BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang Masalah
Hipertensi atau sering disebut tekanan darah tinggi
merupakan masalah kesehatan yang sangat sering dijumpai di masyarakat. Memerlukan
penanggulangan yang baik dan tepat,serta memerlukan perhatian dokter, farmasis,
perawat, pasien yang bersangkutan dan keluarga pasien. Hal ini disebabkan
proses terapi hipertensi membutuhkan waktu yang panjang,angka pravelensi yang
tinggi, dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Menurut penelitian
bersama WHO-SEAR (World Health Organization-South East Asia Region), Hipertensi
merupakan penyakit kedua terbanyak di Indonesia yang diderita oleh orang lanjut
usia (60 tahun keatas) dari 1230 orang yang dipilih secara random didesa dan
kota (Darmojo dan pranarka, 2001:249-251).
Hipertensi dapat terjadi pada pria maupun wanita. Resiko
hipertensi semakin meningkat pada usia 60-an keatas. Hipertensi terjadi bila
aliran darah menghasilkan tekanan yang sangat besar pada dinding arteri. Hampir
90% kasus hipertensi tidak diketahui penyebab sebenarnya. sebagian besar
hipertensi tidak memberikan gejala(asimtomatis). Gejala mengantuk, mual, muntah
dan sakit kepala yang dialami oleh individu dengan hipertensi seringkali
disebabkan oleh komplikasi pada organ tubuh akibat hipertensi. Faktor-faktor
seperti usia, keturunan(herediter), kebiasaan merokok, konsumsi alcohol,
kegemukan, stress, penyakit ginjal, gangguan adrenal, penyakit jantung
congenital, obat-obat tertentu, pre-eklamsia, konsumsi tinggi garam, dan gaya
hidup kurang aktif dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi(MIMS,2008).Proses
menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Darmojo dan Martono, 2006:37-40).
Secara umum, memang beberapa penyakit dapat dikendalikan,
akan tetapi pada lansia hal ini masih merupakan suatu masalah, karena berkaitan
dengan 1menurunya fungsi organ tubuh dan daya tahan tubuh akibat proses
menua. Bahkan diluar negeri yang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
diragukan lagi, ternyata angka kematian akibat beberapa penyakit pada lansia
masih jauh lebih tinggi dibandingkan pada usia muda, yang membuktikan bahwa
pengobatan yang tepat masih merupakan masalah penting pada lansia (Darmojo dan
Martono, 2006:40) Obat berperan sangat penting dalam pelayanan
kesehatan,penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan
dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi, Berbagai pilihan obat saat
ini tersedia, Sehingga diperlukan pertimbangan –pertimbangan yang cermat dalam
memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting obat harus selalu
digunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal.
Interaksi obat adalah peristiwa dimana kerja obat
dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan atau hampir bersamaan. Efek
obat dapat bertambah kuat atau berkurang karena interaksi ini, Akibat yang
tidak dikehendaki dari peristiwa ini ada dua kemungkinan yakni meningkatkan
efek toksik atau efek samping obat atau berkurangnya efek klinik yang
diharapkan. Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat
meningkatkan toksisitas atau mengurangi efektifitas obat yang berinteraksi jadi
terutama bila menyangkut obat dengan obat dengan batas keamanan yang sempit
(Ganiswara,1995).
Pengobatan dengan obat untuk geriatri harus selalu disertai
pertimbangan yang sangat hati –hati terhadap kesehatan dan toleransi individu,
seleksi obat, dan jadwal dosis serta kemungkinan kebutuhan untuk bantuan dalam
pengobatan rutin. Pengobatan hipertensi yang tepat pada usia lanjut dapat
menurunkan komplikasi hipertensi secara nyata misalnya strok (Siregar, Lia,
2004).
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan
darah diastolic dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan
darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50
tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya
usia (Stockslager , 2008).
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua
hipertensi dengan peningkatan sistolik dan diastolic dijumpai pada usia
pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik
meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan
sistolik meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri
Semarang,2008)
B.
Perubahan
fisiologi pada lansia terkait dengan penyakit hipertensi
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuanjaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000).
Proses penuaan, menurut dosen IPB Dra Emma S
Wirakusumah MSc, secara umum dipahami sebagai proses pembelahan sel yang
merupakan faktor endogenik dan tak bisa dihentikan. Sel manusia terbatas
umurnya. Setelah membelah 50-100 kali kemudian berhenti. Sel pun menjadi tua
sehingga membuat seseorang mengalami kemunduran secara fisik dan mental.
Perubahan-perubahan yang Terjadi
pada Lanjut Usia/Penuaan Pada Sistem Tubuh (Fisiologis).
A.
Perubahan Fisiologis
Perubahan
fisiologis yang paling umum terjadi seiring bertambahnya usia adalah perubahan
pada fungsi sistol ventrikel. Sebagai pemompa utama aliran darah sistemik
manusia, perubahan sistol ventrikel akan sangat mempengaruhi keadaan umum
pasien. Parameter utama yang terlihat ialah detak jantung, preload dan
afterload, performa otot jantung, serta regulasi neurohormonal kardiovaskular.
Oleh karenanya, orang-orang tua menjadi mudah deg-degan. Akibat terlalu
sensitif terhadap respon tersebut, isi sekuncup menjadi bertambah menurut kurva
Frank-Starling. Efeknya, volume akhir diastolik menjadi bertambah dan
menyebabkan kerja jantung yang terlalu berat dan lemah jantung. Awalnya, efek
ini diduga terjadi akibat efek blokade reseptor β-adrenergik, namun setelah
diberi β-agonis ternyata tidak memberikan perbaikan efek.
Di
lain sisi, terjadi perubahan kerja diastolik terutama pada pengisian awal
diastol lantaran otot-otot jantung sudah mengalami penurunan kerja. Secara
otomatis, akibat kurangnya kerja otot atrium untuk melakukan pengisian
diastolik awal, akan terjadi pula fibrilasi atrium, sebagaimana sangat sering
dikeluhkan para lansia. Masih berhubungan dengan diastol, akibat ketidakmampuan
kontraksi atrium secara optimal, akan terjadi penurunan komplians ventrikel
ketika menerima darah yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan diastolik
ventrikel ketika istirahat dan exercise. Hasilnya, akan terjadi edema paru dan
kongesti sistemik vena yang sering menjadi gejala klinis utama pasien lansia.
Secara umum, yang sering terjadi dan memberikan efek nyata secara klinis ialah
gangguan fungsi diastol.
Pemeriksaan
EKG perlu dilakukan untuk melihat adanya penyakit jantung koroner, gangguan
konduksi dan irama jantung, serta hipertrofi bagian-bagian jantung. Beberapa
macam aritmia yang sering ditemui pada lansia berupa ventricular extrasystole
(VES), supraventricular extrasystole (SVES), atrial flutter/fibrilation,
bradycardia sinus, sinus block, A-V junctional. Gambaran EKG pada lansia yang
tidak memiliki kelainan jantung biasanya hanya akan menunjukkan perubahan
segmen ST dan T yang tidak khas. Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan
ekokardiografi sebagaimana prosedur standar bagi para penderita penyakit
jantung lainnya.
B.
Perubahan-perubahan Fisik
1.
Sel.
a) Lebih
sedikit jumlahnya.
b) Lebih
besar ukurannya.
c) Berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot,
ginjal, darah, dan hati.
e) Jumlah sel otak menurun.
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2.
Sistem Pendengaran.
a) Presbiakusis
(gangguan dalam pendengaran)Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b) Otosklerosis
akibat atrofi membran tympani .
c) Terjadinya
pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d)
Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia
yang mengalami ketegangan jiwa/stress.
3. Sistem Penglihatan.
a) Timbul
sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b) Kornea
lebih berbentuk sferis (bola).
c) Kekeruhan
pada lensa menyebabkan katarak.
d) Meningkatnya
ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah
melihat dalam cahaya gelap.
e) Hilangnya
daya akomodasi.
f) Menurunnya
lapangan pandang,berkurang luas pandangannya.
g) Menurunnya
daya membedakan warna biru atau hijau.
4. Sistem Respirasi
a) Otot-otot
pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b) Menurunnya
aktivitas dari silia.
c) Paru-paru
kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan
maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d) Alveoli
ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e) Kemampuan
untuk batuk berkurang.
f) Kemampuan
kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
5.
Sistem Gastrointestinal.
a) Kehilangan
gigi akibat Periodontal disease,kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
b) Indera
pengecap menurun,hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah terhadap rasa
manis, asin, asam, dan pahit.
c) Eosephagus
melebar.
d) Rasa
lapar menurun, asam lambung menurun.
e) Peristaltik
lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f) Daya
absorbsi melemah.
6.
Sistem Reproduksi.
a) Menciutnya
ovari dan uterus.
b) Atrofi
payudara.
c) Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
d) Kehidupan
seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik.
e) Selaput
lendir vagina menurun.
7.
Sistem Endokrin.
a) Produksi
semua hormon menurun.
b) Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR
(Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.
c) Menurunnya
produksi aldosteron.
d) Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya,
progesteron, estrogen, dan testosteron.
e) Sintesa
protein menurun
f) Lean
bone mass turun
g) Penurunan
% lemak
h) Penurunan
GH
Penyakit yang terjadi :
a) Hypertiroid
b) Toxin
c) Ca
tyroid
d) Hyporthiroid
e) Rusaknya
aktivitas tyroxsin
f) Hilangnya
reseptor
g) Defeck
hipotalamus
h) DM
i)
Pada laki-laki : penurunan libido
mengakibatkan penurunan frek aktivitas sex
j)
Pada perempuan : monopause atrofi vegina
8.
Sistem Kulit ( Sistem Integumen )
Kulit mengerut atau keriput akibat
kehilangan jaringan lemak.
a) Permukaan
kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan
ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
b) Kulit
kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
c) Rambut
dalam hidung dan telinga menebal.
d) Berkurangnya
elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
e) Pertumbuhan
kuku lebih lambat.
f) Kuku
jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
g) Kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
9.
Sistem kardiovaskuler
a) dinding
aorta menurun
b) perubahan
miokara ; atrofi menurun
c) lemak
sub endoicard menurun ; fibrosis, menebal, sclerosis
d) katup-katup jantung mudah fibrosis dan
klasifikasi (kaku)
e) peningkatan jaringan ikat pada Sa Node
f) penurunan
denyut jantung maksimal pada latihan
g) Penurunan
jumlah sel pada pace maker
h) Jaringan
kolagen bertambah dan jaringan elastis berkurang
i)
Pada otot jantung
j)
Penurunan elastis pada diding vena
k) Respon
baro reseptor menurun
10.
Sistem pernapasan
a) Gerakan
pernapasan : dangkal, sesak napas, otot lemah
b) Distribusi
gas : penumpukan udara dalam alveolus
c) Volume dan kapasitas paru menurun
d) Gangguan transportasi gas
e) Imobilisasi : efusi pleura, pneumothorak,
tumor paru
Penyakit yang terjadi adalah :
1. Pneumoni
2. TBC
3. PPOM
4. Ca
Paru
11.
Sistem neurologis
1. struktr
otak dilatasi ventricular
2. atrofi
otak
3. berat otak < 6-10 % (umur <80 thn)
4. perubahan
bentuk
5. dopamin
- fungsi sensorimotor
6. lensa mata tipis
7. pupil mengecil
8. Memori
9. kognitif
turun
penyakit yang terjadi :
1. epilepsi
2. gangguan gerak langkah
3. Parkinson
12.Perubahan
Sistem Urinari
perubahan menua primer.
1. nevron
berkurang disertai perubahan fungsi tubuler
2. kapasitas kandung kemih berkurang
3. tegangan spingter berkurang
4. pada laki-laki : terjadi benigna hipertropi
prostate
5. pada perempuan : perubahan tegangan otot
pelvis
perubahan sekunder
1. kondisi
nefron sklerrosis karena penyakit
2. hipertensi
3. penyakit
ginjal karena konsumsi obat-obatan
4. infeksi
saluran kencing karena sistem imunitas berkurang
13.Perubahan
sistem muskuloskeletal
1. otot-otot
atrofi
2. fibrosis
3. massa tonus / kekuatan otot menurun
4. otot lebih menonjol dari ektremitas yang kecil
dan lemah
C.
Perubahan-perubahan Mental.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan mental.
a.
Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b.
Kesehatan umum
c.
Tingkat pendidikan
d.
Keturunan (Hereditas)
e.
Lingkungan
1. Kenangan
(Memory).
a.
Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup
beberapa perubahan.
b.
Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.
2. IQ
(Inteligentia Quantion).
a.
Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b.
Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan
pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
D.
Perubahan-perubahan Psikososial.
a.
Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas),
ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
1)
Kehilangan finansial (income berkurang).
2)
Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan segala fasilitasnya).
3)
Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
4)
Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b.
Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
c.
Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
d.
Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e.
Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya
pengobatan.
f.
Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g.
Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h.
Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i.
Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan
family.
j.
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
E.
Perkembangan Spritual.
a.
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)
b.
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).
c.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan
bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.
C. Masalah
yang terjadi penyakit hipertensi pada lansia
Masalah Kesehatan Pada
Lansia
1.
Penyakit kardiovaskuler
Merupakan penyebab kematian terbesar
pada usia 65 tahun ke atas di seluruh dunia. Pada lansia penyakit ini merupakan
salah satu penyakit yang banyak ditemui, malah mungkin yang terbanyak diderita.
Dengan adanya peninggian prevalensi populasi usia lanjut maka akan terjadi pula
peningkatan prevalensi penyebab kardiovaskuler. Penyakit jantung pada usia
lanjut diantaranya:
a. Penyakit
Jantung Koroner
Penyakit
jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh gangguan pada
pembuluh darah koroner (pembuluh darah yang mensuplai makanan dan oksigen pada
jantung).
Gejalanya:
Angina pektoris (nyeri dada), yang sifatnya subjektif seperti tertekan atau
merasa dadanya diperas-diperas, seperti ditusuk-ditusuk, bahkan ada yang merasa
seperti terbakar. Hal ini timbul pada saat seseorang melakukan aktivitas fisik
yang berlebihan, misalnya sedang berolahraga, marah besar, atau emosi lainnya.
Nyeri bisa juga menjalar ke bahu, leher, bahkan ada yang ke punggung atau bawah
mulut. Rasanya seperti pegal-pegal atau kesemutan.
Perasaan tidak enak di dada ini disertai
dengan kepala terasa ringan seperti mau jatuh, berkeringat dingin, mual atau
muntah, dan sesak nafas. Kekhasan angina pektoris adalah begitu kegiatan fisik
atau emosi sudah berhenti/reda dengan sendirinya sakit itu menghilang. Hal ini
biasanya berlangsung hanya 2-3 menit atau kurang dari 15 menit.
b.
Infark miokard, terjadi serangan jantung yang lebih hebat. Berupa nyeri dada
yang lebih hebat disertai keringat dingin, mual, bisa terjadi penurunan
kesadaran (mau pingsan) hingga kematian.
2. Penyakit sistem endokrin (hormonal)
a.
Diabetes melitus (kencing manis)
Dari berbagai penelitian disepakati
adanya kenaikan gula darah dengan usia, jadi toleransi glukosa menurun.
Menurunnya toleransi glukosa pada usia lanjut ini berhubungan dengan
berkurangnya sensitivitas sel terhadap insulin (resistensi insulin). Faktor
risiko terjadinya diabetes yang perlu diperbaiki diantaranya hipertensi,
merokok, obesitas, pola makan.
b. Hormon
seks pada usia lanjut
Apabila seorang wanita mendekati masa
menopause, menstruasi mulai tak teratur. Dari berbagai dampak menopause, yang
diakibatkan oleh penurunan hormon estrogen, mungkin osteoporosis paling
penting, disamping kelainan jantung dan pembuluh darah. Sering wanita juga
merasa sakit saat melakukan hubungan intim. Penggunaan hormon estrogen
pengganti dapat mengurangi keluhan yang timbul. Pada pria, memang ada penurunan
libido dan kegiatan seks yang berhubungan dengan penurunan hormon testosteron.
Tetapi kapasitas reproduksi dapat bertahan sampai usia uzur.
3. Rematik
Proses menua mempengaruhi juga sistem
otot dan persendian, dengan kemungkinan timbulnya penyakit rematik. Penyakit
rematik yang sering menyertai usia lanjut adalah osteoartritis.
Kejadian penyakit ini meningkat sejalan
dengan meningkatnya usia manusia. Rematik dapat mengakibatkan perubahan otot,
hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak
dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami
atau menderita rematik. Bagaimana timbulnya rematik ini sampai sekarang belum
sepenuhnya dapat dimengerti.
Rematik bukan merupakan satu penyakit ,
tapi merupakan suatu sindrom. Rematik dapat terungkap sebagai suatu sindrom
atau tanda. Ada tiga keluhan utama pada sistem otot dan sendi yaitu: nyeri,
kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu:
pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak.
4. Ginjal dan hipertensi pada usia lanjut.
Setelah umur 30 tahun mulai terjadi
penurunan kemampuan ginjal dan pada usia 60 tahun kemampuan ginjal menurun
menjadi tinggal 50% dari kapasitas fungsinya pada usia 30 tahun. Ini disebabkan
proses fisiologi berupa berkurangnya jumlah nefron (sel-sel pada ginjal) dan
tidak ada kemampuan regenerasi.
a. Infeksi saluran kemih makin meningkat dengan
makin meningkatya usia. Pada usia 40-60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2%
sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka
prevalensi sebesar 20%.
b. Gagal
ginjal pada usia lanjut dibagi dua, gagal ginjal akut (mendadak) dan gagal
ginjal kronik (lama) dengan berbagai sebab yang mendahuluinya.
c. Hipertensi
atau tekanan darah tinggi lumrah bagi pasien yang sudah berusia lanjut.
Pengendapan lemak pada dinding dalam pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya
pengapuran, berkurangnya elastisitas pembuluh darah menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi. Hal ini erat kaitannya dengan proses degenerasi karena
penuaan. Penurunan tekanan darah tinggi harus dilakukan secara hati-hati
5. Stroke
Menurut kriteria WHO, stroke secara
klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak
dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian karena gangguan peredaran darah
otak. Di seluruh bagian dunia, stroke merupakan penyakit yang terutama mengenai
populasi usia lanjut. Insidens pada usia 75-84 th sekitar 10 kali dari populasi
55-64 tahun.
Di Inggris dan Amerika stroke merupakan
penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskuler dan penyebab utama
kecacatan. Dengan makin meningkatnya upaya pencegahan terhadap penyakit
hipertensi, diabetes melitus dan gangguan lemak, insidens stroke di
negara-negara maju makin menurun. Faktor resiko terjadinya stroke diantaranya:
a. Usia
b. Hipertensi
c. Diabetes
mellitus
d. Hiperlipidemia
6. Gejala mudah lupa
Waspadalah jika anda sering lupa nama
orang orang, benda, tempat, kejadian, bahkan pada apa yang baru anda katakan.
