BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik.
Salah satu golongan penyakit reumatik yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal adalah rheumatoid arthritis. Reumatik dapat mengakibatkan
perubahan otot hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang
menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnnya
usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak
selalu mengalami atau menderita rematik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik
ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reumatik bukan
merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu sindrom. Golongan penyakit
yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun semua
menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli dibidang
rematologi, rematik dapat terungkap sebagai keluhan atau tanda. Dari
kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal
yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan serta adanya tiga tanda utama
yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot dan gangguan gerak. (sonarto,1982)
Dari berbagai masalah ksehatan itu ternyata gangguan muskuloskletal
menempati urutan kedua 14,5 % setelah pnyakit kardiovaskuler dalam pola
penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health,1996) dan
berdasarkan WHO di jawa ditemukan bahwa rheumatoid arthritis menempati urutan
pertama ( 49% ) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et.al, 1991).
Sehingga perawat mengambil tema tentang asuhan keperawatan pada klien rematoid
artritis.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan rheumatoid arthritis?
2. Apa etiologi rheumatoid arthritis?
3. Apa manifestasi klinis rheumatoid arthritis?
4. Bagaimana patofisiologi rheumatoid arthritis?
5. Jelaskan pathway rheumatoid arthritis?
6. Apa saja komplikasi yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit rheumatoid arthritis?
7. Bagaimana prognosis rheumatoid arthritis?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis?
9. Bagaimana pencegahan rheumatoid arthritis?
10. Bagaimana penatalaksanaan rheumatoid arthritis?
C. TUJUAN
a.
Tujuan Umum
Mahasiswa
mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit rematoid artritis.
b. Tujuan
Khusus
1. Menjelaskan pengertian rheumatoid arthritis.
2. Menjelaskan etiologi rheumatoid arthritis
3. Menjelaskan manifestasi klinis rheumatoid arthritis.
4. Menjelaskan patofisiologi rheumatoid arthritis.
5. Menjelaskan pathway rheumatoid arthritis.
6. Menjelaskan komplikasi rheumatoid arthritis.
7. Menjelaskan prognosis rheumatoid arthritis.
8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang rheumatoid arthritis?
9. Menjelaskan pencegahan rheumatoid arthritis.
10. Menjelaskan penatalaksanaan rheumatoid arthritis
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Kata arthritis berasal dari dua kata
Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti
peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan
rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon,
2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid arthritis adalah penyakit
jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari
membran sinovial dari sendi diartroidial.
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang
terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang
persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada
membran sinovial dan struktur – struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan
tulang.
Arthritis rheumatoid adalah
penyakit sistemik dengan gejala ekstra – artikuler. (Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Volume 3. 2001).
B.
ETIOLOGI
Penyebab penyakit rheumatoid
arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah
mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor metabolik dan infeksi virus
(Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Agen spesifik penyebab arthritis rheumatoid belum dapat dipastikan, tetapi
jelas ada interaksi faktor genetik
dengan faktor lingkungan. (Maini dan Feldmann, 1998 : Blab et al, 1999).
C.
MANIFESTASI KLINIS
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan
energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi serta kekakuan otot dan kekauan sendi biasanya
paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis rheumatoid
arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya
penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi
merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis (Smeltzer
& Bare, 2002). Gejala sistemik dari rheumatoid arthritis adalah mudah
capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
D.
PATOFISIOLOGI
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar
ke struktur-struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan
kapsul fibrosa sendi. Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh
penimbunan sel darah putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan
pembentukan jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium
hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan
nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke
seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan
parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta
deformitas.
E. KOMPLIKASI
1.
Osteoporosis
2.
Gangguan
jantung
3.
Gangguan
paru
F. PROGNOSIS
Pada umumnya pasien artritis
reumatoid akan mengalami manifestasi penyakit yang bersifat monosiklik (hanya
mengalami satu episode artritis reumatoid dan selanjutnya akan mengalami remisi
sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini telah terkena artritis reumatoid
akan menderita penyakit ini selama sisa hidupnya dan hanya diselingi oleh
beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya
akan menderita artritis reumatoid yang progresif yang disertai dengan penurunan
kapasitas fungsional yang menetap pada setiap eksaserbasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya,
bahwasannya penyakit ini bersifat sistemik. Maka seluruh organ dapat diserang,
baik mata, paru-paru, jantung, ginjal, kulit, jaringan ikat, dan sebagainya.
Bintik-bintik kecil yang berupa benjolan atau noduli dan tersebar di seluruh
organ di badan penderita. Pada paru-paru dapat menimbulkan lung fibrosis, pada
jantung dapat menimbulkan pericarditis, myocarditis dan seterusnya. Bahkan di
kulit, nodulus rheumaticus ini bentuknya lebih besar dan terdapat pada daerah
insertio dan otot-otot atau pada daerah extensor. Bila RA nodule ini kita sayat
secara melintang maka kita akan dapati gambaran: nekrosis sentralis yang
dikelilingi dengan sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun yang berjajar
seperti jeruji roda sepeda (radier) dan membentuk palisade. Di sekitarnya
dikelilingi oleh deposit-deposit fibrin dan di pinggirnya ditumbuhi dengan
fibroblast. Benjolan rematik ini jarang dijumpai pada penderita-penderita RA
jenis ringan. Disamping hal-hal yang disebutkan di atas gambaran anemia pada
penderita RA bukan disebabkan oleh karena kurangnya zat besi pada makanan atau
tubuh penderita. Hal ini timbul akibat pengaruh imunologik, yang menyebabkan
zat-zat besi terkumpul pada jaringan limpa dan sistema retikulo endotelial,
sehingga jumlahnya di daerah menjadi kurang. Kelainan sistem pencernaan yang
sering dijumpai adalah gratitis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi
utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah
perjalanan penyakit (desease modifying antiremathoid drugs, DMARD) yang menjadi
faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes faktor reumatoid positif,
antinuclear antibody (ANA), posotif bermakna pada sebagian penderita.
2. LED naik pada penyakit aktif :
Umumnya meningkat pesat ( 80 – 100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala
– gejala meningkat; anemia; albumin serum rendah dan fosfatase alkali
meningkat.
3. Rontgen menunjukkan erosi terutama
pada sendi – sendi tangan, kaki dan pergelangan pada stadium dini; kemudian,
pada tiap sendi.
4. Kelainan destruktif yang progresif
pada sendi dan disorganisasi pada penyakit yang berat.
5. Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.
H. PENCEGAHAN
Menjaga
supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari – hari, sebaiknya
digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan
sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah
datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan,
menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi
suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega
3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap
lentur.
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Memberikan Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi
pengertian tentang patofisiologi, penyebab dan prognosis penyakit termasuk
komponen penatalaksanaan regimen obat yang kompleks. Pendidikan tentang
penyakit ini kepada pasien, keluarga dan siapa saja yang berhubungan dengan
pasien.
Pendidikan pencegahan yang diberikan
pada klien berupa istirahat yang cukup, gunakan kaos kaki atau sarung tangan
sewaktu tidur malam, kurangi aktivitas yang berat secara perlahan – lahan.
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid
Artritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Oleh karena itu, pasien harus
membagi waktu istirahat dan beraktivitas.
3. Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif semua
sendi yang sakit, minimalnya 2x sehari.
4.Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi –
sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.
5.Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis
reumatoid adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal
serta mengurangi peradangan pada sendi.
Adapun syarat – syarat diet atritis
reumatoid adalah protein cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan
disesuaikan dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata – rata asupan
cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih
banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Sistem
Muskuloskeletal
1. Inspeksi :
a. Perhatian
keadaan sendi-sendi pada leher, spina servikal, spina torakal, lumbai, bahu
siku, pergelangan, tangan dan jari tangan, pinggul, lutut, ekstermitas bawah
dan panggul
b. Amati
kemerahan dan bengkak pada jaringan lunak sekitar sendi.
2. Palpasi :
a. Adanya nyeri
sendi padadaerah yang disertai kemerahan / bengkak.
Dengan skala
nyeri :
Ringan : 0
– 3
Sedang : 3
– 7
Berat : 7
– 10
b. Temperatur
hangat pada sendi yang nyeri.
B. Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen
pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi
sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik
berhubungan dengan: Deformitas skeletal,Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi
aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan
penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan
tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan
mobilitas
4. Kurang perawatan diri berhubungan
dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada
waktu bergerak, depresi.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi informasi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri
akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
- Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
- Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan
berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
- Mengikuti
program farmakologis yang diresepkan,
- Menggabungkan
keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional:.
a. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10).
Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
R/ Membantu
dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan
linen tempat tidur sesuai kebutuhan
R/Matras yang
lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat
tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir,
gulungan trokhanter, bebat, brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi
yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan
nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi)
d. Dorong untuk sering mengubah
posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas
dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/ Mencegah terjadinya kelelahan
umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit
pada sendi)
e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi
pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. (R/ Panas
meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat disembuhkan)
f. Berikan masase yang lembut (R/meningkatkan relaksasi/
mengurangi nyeri)
g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya
relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman
imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/ Meningkatkan relaksasi,
memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping)
h. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk
situasi individu. (R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat)
i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan
sesuai petunjuk. (R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi)
j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
(mis:asetil salisilat) (R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan
dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.)
k. Berikan es
kompres dingin jika dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan
bengkak selama periode akut)
2. Kerusakan Mobilitas Fisik
berhubungan dengan: Deformitas skeletal,Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi
aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
- Mempertahankan
fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
- Mempertahankan
ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian
tubuh.
- Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang
memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi
dan Rasional:.
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa
sakit pada sendi (R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/
resolusi dari peoses inflamasi)
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika
diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus
menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik
dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk
mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)
c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga
latihan resistif dan isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/
meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan
tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan
dapat merusak sendi)
d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel
cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien.
Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)
e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan
trokanter, bebat, brace (R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera
) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor)
f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/
Mencegah fleksi leher)
g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk
tinggi, berdiri, dan berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas)
h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan
kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/
Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)
i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna
dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada
kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat)
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/
Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko
imobilitas)
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai
indikasi (steroid). (R/ Mungkin dibutuhkan untuk
menekan sistem inflamasi akut).
3. Gangguan citra
tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan
mobilitas.
Kriteria Hasil :
- Mengungkapkan
peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
- Menyusun
rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses
penyakit, harapan masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa
takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung)
b. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada
pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam
memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
(R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling
lebih lanjut)
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang
terdekat menerima keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat
dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)
d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan,
ketergantungan. (R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan
bermusuhan umum terjadi)
e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan
menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan. (R/ Dapat menunjukkan
emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih
lanjut)
f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien
untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping. (R/
Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan
perasaan harga diri)
g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas. (Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong
kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi)
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/
Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)
i. Berikan bantuan positif bila perlu. (R/ Memungkinkan
pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku
positif. Meningkatkan rasa percaya diri)
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis:
perawat spesialis psikiatri, psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin
membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/
ketidakmampuan)
k. Kolaborasi:
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan
peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi
hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif.
4. Kurang perawatan diri berhubungan
dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada
waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
- Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang
konsisten dengan kemampuan individual.
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang
dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:
a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul
awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang
diantisipasi. (R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan
adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini).
b.Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan
program latihan. (R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan
diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk
meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri)
d.Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna
untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang
kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk
mandi pancuran)
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum
pemulangan dengan evaluasi setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah
yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)
f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis:
pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai
bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah).
5.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan
interpretasi informasi.
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan
pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
- Mengembangkan
rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten
dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa
depan. (R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi)
b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan
proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan
istirahat.(R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/
jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas)
c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi
yang realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi
fisik, dan manajemen stres. (R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas
pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks)
d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen
farmakoterapeutik. (R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan
dosis)
e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu,
atau antasida pada waktu tidur. (R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri
pada HS akan meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari)
f. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan,
mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik. (R/
Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak.
Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi)
g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan
mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter. (R/
Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko
takar layak obat/ efek samping yang berbahaya)
h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan
yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi. (R/ Meningkatkan perasaan
sehat umum dan perbaikan jaringan)
i. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan
dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan. (R/ Pengurangan
berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut,
pergelangan kaki, telapak kaki)
j. Berikan informasi mengenai alat bantu (R/ Mengurangi
paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta
secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan)
k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk
daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi (R/ Mencegah kepenatan,
memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian)
l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik
pada sat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar
sendi tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang
ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan
bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan. ( R: mekanika tubuh yang
baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi
dan nyeri ).
m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan
perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan
pemberian bantalan yang tepat. ( R: mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit
)
n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/
pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT. ( R; Terapi obat
obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek
optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya.
o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan ( R:
Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan lain
untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan
perasaan harga diri/ percaya diri.).
p. Identifikasi
sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada). (R: bantuan/
dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal).
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Arthritis rheumatoid adalah
penyakit sistemik dengan gejala ekstra-artikuler. ( Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah,Volume 3. 2001 ).
Artritis
Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C.
Baughman. 2000 )
Penyebab penyakit rheumatoid
arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah
mekanisme imunitas (antigen – antibodi), faktor metabolik dan infeksi virus
(Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
B. SARAN
Pada kesempatan ini penulis akan
mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha
peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui
atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan rheumatoid
artritis, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik
dengan klien dan keluarga.
2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko injuri pada
klien dengan rheumatoid artritis maka tugas perawat yang utama adalah sering
mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami rheumatoid artritis.
3. Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan
yang harmonis dengan keluarga sehingga keluarga diharapkan mampu membantu dan
memotivasi klien dalam proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn.2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Kalim.Handono.1996.Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer.Arif.2000.Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius FKUI.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar