaan EKG perlu dilakukan untuk melihat adanya penyakit jantung koroner, gangguan konduksi dan irama jantung, serta hipertrofi bagian-bagian jantung. Beberapa macam aritmia yang sering ditemui pada lansia berupa ventricular extrasystole (VES), supraventricular extrasystole (SVES), atrial flutter/fibrilation, bradycardia sinus, sinus block, A-V junctional. Gambaran EKG pada lansia yang tidak memiliki kelainan jantung biasanya hanya akan menunjukkan perubahan segmen ST dan T yang tidak khas. Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan ekokardiografi sebagaimana prosedur standar bagi para penderita penyakit jantung lainnya.
B. Perubahan-perubahan Fisik
1. Sel.
a)      Lebih sedikit jumlahnya.
b)      Lebih besar ukurannya.
c)      Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d)      Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e)       Jumlah sel otak menurun.
f)        Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g)       Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem Pendengaran.
a)      Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran)Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b)      Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
c)      Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d)      Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stress.
3. Sistem Penglihatan.                    
a)      Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b)      Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c)      Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d)     Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e)      Hilangnya daya akomodasi.
f)       Menurunnya lapangan pandang,berkurang luas pandangannya.
g)      Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
4. Sistem Respirasi                     
a)      Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b)      Menurunnya aktivitas dari silia.
c)      Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d)     Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e)      Kemampuan untuk batuk berkurang.
f)       Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
5. Sistem Gastrointestinal.
a)      Kehilangan gigi akibat Periodontal disease,kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
b)      Indera pengecap menurun,hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c)      Eosephagus melebar.
d)     Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e)      Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f)       Daya absorbsi melemah.
6. Sistem Reproduksi.
a)      Menciutnya ovari dan uterus.
b)      Atrofi payudara.
c)      Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
d)     Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik.
e)      Selaput lendir vagina menurun.
7. Sistem Endokrin.
a)      Produksi semua hormon menurun.
b)       Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.
c)      Menurunnya produksi aldosteron.
d)      Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosteron.
e)      Sintesa protein menurun
f)       Lean bone mass turun
g)      Penurunan % lemak
h)      Penurunan GH
Penyakit yang terjadi :
a)      Hypertiroid
b)      Toxin
c)      Ca tyroid
d)     Hyporthiroid
e)      Rusaknya aktivitas tyroxsin
f)       Hilangnya reseptor
g)      Defeck hipotalamus
h)      DM
i)        Pada laki-laki : penurunan libido mengakibatkan penurunan frek aktivitas sex
j)        Pada perempuan : monopause atrofi vegina
8. Sistem Kulit ( Sistem Integumen )
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
a)      Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
b)      Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
c)      Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
d)     Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
e)      Pertumbuhan kuku lebih lambat.
f)       Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
g)      Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
9. Sistem kardiovaskuler
a)      dinding aorta menurun
b)      perubahan miokara ; atrofi menurun
c)      lemak sub endoicard menurun ; fibrosis, menebal, sclerosis
d)      katup-katup jantung mudah fibrosis dan klasifikasi (kaku)
e)       peningkatan jaringan ikat pada Sa Node
f)       penurunan denyut jantung maksimal pada latihan
g)      Penurunan jumlah sel pada pace maker
h)      Jaringan kolagen bertambah dan jaringan elastis berkurang
i)        Pada otot jantung
j)        Penurunan elastis pada diding vena
k)      Respon baro reseptor menurun
10. Sistem pernapasan
a)      Gerakan pernapasan : dangkal, sesak napas, otot lemah
b)      Distribusi gas : penumpukan udara dalam alveolus
c)       Volume dan kapasitas paru menurun
d)      Gangguan transportasi gas
e)       Imobilisasi : efusi pleura, pneumothorak, tumor paru
Penyakit yang terjadi adalah :
1.      Pneumoni
2.      TBC
3.      PPOM
4.      Ca Paru
11. Sistem neurologis
1.      struktr otak dilatasi ventricular
2.      atrofi otak
3.       berat otak < 6-10 % (umur <80 thn)
4.      perubahan bentuk
5.      dopamin - fungsi sensorimotor
6.       lensa mata tipis
7.       pupil mengecil
8.       Memori
9.      kognitif turun
penyakit yang terjadi :
1.      epilepsi
2.       gangguan gerak langkah
3.       Parkinson
12.Perubahan Sistem Urinari
perubahan menua primer.
1.      nevron berkurang disertai perubahan fungsi tubuler
2.       kapasitas kandung kemih berkurang
3.       tegangan spingter berkurang
4.       pada laki-laki : terjadi benigna hipertropi prostate
5.       pada perempuan : perubahan tegangan otot pelvis
perubahan sekunder
1.      kondisi nefron sklerrosis karena penyakit
2.      hipertensi
3.      penyakit ginjal karena konsumsi obat-obatan
4.      infeksi saluran kencing karena sistem imunitas berkurang
13.Perubahan sistem muskuloskeletal
1.      otot-otot atrofi
2.       fibrosis
3.       massa tonus / kekuatan otot menurun
4.       otot lebih menonjol dari ektremitas yang kecil dan lemah
C. Perubahan-perubahan Mental.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (Hereditas)
e. Lingkungan
1.      Kenangan (Memory).
a. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan.
b. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.
2.      IQ (Inteligentia Quantion).
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
D. Perubahan-perubahan Psikososial.      
a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
1) Kehilangan finansial (income berkurang).
2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.
E. Perkembangan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.



C.     Masalah yang terjadi penyakit hipertensi pada lansia
Masalah Kesehatan Pada Lansia
1.    Penyakit kardiovaskuler                           
Merupakan penyebab kematian terbesar pada usia 65 tahun ke atas di seluruh dunia. Pada lansia penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemui, malah mungkin yang terbanyak diderita. Dengan adanya peninggian prevalensi populasi usia lanjut maka akan terjadi pula peningkatan prevalensi penyebab kardiovaskuler. Penyakit jantung pada usia lanjut diantaranya:
a.       Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah koroner (pembuluh darah yang mensuplai makanan dan oksigen pada jantung).
Gejalanya: Angina pektoris (nyeri dada), yang sifatnya subjektif seperti tertekan atau merasa dadanya diperas-diperas, seperti ditusuk-ditusuk, bahkan ada yang merasa seperti terbakar. Hal ini timbul pada saat seseorang melakukan aktivitas fisik yang berlebihan, misalnya sedang berolahraga, marah besar, atau emosi lainnya. Nyeri bisa juga menjalar ke bahu, leher, bahkan ada yang ke punggung atau bawah mulut. Rasanya seperti pegal-pegal atau kesemutan.
Perasaan tidak enak di dada ini disertai dengan kepala terasa ringan seperti mau jatuh, berkeringat dingin, mual atau muntah, dan sesak nafas. Kekhasan angina pektoris adalah begitu kegiatan fisik atau emosi sudah berhenti/reda dengan sendirinya sakit itu menghilang. Hal ini biasanya berlangsung hanya 2-3 menit atau kurang dari 15 menit.
b. Infark miokard, terjadi serangan jantung yang lebih hebat. Berupa nyeri dada yang lebih hebat disertai keringat dingin, mual, bisa terjadi penurunan kesadaran (mau pingsan) hingga kematian.
2.    Penyakit sistem endokrin (hormonal)
a.  Diabetes melitus (kencing manis)
Dari berbagai penelitian disepakati adanya kenaikan gula darah dengan usia, jadi toleransi glukosa menurun. Menurunnya toleransi glukosa pada usia lanjut ini berhubungan dengan berkurangnya sensitivitas sel terhadap insulin (resistensi insulin). Faktor risiko terjadinya diabetes yang perlu diperbaiki diantaranya hipertensi, merokok, obesitas, pola makan.
b.      Hormon seks pada usia lanjut
Apabila seorang wanita mendekati masa menopause, menstruasi mulai tak teratur. Dari berbagai dampak menopause, yang diakibatkan oleh penurunan hormon estrogen, mungkin osteoporosis paling penting, disamping kelainan jantung dan pembuluh darah. Sering wanita juga merasa sakit saat melakukan hubungan intim. Penggunaan hormon estrogen pengganti dapat mengurangi keluhan yang timbul. Pada pria, memang ada penurunan libido dan kegiatan seks yang berhubungan dengan penurunan hormon testosteron. Tetapi kapasitas reproduksi dapat bertahan sampai usia uzur.
3.    Rematik
Proses menua mempengaruhi juga sistem otot dan persendian, dengan kemungkinan timbulnya penyakit rematik. Penyakit rematik yang sering menyertai usia lanjut adalah osteoartritis.
Kejadian penyakit ini meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Rematik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita rematik. Bagaimana timbulnya rematik ini sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Rematik bukan merupakan satu penyakit , tapi merupakan suatu sindrom. Rematik dapat terungkap sebagai suatu sindrom atau tanda. Ada tiga keluhan utama pada sistem otot dan sendi yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak.
4.    Ginjal dan hipertensi pada usia lanjut.
Setelah umur 30 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada usia 60 tahun kemampuan ginjal menurun menjadi tinggal 50% dari kapasitas fungsinya pada usia 30 tahun. Ini disebabkan proses fisiologi berupa berkurangnya jumlah nefron (sel-sel pada ginjal) dan tidak ada kemampuan regenerasi.
a.        Infeksi saluran kemih makin meningkat dengan makin meningkatya usia. Pada usia 40-60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2% sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi sebesar 20%.
b.      Gagal ginjal pada usia lanjut dibagi dua, gagal ginjal akut (mendadak) dan gagal ginjal kronik (lama) dengan berbagai sebab yang mendahuluinya.
c.       Hipertensi atau tekanan darah tinggi lumrah bagi pasien yang sudah berusia lanjut. Pengendapan lemak pada dinding dalam pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya pengapuran, berkurangnya elastisitas pembuluh darah menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Hal ini erat kaitannya dengan proses degenerasi karena penuaan. Penurunan tekanan darah tinggi harus dilakukan secara hati-hati
5.    Stroke
Menurut kriteria WHO, stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian karena gangguan peredaran darah otak. Di seluruh bagian dunia, stroke merupakan penyakit yang terutama mengenai populasi usia lanjut. Insidens pada usia 75-84 th sekitar 10 kali dari populasi 55-64 tahun.
Di Inggris dan Amerika stroke merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskuler dan penyebab utama kecacatan. Dengan makin meningkatnya upaya pencegahan terhadap penyakit hipertensi, diabetes melitus dan gangguan lemak, insidens stroke di negara-negara maju makin menurun. Faktor resiko terjadinya stroke diantaranya:
a.       Usia
b.      Hipertensi
c.       Diabetes mellitus
d.       Hiperlipidemia

6.    Gejala mudah lupa
Waspadalah jika anda sering lupa nama orang orang, benda, tempat, kejadian, bahkan pada apa yang baru anda katakan. Bisa jadi itu merupakan tanda awal demensia yang bisa berlanjut menjadi alzheimer. Demensia atau pikun bukan penyakit, melainkan gejala yang ditandai dengan turunnya daya ingat, fungsi kognitif, serta perubahan perilaku atau kepribadian. Pikun sering dianggap normal pada orang lanjut usia seiring dengan proses menuanya otak. Tetapi jika gejala itu menimpa orang setengah baya hingga menyebabkannya tergantung pada orang lain, perlu dicurigai sesuatu telah terjadi pada otaknya.
7.     Proses penuaan kulit
Proses menua pada kulit dan wajah tidak sama pada setiap orang. Ada yang mengalami lebih awal disebut premature aging, ada pula yang mengalami lebih lambat disebut awet muda. Orang yang mempunyai kulit cenderung kering akan mengalami proses penuaan kulit lebih awal. Ini adalah faktor genetik dan tidak bisa dicegah. Selain itu manusia juga mempunyai jenis kulit yang berbeda-beda karena dipengaruhi faktor ras. Masing-masing ras mempunyai struktur kulit yang berbeda terutama struktur kulit yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh terhadap lingkungan. Orang berkulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari dibanding kulit berwarna. Wanita yang sedang menopause akan mengalami penipisan kulit sehingga kulit menjadi kering. Proses tersebut disebabkan menurunnya produksi hormon estrogen yang berfungsi mengatur elastisitas kulit.
8.  Pengeroposan tulang
Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan dan pembentukan yang berjalan bersama-sama sehingga tulang dapat membentuk modelnya sesuai dengan pertumbuhan badan (proses remodelling). Proses ini akan sangat cepat pada usia remaja. Apabila hasil akhir perusakan lebih besar dari pembentukan maka akan timbul osteoporosis. Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sedemikian sehingga dengan trauma minimal tulang akan patah.
Penurunan massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan, atau kombinasi keduanya. Osteoporosis merupakan kelainan pada kerangka tulang manusia usia lanjut. Ini terutama terjadi pada wanita setelah haid berhenti (menopause). Tulang menjadi tipis, rapuh dan mudah patah akibat kekurangan kalsium.

D.    Asuhan Keperawatan
a)      Pengkajian
1.      Aktivitas / istirahat
Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda:
a.       Frekuensi jantung meningkat
b.       Perubahan irama jantung
c.        Takipnea
2.      Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskular
Tanda:
a.       Kenaikan TD
b.       Nadi: denyutan jelas
c.        Frekuensi/irama: takikardi, berbagai disritmia
d.       Bunyi jantung: murmur
e.        Distensi vena jugularis
f.        Ekstermitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
g.      Kulit pucat, sianosis, dan diaforesis (kongesti, hipoksemia); kemerahan (feokromositoma)
3.      Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stres multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda:
a.       Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak
b.      Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
4.      Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)
5.      Makanan/cairan
Gejala:  makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); gula-gula yang berwarna hitam; kandungan tinggi kalori, mual-muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun), riwayat penggunaan diuretik
Tanda:
a.       Berat badan normal atau obesitas
b.       Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
6.      Neurosensori
Gejala: keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam), kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur), epistaksis
Tanda:
a.       Status mental: perubahan orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan)
b.       Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan/atau refleks tendon dalam
c.        Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemorragi terrgantung pada berat/lamanya hipertensi
7.      Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstermitas bawah)
8.      Pernapasan
Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok
Tanda:
a.       Distres respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan
b.       Bunyi napas tambahan (mengi/krakles)
c.        Sianosis
9.      Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural
10.  Pembelajaran/penyuluhan
Gejala: faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit serebrovaskular/ginjal, faktor-faktor risiko etnik (seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara), penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat/alkohol
Pertimbangan rencana pemulangan:
a.       DRG menunjukkan rerata lamanya dirawat: 4,2 hari
b.      Bantuan dengan pemantauan diri-TD
c.       Perubahan dalam terapi obat
b)      Prioritas Keperawatan
1. Mempertahankan/meningkatkan fungsi kardiovaskular
2. Mencegah komplikasi
3. Memberikan informasi tentang proses/prognosis dan program pengobatan
4. Mendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi
Tujuan pemulangan
1.      TD dengan batas yang dapat diterima untuk individual
2.      Komplikasi kardiovaskular dan sistemik dicegah/diminimalkan
3.      Proses/prognosis penyakit dan regimen terapi dipahami
4.      Perubahan yang diperlukan dalam hal gaya hidup/perilaku dilakukan




c)      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2×24 jam, nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang. Dengan kriteria hasil: 
1.      Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
2.      Pasien tampak nyaman
3.      TTV dalam batas normal
1.      Bina hubungan saling percaya 
2.      Pertahankan tirah baring selama fase akut
3.      Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres air hangat, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, dan aktivitas waktu senggang
4. Hilangkan/ minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misal mengejan, batuk panjang, membungkuk
5.      Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
6.      Kolaborasi:
Berikan analgetik
1.      Meningkatkan kepercayaan antara perawat-keluarga-pasien 
2.      Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
3.      Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat/memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
4.      Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral
5.      Meningkatkan kenyamanan umum
6.     Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2×24 jam tidak terjadi intoleransi aktifitas. Dengan kriteria hasil: 
1.Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari-hari
2. Menunjukkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktifitas
1.      Berikan dorongan untuk aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan 
2.      Instruksikan pasien tentang penghemat energy
3.      Kaji respon pasien terhadap aktifitas, Monitor adanya diaforesis, pusing, Observasi TTV tiap 4 jam, Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore
1.      Kemajuan aktivitas terhadap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas 
2.      Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3.      Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas, dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2×24 jam tidak terjadi gangguan pola tidur. Dengan kriteria hasil: 
1.      Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6-8 jam per hari
2.      Tampak dapat istirahat dengan cukup
3.      TTV dalam batas normal
1.      Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman 
2.      Beri kesempatan klien untuk tidur/istirahat
3.      Evaluasi tingkat stres, Monitor keluhan nyeri kepala
4.      Lengkapi jadwal tidur secara teratur
5.      Berikan makanan kecil sore hari dan/susu hangat, Lakukan massase punggung, Putarkan musik yang lembut
6.      Kolaborasi pemberian obat sedatif, hipnotik sesuai indikasi
1.      Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/spikologis 
2.      Penyimpanan energi dan meningkatkan kemampuan koping
3.      Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
4.      Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang
5.      Meningkatkan efek relaksasi
6.      Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/istirahat
Kurangnya perawatan diri Berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi. Dengan kriteria hasil: 
1.      Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
2.    Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
1.      Kaji kemampuan klien untuk mengerjakan tugas 
2.      Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
3.      Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
4.      Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien/atas keberhasilannya
1.      Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual 
2.      Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten
3.      Pasien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi pasien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
4.      Meningkatkan perasaan makna diri. Meningkatkan kemandirian, dan mendorong pasien untuk berusaha secara kontinu
Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam kecemasan hilang atau berkurang. Dengan kriteria hasil: 
1.      Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi/cemas berkurang
2.      Ekspresi wajah rilek
3.      TTV dalam batas normal
1.      Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan 
2.      Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
3.      Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
4.      Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
5.      Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan, Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup
6.      Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal, Observasi TTV tiap 4 jam
7.      Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
8.      Berikan support mental pada klien, Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien
1.      Untuk mengetahui derajat kecemasan yang dialami pasien 
2.      Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
3.      Berbagi informasi membentuk dukungan/kenyamanan dan dapat menghilangkan tegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan
4.      Tindak kewaspadaan penting dalam pencegahan interaksi obat yang kemungkinan berbahaya. Setiap obat yang mengandung stimulan saraf simpatis dapat meningkatkan TD atau dapat melawan efek antihipertensi
5.      Peningkatan kemandirian, meningkatkan kepercayaan diri
6.      Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
7.      Perkirakan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien
8.      memungkinkan waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan perilaku adaptasi
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi. Dengan kriteria hasil: 
1.      Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
2.    Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
1.      Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur 
2.      Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
3.      Diskusikan tentang obat-obatan: nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
4.      Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter: sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah
5.      Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
6.      Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
7.      Jelaskan pentingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alkohol
8.      Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien
1.      Kesalahan konseps akan mempersulit proses pengobatan 
2.      Faktor-faktor tersebut menunjukkan hubungan dalam menunjang hiperteni dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal
3.      Informasi yang adekuat dan pemahaman bahwa efek samping adalah umum dan sering menghilang dengan berjalannya waktu dengan demikian meningkatkan kerja sama rencana pengobatan
4.      Untuk mengetahui gejala kekambuhan sedini mungkin
5.      Keterlibatan pasien dalam memantau toleransi aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan dan/atau memodifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari
6.      Diit rendah garam selama dua tahun mungkin sudah mencukupi untuk mengontrol hipertensi sedang atau mengurangi jumlah obat yang dibutuhkan
7.      Kafein adalah stimulan jantung dan dapat memberikan efek merugikan pada fungsi jantung
8.      Pelayanan konseling dapat membantu pasien dalam upaya mengawali dan mempertahankan perubahan pola hidup




DAFTAR PUSTAKA

Mengenal usia lanjut dan keperawatannya. R. Siti Maryam,S.Kp,Ns.2008. penerbit salemba

Depkes R.I (1999) Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja, Medi Media, Jakarta

Nugroho Wahyudi (1995) Perawatan Usia Lanjut, Penerbit EGC, Jakarta

Capernito Lynda juall (1998), Buku Saku Diagnosa  Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta

Donges Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa, EGC Jakarta