Bisa jadi itu merupakan tanda awal demensia yang bisa berlanjut menjadi
alzheimer. Demensia atau pikun bukan penyakit, melainkan gejala yang ditandai
dengan turunnya daya ingat, fungsi kognitif, serta perubahan perilaku atau
kepribadian. Pikun sering dianggap normal pada orang lanjut usia seiring dengan
proses menuanya otak. Tetapi jika gejala itu menimpa orang setengah baya hingga
menyebabkannya tergantung pada orang lain, perlu dicurigai sesuatu telah
terjadi pada otaknya.
7. Proses penuaan kulit
Proses menua pada kulit dan wajah tidak
sama pada setiap orang. Ada yang mengalami lebih awal disebut premature aging,
ada pula yang mengalami lebih lambat disebut awet muda. Orang yang mempunyai
kulit cenderung kering akan mengalami proses penuaan kulit lebih awal. Ini
adalah faktor genetik dan tidak bisa dicegah. Selain itu manusia juga mempunyai
jenis kulit yang berbeda-beda karena dipengaruhi faktor ras. Masing-masing ras
mempunyai struktur kulit yang berbeda terutama struktur kulit yang berperan
dalam sistem pertahanan tubuh terhadap lingkungan. Orang berkulit putih lebih
mudah terbakar sinar matahari dibanding kulit berwarna. Wanita yang sedang menopause
akan mengalami penipisan kulit sehingga kulit menjadi kering. Proses tersebut
disebabkan menurunnya produksi hormon estrogen yang berfungsi mengatur
elastisitas kulit.
8. Pengeroposan tulang
Sepanjang hidup tulang mengalami
perusakan dan pembentukan yang berjalan bersama-sama sehingga tulang dapat
membentuk modelnya sesuai dengan pertumbuhan badan (proses remodelling). Proses
ini akan sangat cepat pada usia remaja. Apabila hasil akhir perusakan lebih
besar dari pembentukan maka akan timbul osteoporosis. Osteoporosis adalah suatu
keadaan berkurangnya massa tulang sedemikian sehingga dengan trauma minimal
tulang akan patah.
Penurunan massa tulang ini sebagai
akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan, atau kombinasi
keduanya. Osteoporosis merupakan kelainan pada kerangka tulang manusia usia
lanjut. Ini terutama terjadi pada wanita setelah haid berhenti (menopause).
Tulang menjadi tipis, rapuh dan mudah patah akibat kekurangan kalsium.
D. Asuhan
Keperawatan
a) Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda:
a. Frekuensi jantung meningkat
b. Perubahan irama jantung
c. Takipnea
2. Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit serebrovaskular
Tanda:
a. Kenaikan TD
b. Nadi: denyutan jelas
c. Frekuensi/irama: takikardi, berbagai disritmia
d. Bunyi jantung: murmur
e. Distensi vena jugularis
f. Ekstermitas: perubahan warna kulit, suhu
dingin (vasokonstriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
(vasokonstriksi)
g. Kulit pucat, sianosis, dan
diaforesis (kongesti, hipoksemia); kemerahan (feokromositoma)
3. Integritas ego
Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euforia, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Faktor-faktor stres multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
Tanda:
a. Letupan suasana hati, gelisah,
penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak
b. Gerak tangan empati, otot muka
tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)
5. Makanan/cairan
Gejala: makanan yang disukai, yang dapat mencakup
makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng, keju, telur); gula-gula yang berwarna hitam; kandungan tinggi kalori,
mual-muntah, perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun), riwayat
penggunaan diuretik
Tanda:
a. Berat badan normal atau obesitas
b. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu);
glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
6. Neurosensori
Gejala: keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala
suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah
beberapa jam), kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur), epistaksis
Tanda:
a. Status mental: perubahan orientasi,
pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan)
b. Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman
tangan dan/atau refleks tendon dalam
c. Perubahan-perubahan retinal optik: dari
sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan
edema atau papiledema, eksudat, dan hemorragi terrgantung pada berat/lamanya
hipertensi
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
(indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstermitas bawah)
8. Pernapasan
Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja,
takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok
Tanda:
a. Distres respirasi/penggunaan otot
aksesoris pernapasan
b. Bunyi napas tambahan (mengi/krakles)
c. Sianosis
9. Keamanan
Gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi
postural
10. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala: faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit
serebrovaskular/ginjal, faktor-faktor risiko etnik (seperti orang
Afrika-Amerika, Asia Tenggara), penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan
obat/alkohol
Pertimbangan rencana pemulangan:
a. DRG menunjukkan rerata lamanya
dirawat: 4,2 hari
b. Bantuan dengan pemantauan diri-TD
c. Perubahan dalam terapi obat
b) Prioritas Keperawatan
1. Mempertahankan/meningkatkan fungsi
kardiovaskular
2. Mencegah komplikasi
3. Memberikan informasi tentang
proses/prognosis dan program pengobatan
4. Mendukung kontrol aktif pasien
terhadap kondisi
Tujuan pemulangan
1. TD dengan batas yang dapat
diterima untuk individual
2. Komplikasi kardiovaskular
dan sistemik dicegah/diminimalkan
3. Proses/prognosis penyakit
dan regimen terapi dipahami
4. Perubahan yang diperlukan
dalam hal gaya hidup/perilaku dilakukan
c) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Nyeri (sakit kepala) berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2×24 jam, nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang.
Dengan kriteria hasil:
1.
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
2.
Pasien tampak nyaman
3. TTV
dalam batas normal
|
1.
Bina hubungan saling percaya
2.
Pertahankan tirah baring selama fase akut
3.
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya
kompres air hangat, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar,
dan aktivitas waktu senggang
4. Hilangkan/ minimalkan aktivitas
vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misal mengejan, batuk
panjang, membungkuk
5.
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
6.
Kolaborasi:
Berikan analgetik
|
1.
Meningkatkan kepercayaan antara perawat-keluarga-pasien
2.
Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
3.
Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang
memperlambat/memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya
4.
Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya
peningkatan tekanan vaskuler serebral
5.
Meningkatkan kenyamanan umum
6.
Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis
|
Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan penurunan cardiac output
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2×24 jam tidak terjadi intoleransi aktifitas. Dengan
kriteria hasil:
1.Meningkatkan energi untuk
melakukan aktifitas sehari-hari
2. Menunjukkan penurunan
gejala-gejala intoleransi aktifitas
|
1.
Berikan dorongan untuk aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
2.
Instruksikan pasien tentang penghemat energy
3.
Kaji respon pasien terhadap aktifitas, Monitor adanya diaforesis, pusing,
Observasi TTV tiap 4 jam, Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk
memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat
sepanjang siang atau sore
|
1.
Kemajuan aktivitas terhadap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas
2.
Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3.
Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap
stress aktivitas, dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang
berkaitan dengan tingkat aktivitas
|
Gangguan pola tidur berhubungan
dengan adanya nyeri kepala
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2×24 jam tidak terjadi gangguan pola tidur. Dengan
kriteria hasil:
1.
Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6-8 jam per hari
2.
Tampak dapat istirahat dengan cukup
3.
TTV dalam batas normal
|
1.
Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
2.
Beri kesempatan klien untuk tidur/istirahat
3.
Evaluasi tingkat stres, Monitor keluhan nyeri kepala
4.
Lengkapi jadwal tidur secara teratur
5.
Berikan makanan kecil sore hari dan/susu hangat, Lakukan massase punggung,
Putarkan musik yang lembut
6.
Kolaborasi pemberian obat sedatif, hipnotik sesuai indikasi
|
1.
Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/spikologis
2.
Penyimpanan energi dan meningkatkan kemampuan koping
3.
Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
4.
Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan
ansietas yang berhubungan dapat berkurang
5.
Meningkatkan efek relaksasi
6.
Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/istirahat
|
Kurangnya perawatan diri
Berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1×24 jam klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi.
Dengan kriteria hasil:
1.
Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
2. Melaporkan
pemakaian obat-obatan sesuai program
|
1.
Kaji kemampuan klien untuk mengerjakan tugas
2.
Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
3.
Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
4.
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien/atas
keberhasilannya
|
1.
Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara
individual
2. Pasien
akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan
membantu pasien secara konsisten
3.
Pasien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat ketakutan dan sangat
tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah
frustasi, adalah penting bagi pasien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk
diri sendiri untuk mempertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
4.
Meningkatkan perasaan makna diri. Meningkatkan kemandirian, dan mendorong
pasien untuk berusaha secara kontinu
|
Kecemasan berhubungan dengan
krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1×24 jam kecemasan hilang atau berkurang. Dengan kriteria
hasil:
1.
Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi/cemas berkurang
2.
Ekspresi wajah rilek
3.
TTV dalam batas normal
|
1.
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan
2.
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk
menyelesaikan masalah
3.
Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya
4.
Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
5.
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan, Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas
atau tujuan hidup
6.
Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal, Observasi
TTV tiap 4 jam
7.
Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
8.
Berikan support mental pada klien, Anjurkan pada keluarga untuk memberikan
dukungan pada klien
|
1.
Untuk mengetahui derajat kecemasan yang dialami pasien
2.
Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara
individual
3.
Berbagi informasi membentuk dukungan/kenyamanan dan dapat menghilangkan
tegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan
4.
Tindak kewaspadaan penting dalam pencegahan interaksi obat yang kemungkinan
berbahaya. Setiap obat yang mengandung stimulan saraf simpatis dapat
meningkatkan TD atau dapat melawan efek antihipertensi
5.
Peningkatan kemandirian, meningkatkan kepercayaan diri
6.
Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara
individual
7.
Perkirakan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien
8.
memungkinkan waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan
perilaku adaptasi
|
Kurangnya pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 1×24 jam klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi. Dengan
kriteria hasil:
1.
Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
2. Melaporkan
pemakaian obat-obatan sesuai program
|
1.
Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
2.
Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
3.
Diskusikan tentang obat-obatan: nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek
samping atau efek toksik
4.
Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter:
sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah
5.
Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
6.
Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
7.
Jelaskan pentingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta
alkohol
8.
Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien
|
1.
Kesalahan konseps akan mempersulit proses pengobatan
2.
Faktor-faktor tersebut menunjukkan hubungan dalam menunjang hiperteni dan
penyakit kardiovaskuler serta ginjal
3.
Informasi yang adekuat dan pemahaman bahwa efek samping adalah umum dan
sering menghilang dengan berjalannya waktu dengan demikian meningkatkan kerja
sama rencana pengobatan
4.
Untuk mengetahui gejala kekambuhan sedini mungkin
5.
Keterlibatan pasien dalam memantau toleransi aktivitasnya sendiri penting
untuk keamanan dan/atau memodifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari
6.
Diit rendah garam selama dua tahun mungkin sudah mencukupi untuk mengontrol
hipertensi sedang atau mengurangi jumlah obat yang dibutuhkan
7.
Kafein adalah stimulan jantung dan dapat memberikan efek merugikan pada
fungsi jantung
8.
Pelayanan konseling dapat membantu pasien dalam upaya mengawali dan
mempertahankan perubahan pola hidup
|
DAFTAR PUSTAKA
Mengenal
usia lanjut dan keperawatannya. R. Siti Maryam,S.Kp,Ns.2008. penerbit salemba
Depkes
R.I (1999) Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja, Medi Media, Jakarta
Nugroho
Wahyudi (1995) Perawatan Usia Lanjut, Penerbit EGC, Jakarta
Capernito
Lynda juall (1998), Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta
Donges
Marilyn E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made
Kariasa, EGC Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar