Kamis, 17 April 2014

analisa DAMPAK PENGGUNAAN MODUL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN KELUARGA DALAM MENSTIMULASI TUMBUH KEMBANG BAYI




OLEH :

HAERUL ANWAR
NIM :KP.12.00867
KELAS :B1
Email :haerulanwar_stikeswh@yahoo.co.id


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2014


Daftar Isi


Halaman Judul
Kata Pengantar....................................................................................
Daftar Isi............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................
a.       Latar Belakang.....................................................................................

BAB II INTISARI................................................................................
a.       Pendahuluan.....................................................................................................
b.      Metode Penelitian.............................................................................................
c.       Hasil Penelitian..................................................................................................

BAB III PEMBAHASAN....................................................................
a.       Tinjauan Teori.....................................................................................................
1.      Pertumbuhan Anak......................................................................................
2.      Perkembangan Anak.....................................................................................
b.      Kaitan Jurnal Dengan Teori...............................................................................

BAB IV IMPLIKASI KEPERAWATAN..................................................

BAB V KESIMPULAN...........................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

LAMPIRAN
1.      Jurnal Asli


ii

1
1

4
4
4
5

11
11
13
13
14

17

18

19

  


Kata Pengantar

Dengan Mengucap syukur kehadirat Allah SWT. yang hanya dengan rahmat serta petunjuk-nya, penulis berhasil menyelesaikan tugas analisa jurnal dengan judul “ DAMPAK PENGGUNAAN MODUL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN KELUARGA DALAM MENSTIMULASI TUMBUH KEMBANG BAYI ”. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Keperawatan Anak.
Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kapada yang terhormat :
1.      Ibu Yuli Ernawati,S.Kep.,Ns yang telah memberikan tugas dan kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyusun makalah ini.
2.      Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta nasehat  hingga tersusunnya makalah ini hingga akhir.
Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman, penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan serta penulisan analisa jurnal ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang berkaitan dengan penyusunan analisa jurnal  ini akan penulis terima dengan senang hati untuk menyempurnakan penyusunan dan penulisan tersebut.Semoga analisa jurnal yang berjudul “ Dampak Penggunaan Modul Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Keluarga Dalam Menstimulasi Tumbuh Kembang Bayi” ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.


Yogyakarta, 12 April 2014

                                            
Haerul Anwar



                                                      BAB I

PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara teratur,saling berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai konsepsi sampai dewasa (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Peristiwa pertumbuhan ditandai dengan perubahan tentang besarnya, jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun individu. Sedangkan peristiwa perkembangan pada anak dapat terjadi pada perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan intelektual (Hidayat, 2005). Aspek-aspek perkembangan yang dapat dipantau antara lain motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).
Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Provinsi Jawa Tengah bahwa angka cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah mengalami peningkatan dari 52,10% pada tahun 2004 menjadi 53,44% tahun 2005 dan 65% tahun 2006. Walaupun demikian, cakupan tersebut masih di bawah target yang diharapkan, yaitu lebih dari atau sama dengan 70% (Dinkes Provinsi Bali, 2011).
Berdasarkan Sensus Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2011, jumlah anak usia dini (0-6 tahun) sebanyak 26,09 juta, dari jumlah tersebut, 12,6 juta di antaranya berusia 4-5 tahun dan sekitar 384.800 orang (3,05%) anak mengalami keterlambatan perkembangan (Badan Pusat Statistik, 2010). Jumlah anak usia dini (0-6 tahun) tahun 2011 di Provinsi bali sebanyak 25.130 orang dari jumlah tersebut sebanyak 13.010 orang (51,8%) orang  di antaranya berusia antara 4-5 tahun dan sekitar 1.054 orang (8,1%) anak mengalami keterlambatan perkembangan, di Kabupaten Baadung dilaporkan jumlah balita tahun 2011 sebanyak 8.859 orang dari jumlah tersebut, 5.224 orang (51,8%) di antaranya berusia 4-5 tahun dan sebanyak 365 orang (6,9%) anak mengalami keterlambatan perkembangan (Dinkes Provinsi Bali, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 17 sampai dengan 22 Maret 2012 di Kumara Sari, Banjar Guming, Desa Penarungan Wilayah Kerja Puskesmas Sempidi jumlah anak usia pra sekolah (umur 4-5 tahun) sebanyak  45 orang. Dari 10 orang tua yang diwawancarai didapatkan data lima anak (50%) belum mau bermain dengan teman sebayanya, takut keluar rumah sendirian dan masih ditunggui saat sekolah, dua anak (20%) belum mengenal 3-4 warna, satu anak (10%) belum bisa menyusun balok dan dua anak (20%) belum bisa memakai baju dan celana sendiri serta bila kencing atau buang air besar masih dibantu karena tidak bisa melakukan sendiri.
Penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa stimulasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan perkembangan anak dilaukan oleh Adriana Kurniawati (2002) yang meneliti tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam menstimulasi tumbuh kembang anak dengan kemampuan motorik usia 1-3 di Desa Kauman Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dalam menstimulasi tumbuh kembang anak dengan kemampuan motorik usia 1– 3 tahun dengan nilai signifikansi 0,003 (p=0,003<0,05).
Kebijakan kependudukan dan program pembangunan sosial dan ekonomi yang dilaksanakan Indonesia selama tiga dekade yang lalu telah berhasil  menurunkan angka kelahiran dan kematian sehingga mampu menghambat laju pertumbuhan penduduk dari 2,3% pada periode 1971-1980 menjadi 1,4% per tahun pada periode 1990-2000. Walaupun demikian, jumlah penduduk Indonesia masih akan terus bertambah. Di daerah yang pertumbuhan penduduknya telah menurun, terjadi perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan proporsi anak-anak usia di bawah 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat proporsi penduduk usia kerja dan  peningkatan proporsi penduduk usia lanjut (lansia) secara perlahan.Sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan penduduknya masih tinggi, proporsi penduduk usia 0-14 tahun masih besar sehingga memerlukan investasi  sosial dan ekonomi yang besar pula untuk penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan.
Saat ini setiap tahunnya terjadi kelahiran sekitar 4,5 juta bayi. Bayi-bayi ini akan berkembang dan mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan peningkatan usianya. Pada saat ini dari 100 persen anak-anak yang masuk sekolah dasar, 50% diantaranya tidak dapat melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi setelah lulus SMP.  Mereka akan putus sekolah dan menuntut pekerjaan padahal tidak mempunyai ketrampilan yang memadai. Sempitnya lapangan kerja membuat para pemuda-pemudi putus sekolah menciptakan pekerjaannya sendiri di sektor informal.
Perkembangan anak memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Apabila anak yang mengalami kekurangan dalam stimulus maka akan mengalami deprivasi perseptual, yaitu anak terhambat dalam perkembangannya, retardasi (keterbelakangan) dan gangguan-gangguan perkembangan. Misalnya, usia anak lima tahun, dengan kurangnya stimulus-stimulus tersebut maka dalam perkembangannya terlihat seperti anak usia tiga tahun. Peranan stimulasi tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang terpenting adalah faktor ibu atau pengasuh tetap, karena ibu atau pengasuh tetap yang menentukan berhasil atau hanya lewat saja perkembangan anak (Baraja, 2007).
Stimulasi tersebut dapat dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).


BAB II
INTISARI
A.   Pendahuluan
Seorang anak sebagai individu, untuk mencapai dewasa harus melampaui beberapa fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dilakukan (Hurlock, 1980).Kegagalan dalam menyelesaikan tugas  perkembangan       ini, dapat   mempengaruhi   perkembangan   pada fase berikutnya, sehingga dapat menimbulkan gangguan.
Beberapa  faktor   yang     dapat mempengaruhi tumbuh kembang pada anak diantaranya  adalah faktor keluarga.Kemampuan  keluarga  dalam melakukan stimulasi  tumbuh  kembang sangat pengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang  dimiliki  oleh       keluarga terutama  ibu. Untuk  mencapai  tumbuh kembang yang optimal, harus dilakukan stimulasi Pertumbuhan dan perkembangan sejak sedini mungkin, yaitu dimulai dari tahun pertama   kehidupan   anak   pada   usia   0-12 bulan.
Perawat perlu memberikan penjelasan yang akurat  tentang   stimulasi  tumbuh     kembang, sejauhmana manfaat dari stimulasi yang diberikan, hal-hal yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak, bagaimana orang tua harus  bersikap  dan  sebagainya.  Penjelasan ini akan sangat bermanfaat bagi orang tua sehingga   orang   tua   dapat   melaksanakan peran     dan      fungsinya, sehingga   fungsi keluarga   dalam   hal   perawatan   kesehatan akan   berkembang   dengan   optimal,   serta fungsi keluarga yang lainnya tidak akan terganggu (Hanson & Boyd, 1996).

B.   Metode Penelitian
           Desain    penelitian   dengan menggunakan quasi experiment two group design .pre  dan  post     test. .Quasi Experimental Design merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Pretest-Posttest Control Group Design Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Dan Posstest-Only Control Design Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Responden penelitian   ini   sebanyak   35   ibu-ibu   yang memiliki anak usia bayi dan bertempat tinggal diwilayah Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas   yang   memenuhi   kriteria   inklusi. Cara pengambilan sampel dengan quota sampling. Quota sampling (penarikan sample secara jatah) .Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.
               Responden       dibagi  menjadi 2 kelompok; 18 responden sebagai kelompok intervensi  dan  17    responden  sebagai kelompok  kontrol.Waktu pelaksanaan penelitian ini berkisar 3 bulan (September sampai   dengan Nopember 2006). Departemen Kesehatan RI. (1991).
           Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yang dibuat  sendiri  oleh peneliti dan modul stimulasi tumbuh kembang yang digunakan diadaptasi  dari        Pedoman  Stimulasi Perkembangan  Anak, Panduan  Untuk Keluarga, Depkes RI tahun 1999.

C.   Hasil Penelitian
Kebutuhan  stimulasi  atau  upaya merangsang anak   untuk   memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun ketrampilan baru ternyata sangat penting dalam peningkatan kecerdasan anak. Stimulasi pada anak dapat dimulai sejak calon bayi berwujud janin, sebab janin  bukan  merupakan  makhluk  yang  pasif. Di dalam kandungan, janin sudah dapat bernapas, menendang, menggeliat, bergerak, menelan, menghisap jempol, dan lainnya.
Pada umur 0-3 bulan stimulasi dilakukan dengan mengupayakan rasa nyaman, aman, dan menyenangkan, yaitu dengan memeluk, menggendong, menatap mata bayi, mengajak Selain  itu, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan menggerakkan benda  berwarna  mencolok,        benda-benda berbunyi, menggulingkan bayi ke kanan-kiri, tengkurap-telentang, serta bayi dirangsang untuk  meraih  dan memegang  mainan.  Umur 3-6 bulan stimulasi ditambah dengan bermain "cilukba". Bayi dirangsang untuk tengkurap, telentang, bolak- balik, serta duduk. Umur 6-9 bulan, bayi diajak bersalaman, dipanggil namanya, dan     bertepuk  tangan. Anak dibacakan dongeng, dirangsang duduk, dan dilatih berdiri berpegangan.  Umur 9-12 bulan anak diajar menyebut mama-papa atau ibu- ayah, kakak, memasukkan mainan ke wadah, minum  dari  gelas,  menggelindingkan   bola, dilatih       berdiri,  dan  berjalan  dengan berpegangan tersenyum,dan berbicara.
Tabel 1. Karakteristik responden untuk kelompok intervensi di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor tahun 2006.

Kelompok
Karakteristik
Uraian
Frekuensi
Prosentase
Jumlah

Intervensi
Usia Ibu
15-20 tahun
1
5,5
18



21-25 tahun
4
22,2




26-30 tahun
6
33,3




31-35 tahun
6
33,3




36-40 tahun
1
5,5



Pendidikan
SD

7
38,8
18



SMP

5
27,7




SMA/SMK/SMEA
6
33,3



Pelatihan
0kali

10
55,5
18



1kali

8
44,4




2 kali atau lebih
0
0



Jumlah anak
1-2 orang
14
77,7
18



3-4 orang
4
22,2



Usia Anak
1-6
Bulan
8
25,8
31



7-12
Bulan
6
19,4




1-5
Tahun
7
22,6




6-10
Tahun
7
22,6




11-15 tahun
2
6,4




16-20 tahun
1
3,0










Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat prosentase terbesar untuk karakteristik usia pada kelompok intervensi berada pada rentang 21-25 tahun dan 26-30 tahun yaitu 33, 3% untuk masing-masing kategori. Untuk tingkat pendidikan 38, 8 % memiliki tingkat pendidikan SD dan 55, 5% belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan tentang stimulasi tumbuh kembang untuk anak. Jumlah anak sebesar 77, 7% memiliki anak berkisar 1-2 orang Usia anak yang dimiliki prosentase terbesar berada pada rentang 1-6 bulan yaitu sebesar 25, 8%.
Tabel 2. Karakteristik responden untuk kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor tahun 2006.
Kelompok
Karakteristik
Uraian
Frekuensi
Prosentase
Jumlah
Kontrol
Usia ibu
15-20 tahun
0
    0
17


21-25 tahun
2
11,8



26-30 tahun
9
52,9



31-35 tahun
4
23,5



36-40 tahun
2
11,8


Pendidikan
SD

8
   47
17


SMP

5
29,4



SMA/SMK/SMEA
3
17,6



S1

1
5,8


Pelatihan
0 kali

9
52,9
17


1 kali

5
29,4



2 kali atau lebih
3
17,6


Jumlah anak
1-2 orang
13
76,5
17


3-4 orang
      4
23,4


Usia Anak
1-6
bulan
7
21,8
32


7-12
bulan
10
31,2



1-5
tahun
3
9,3



6-10
tahun
6
18,7



11-15 tahun
3
9,3



16-20 tahun
2
6,2



21-25 tahun
1
3,1


Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat prosentase terbesar untuk karakteristik usia pada kelompok intervensi berada pada rentang 26-30 tahun yaitu 52, 9% untuk masing-masing kategori. Untuk tingkat pendidikan 47 % memiliki tingkat pendidikan SD dan 52, 9% belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan tentang stimulasi tumbuh kembang untuk anak. Jumlah anak sebesar 76, 5% memiliki anak berkisar 1-2 orang. Usia anak yang dimiliki prosentase terbesar berada pada rentang 7-12 bulan yaitu sebesar 31, 2% .

Tabel 3. Distribusi rata-rata pengetahuan dan ketrampilan untuk menstimulasi tumbuh kembang bayi pada kelompok intervensi di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor tahun 2006.



No
Variabel
Mean
SD
SE
   p Value
N




1
Pengetahuan











Pre test
17.6667
.90749
.21390
.003
18


2
Post test
18.6111
.50163
.11824




Ketrampilan











Pre test
72.3889
8.33235
1.96395
.126
18





Post test
74.1111
7.19386
1.69561
























Rata-rata pengetahuan stimulasi tumbuh kembang bayi untuk kelompok intervensi pada saat pre test didapatkan nilai rata-rata 17.6667  dengan standar deviasi 0.90749.Sedangkan pengukuran pengetahuan pada saat post test didapatkan nilai rata-rata 18.6111 dengan standar deviasi 0.50163.
Rata-rata ketrampilan untuk menstimulasi tumbuh kembang bayi pada saat pre test didapatkan nilai rata-rata 72.3889 dengan standar deviasi 8.33235. Sedangkan pengukuran ketrampilan pada saat post test didapatkan nilai rata-rata 74.1111 dengan standar deviasi 7.19386.



Tabel 4. Distribusi rata -rata pengetahuan dan ketrampilan untuk menstimulasi tumbuh kembang bayi pada kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor tahun 2006.

No
Variabel

Mean

SD

SE

p Value

N

1
Pengetahuan














Pre test
17.4118
1.17574
.28516
.031
17


2
Post test
18.2941
.77174
.18718







Ketrampilan















Pre test
70.4706
8.14031
1.97432
.107
17





Post test
74.2353
4.50735
1.09319







Rata-rata pengetahuan            stimulasi tumbuh  kembang    bayi untuk kelompok kontrol pada saat pre test didapatkan nilai rata-rata 17.4118  dengan    standar deviasi 1.17574.Sedangkan pengukuran pengetahuan pada saat post test didapatkan nilai rata-rata 18.2941 dengan standar deviasi 0.77174.
Rata-rata ketrampilan untuk menstimulasi tumbuh kembang bayi pada saat pre test didapatkan nilai rata-rata 70.4706 dengan standar deviasi 8.14031. Sedangkan pengukuran ketrampilan pada saat post test didapatkan nilai rata-rata 74.2353 dengan standar deviasi 4.50735.
Adanya perbedaan yang signifikan untuk pengukuran pengetahuan pada saat pre test dan post test pada kelompok intervensi dan kontrol dimungkinkan adanya pemberian informasi pada saat awal pertemuan dengan kedua kelompok yaitu berupa penyuluhan stimulasi tumbuh kembang anak usia 0-12 bulan dengan media LCD, pemberian modul atau buku panduan stimulasi tumbuh kembang yang dapat digunakan dan dibaca untuk kelompok intervensi pada saat dirumah. Pemberian informasi ini, tentunya akan meningkatkan pengetahuan ibu dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Tidak adanya perbedaan yang signifikan untuk pengukuran ketrampilan menstimulasi tumbuh kembang bayi pada saat pre test dan post test pada kelompok intervensi dan kontrol dimungkinkan responden pada kelompok intervensi 33,8% dengan tingkat pendidikan SMA, sedangkan responden untuk kelompok kontrol 17,6% juga berlatarbelakang pendidikan SMA. Responden yang telah mengikuti pelatihan stimulasi tumbuh kembang anak sebanyak 1 kali sebesar 44,4% untuk kelompok intervensi dan 29,4% untuk kelompok kontrol. Tentunya dengan latar belakang pendidikan dan pelatihan yang diperoleh , akan tahu dan mampu memahami materi stimulasi tumbuh kembang bayi.
Dalam penelitian ini responden sejak awal pre test sudah memiliki kemampuan ketrampilan yang baik, dilatarbelakangi dengan pendidikan dan pelatihan yang pernah diperoleh . Selain itu, berdasarkan karakteristik responden didapatkan data usia anak yang dimiliki untuk rentang 0-12 bulan pada kelompok intervensi sebesar 35,2% dan kelompok kontrol sebesar 53%.
Hasil uji Lavene untuk pengetahuan didapatkan nilai p 0.039, hal ini menunjukkan varians pengetahuan untuk kelompok intervensi dan kontrol berbeda. Hasil uji statistic dengan T independent untuk pengetahuan dengan varian yang berbeda pada kedua kelompok didapatkan nilai p 0.164. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan rerata pengetahuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Sedangkan untuk ketrampilan, hasil uji Lavene menunjukkan nilai p 0.320, hal ini menunjukkan varian kelompok intervensi dan kontrol adalah sama. Hasil uji statistic dengan uji T independent untuk ketrampilan dengan varian yang sama didapatkan nilai p 0.952. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata ketrampilan pada kelompok intervensi dan kontrol.
Tidak adanya perbedaan antara rerata pengetahuan dan ketrampilan pada kelompok yang diberikan modul dengan kelompok yang tidak diberikan modul stimulasi tumbuh kembang dimungkinkan latar belakang pendidikan sebagian SMA yaitu 33,8% pada kelompok intervensi dan 17.6% pada kelompok kontrol. Pelatihan stimulasi tumbuh kembang anak juga sebagian responden telah mengikutinya yaitu 44.4% pada kelompok intervensi dan 29.4% pada kelompok kontrol. Jangkauan informasi dari berbagai media massa juga memungkinkan peningkatan pengetahuan pada kelompok kontrol, walaupun tidak diberikan modul.            



BAB III
PEMBAHASAN
A.   Tinjauan Teori
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 2000). 
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil berinteraksi dengan lingkungannya (Kania, 2006).
a.    Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu:
1)   Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya (Kania, 2006).
2)   Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembangnya (Kania, 2006).
a)    Faktor lingkungan pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan.  Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh pada tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir.  Antara lain gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksik atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan anoksia embrio (Soetjiningsih, 2000).
b)   Faktor lingkungan posnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.  Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi (Soetjiningsih, 2000):
1.    Lingkungan biologis.
2.    Lingkungan fisik
3.    Faktor psikososial
4.    Faktor keluarga dan adat istiadat.
b.     Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut (Rusmila, 2008):
1)   Perkembangan menimbulkan perubahan.  Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.  Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2)   Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3)   Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.  Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4)   Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.  Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5)   Perkembangan mempunyai pola yang tetap.  Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal); b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6)   Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.  Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
1.      Pertumbuhan Anak
Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh sedangkan perkembangan adalah bertambahnya fungsi organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya untuk perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi. Sebuah organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel jaringan yang mengalami proliferasi atau hiperplasia dan hipertrofi. Pada awalnya organ ini masih sederhana dan fungsinya pun belum sempurna. Dengan bertambahnya umur atau waktu, organ tersebut berikut fungsinya akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan seorang anak memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh (Harahap, 2004).
Periode pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam kandungan ibu sampai umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui periode kritis ini maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”, artinya walaupun anak dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-kembangnya tidak bisa dikembalikan ke kondisi potensialnya (Buku saku gizi, 2010).
2.      Perkembangan Anak
Perkembnagan (development) adalah bertambahnya kemapuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.  Disini menyangkut  adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2000).
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuntitatif, melainkan kualitatif.  Jadi perkembangan itu adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya.
Perkembangan Anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik, Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial) – Periode ini merupakan kelanjutan dari masa bayi (lahir – usia 4 th) yang ditandai  dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik dan kognitif (perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta diikuti oleh perubahan – perubahan yang lain (Administrator, 2010).
Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak adalah:
1.    Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2.    Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3.    Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan).
4.    Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya).
B.   Kaitan Jurnal Dengan Teori
Pada aspek perkembangannnya, anak juga harus mendapatkan stimulasi agar dapat berkembang sesuai tahap perkembangannya. Menurut Frankenburg et al. (1981 dalam Soetjiningsih, 1995; Williams, 2004; Wong, 2003) terdapat 4 aspek untuk menilai perkembangan anak,  yaitu gerak motorik kasar, gerak motorik halus, bahasa dan personal sosial. Depkes  RI (2007) menjelaskan bahwa untuk mengetahui perkembangan  anak normal atau ada penyimpangan pada bayi 0-6 bulan di  tingkat pelayanan dasar adalah dengan menggunakan  kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP) dan tes daya dengar (TDD).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, orang tua khususnya ibu, merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi seorang bayi. Peran seorang ibu sangat penting, terutama sebagai agen kesehatan bagi anak dan keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan asah, asuh, asih pada bayi. Oleh karena itu, setiap ibu yang memiliki bayi memerlukan pengetahuan, sikap dan keterampilan  yang benar serta memiliki kepercayaan diri yang tinggi  tentang hal tersebut. Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan kesehatan keluarga dan anak, menyediakan layanan pada klien yang meliputi dukungan, pendidikan kesehatan dan pelayanan keperawatan yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam merawat bayinya (Mercer, 2006).Mercer (2006) juga mengemukakan bahwa keperawatan adalah profesi yang dinamis dengan tiga fokus utama yaitu promosi kesehatan, mencegah kesakitan dan menyediakan layanan keperawatan bagi yang memerlukan untuk mendapatkan kesehatan yang optimal serta penelitian untuk memperkaya dasar pengetahuan bagi pelayanan keperawatan. Selain itu, keperawatan juga merupakan profesi kesehatan yang berinteraksi kuat dan mendukung  wanita dalam pencapaian peran sebagai agen kesehatan bagi anak dan keluarganya.
Teori keperawatan Maternal Role Attainment (MRA) dapat digunakan sebagai kerangka konseptual penelitian dalam meningkatkan peran ibu dan percaya diri ibu dalam merawat bayi (Russel, 2006; Meighan, 2006). Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini menjadikan  teori keperawatan sebagai  dasar pemikiran. Teori keperawatan MRA merupakan salah satu dari teori middle range  yang dikembangkan oleh  Ramona T. Mercer,  yang berfokus pada ibu dalam mengembangkan perannya sebagai  seorang ibu agar lebih percaya diri dalam melakukan perawatan anak-anaknya, melalui upaya pemberian pendidikan kesehatan (penkes) oleh perawat (Mercer, 2006;Mercer dan Walker, 2006). Beberapa asumsi yang mendasari teori ini adalah 3+ karakteristik ibu, percaya diri ibu, status kesehatan bayi dan hasil akhir berupa status tumbuh kembang bayi (Mercer, 2006). 
Berdasarkan pengamatan di lapangan masih banyak ditemukan praktek pengasuhan bayi yang kurang kaya akan upaya stimulasi. Untuk itu diperlukan  penkes yang dapat merubah perilaku ibu melalui  pengetahuan, sikap, kemampuan,  dan kepercayaan diri yang tinggi dalam merawat bayi khususnya dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi. Beberapa studi  menunjukkan bahwa penkes memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan pengetahuan dan kemampuan praktek dalam merawat bayi (Bhandari et al.,2004; Butz et al., 2005; Piwoz et al., 2005; Schlickau et al., 2005; Hasyam, 2007;Harisawati, 2008). Salah satu pendekatan teori belajar yang digunakan dalam pendidikan kesehatan  adalah teori  belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Modelling merupakan  konsep dasar dari teori belajar sosial yang fokus akhirnya adalah mewujudkan  kemampuan  diri seseorang melalui upaya peningkatan  atensi, retensi, reproduksi dan motivasi selama proses belajar berlangsung (Hall & Lindzey, 1985). Melalui pendidikan kesehatan  dengan pendekatan modelling inilah, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi   ibu dalam merawat bayi terutama dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi.



BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN

Salah satu peran perawat dalam masyarakat adalah sebagai edukator.Peran perawat sebagai edukator dalamruang lingkup komunitas berhubungan dengan kegiatan mendidik, mengarahkan dan mengawasi pembelajaran yang diberikan kepada masyarakat. Anak prasekolah merupakan anggota komponen masyarakat yang berada dalam masa perkembangan usia dini. Salah satu aspek perkembangan anak usia dini adalah perkembangan kemandirian.Perawatan dan pendidikan merupakan rangsangan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam perkembangan kemandirian anak. Sumber rangsangan dapat berasal dari lingkungan eksternal anak seperti sekolah dan keluarga. Ibu merupakan orang yang paling berpengaruh bagi perkembangan anak usia dini di lingkungan keluarga. Untuk mengoptimalkan perkembangan kemandirian anak prasekolah, perlu diadakan pembelajaran tentang pola stimulasi kemandirian dan perkembangan kemandirian kepada ibu maupun pihak sekolah.



BAB V
KESIMPILAN

Rata-rata pengetahuan tentang stimulasi tumbuh kembang bayi pada saat pre test dan post test untuk kelompok intevensi terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai p =0.003, sedangkan untuk rata-rata ketrampilan pada saat pre test dan post tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai p =0.126. Pada kelompok kontrol didapatkan rata -rata pengetahuan tentang stimulasi tumbuh kembang bayi pada saat pre test dan post test terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai p=0,031, sedangkan untuk tingkat ketrampilan tidak terdapat perbedaan pada saat pre test dan post test dengan nilai p=0.107.
Hasil uji statistic dengan T independent untuk pengetahuan dengan varian yang berbeda pada kedua kelompok didapatkan nilai p 0.164, hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan rerata pengetahuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil uji statistic dengan uji T independent untuk ketrampilan dengan varian yang sama didapatkan nilai p 0.952, hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata ketrampilan pada kelompok intervensi dan kontrol.
Walaupun rerata pengetahuan dan ketrampilan antara kelompok yang diberikan modul dan tidak diberikan modul tidak signifikan atau tidak ada perbedaan, akan tetapi pemberian penyuluhan kesehatan tentang stimulasi tumbuh kembang bayi berdampak terhadap hasil pengukuran pre test dan post test pada kedua kelompok, meskipun untuk ketrampilan tidak demikian. Hal ini menunjukkan pemberian informasi akan meningkatkan pemahaman responden tentang stimulasi tumbuh kembang pada bayi.
Penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan studi kualitatif dengan fokus grup diskusi untuk menggali secara lebih dalam pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang pada anak. Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan melibatkan faktor-faktor yang dimungkinkan mempengaruhi pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang anak dengan jumlah sampel yang lebih luas lagi.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2004), Stimulasi dan Nutrisi untuk Bayi (on -line), Terdapat pada (http://www. orienta.co.id/ kesehatan/ beritasehat /detail.php?id, 14 Oktober 2004).

Anonim (2006)-, Stimulasi dari “Cilukba” (on line), Terdapat pada
(http://www.kompas.com/kompas-cetak/0308/14/inspirasi/490255.htm, 14 April 2006).

Departemen Kesehatan RI. (1991). Pedoman Stimulasi Perkembangan Anak, Panduan Untuk Keluarga, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hanson, SMH and Boyd, ST (1996). Family Health Care Nursing: Theory Practice and Research, Philadelphia: CV Mosby Company.

Hurlock, EB. (1980).Sijabat RM.penerjemah. Development Psychology: A Life Span Approach, Edisi 5, Jakarta: Erlangga.

Kozier and Erb. (2000). Fundamental of Nursing; Consept,Prosess & Practice, 4 th, Philadelphia: CV. Mosby Company.

Marlow, DR and Redding, BA. (1988).The Textbook of Pediatric Nursing. Philadelphia: WB Saunders Company.

Notoadmojo,S (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan,Jakarta: Renneka Cipta.

Pootter and Perry. (1997). Fundamental of Nursing: Consept, Process and Practice, Forth edition, St. Louis: CV Mosby Company.

Siroj., RA., Cara Seseorang Memperoleh Pengetahuan dan Implikasinya Pada Pembelajaran Matematika (on-line), Terdapat pada (http://www. depdiknas.go.id/Jurnal/43/rusdy-a-siroj.htm).

Wong, DL. (2001). Essential of Paediatric Nursing. St.Louis: CV Mosby Company.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar