BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Oksigenasi adalah pemenuhan
akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Oksigen memegang peranan penting dalam
semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan
tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat
menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen
ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada
gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan
mengalami gangguan. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada
saluran pernapasan.Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Oksigenasi
Saluran
pernafasan dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Saluran pernapasan bagian
atas:
a. Hidung,
Proses oksigenasi diawali
dengan masuknya udara melalui hidung, yang mempunyai 2 lubang (kavum nasi) dan
dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).
1) Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
2) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang dinamakan karang
hidung(konka nasalis) ,yang berjumlah 3 buah :
- Konka nasalis
inferior (karang hidung bagian bawah)
- Konka nasalis media
(karang hidung bagian tengah)
- Konka nasalis
superior (karang hidung bagian atas)
b. Faring
Faring
merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan
,terdapat dibawah dasar tengkorak ,di belakang rongga hidung dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher.
Dibagi
menjadi 3 bagian :
1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring,
3) Bagian bawah sekali dinamakan laringofarig.
c. Laring
Saluran pernapasan setelah
faring, terletak di depan faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
d. Epiglotis
katup tulang rawan yang
bertugas menutup laring saat proses menelan makanan.
2. Saluran pernapasan bagian
bawah:
a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebrae torakalis kelima.
b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang terdapat pada ketinggian
veterbrata torakalis IV dan V dan bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri.
c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen
dengan karbondioksida.
e. Paru-Paru, merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.
B.
Proses Terjadinya Oksigenasi
1. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Adanyakonsentrasi oksigen di atmosfer
b. Adanya kondisi jalan napas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan
pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di
kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas yang
terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan dan
konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli
masuk kedalam darah karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam
darah secara difusi).
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan
proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu curah jantung, kondisi pembuluh darah, latihan, perbandingan sel
darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar
Hb.
C.
Jenis Pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan
proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh, sering
disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari masuknya
oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus
membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah
itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian
meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
2. Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan
proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya
yang sering melibatkan proses semua hormon yang dapat melebarkan saluran
pernapasan
D. Pemeriksaan Fungsi Paru
Respirasi
(Pernapasan atau ventilasi) sebagai suatu siklus inspirasi dan
ekspirasi.Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali
permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar
paru.Volume yang lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan
malfungsi sistem paru.
Udara yang
keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500
ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat
bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350
ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus
alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas.
Sedang sisanya sebanyak 30% (150 ml) menetap di ruang rugi (anatomic dead
space).
Volume total
udara yang ditukarkan dalam satu menit disebut dengan minute volume of
respiration (MVR) atau juga biasa disebut menit vantilasi. MVR ini didapatkan
dari hasil kali antara volume tidal dan frekuensi pernapasan normal
permenit.Rata-rata MVR dari 500 ml volume tidal sebanyak 12 kali pernapasan
permenit adalah 6000 ml/menit.
Volume
pernapasan yang melebihi volume tidal 500 ml dapat diperoleh dengan mengambil
nafas lebih dalam lagi. Penambahan udara ini biasa disebut volume cadangan
inspirasi (Inspiratory reserve volume) sebesar 3100 ml dari volume tidal
sebelumnya, sehingga volume tidal totalnya sebesar 3600 ml.
Meskipun
paru dalam keadaan kosong setelah fase ekspirasi maksimal, akan tetapi
sesungguhnya paru-paru masih memiliki udara sisa yang disebut dengan volume
residu yang mempertahankan paru-paru dari keadaan kollaps, besarnya volume
residu sekitar 1200 ml.
E.
Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
Beberapa faktor yang
mempengaruhi Kebutuhan oksigen dalam tubuh antara lain:
1. Lingkungan
Pada
lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh
darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian
menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun
meningkat.Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami
konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan
kebutuhan oksigen.
Pengaruh
lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian tempat. Pada tempat
tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana oksigen juga turun.Selain
itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara yang
dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya
rendah.Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi
secara optimal.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan
aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan respirasi rate sehingga
kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan
mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan
memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok dapat memperburuk
penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung
dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh
darah darah koroner.Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem
kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik sehingga dapat
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit
pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
F.
Gangguan Oksigenasi
Permasalahan dalam pemenuhan
tersebut dapat disebabkan adanya gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya
sistem kardiovaskuler. Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan
diantaranya oleh peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif dan
lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh
tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan-gangguan respirasi
dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama/frekuensi pernapasan,
insufisiensi pernapasan dan hipoksia.
1. Gangguan irama/frekuensi
pernapasan
a. Pernapasan ‘Cheyne-stokes’ yaitu siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti. Jenis
pernapasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan
tekanan intrakranial, overdosis obat.Namun secara fisiologis, jenis pernapasan
ini terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas
permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
b. Pernapasan ‘Biot’ yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan
Cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan pernapasan
ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c. Pernapasan ‘Kussmaul’ yaitu pernapasan yang jumlah dan kedalamannya
meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan
pada klien dengan asiidosis metabolik dan gagal ginjal.
2.
Gangguan frekuensi pernapasan
a. Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya meningkat di atas frekuensi pernapasan normal.
b. Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana ferkuensi pernapasan yang jumlahnya
menurun dibawah frekuensi pernapasan normal.
c. Insufisiensi pernapasan, Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama
yaitu:
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
§ Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi
servikal.
§ Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC dan
lain-lain.
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru:
§ Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang, misalnya
kerusakan jaringan paru, TBC, kanker
dan lain-lain.
§ Kondisi yang menyebabkan penebalan membran pernapasan, misalnya pada edema
paru, pneumonia, dan lain-lain.
§ Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal
dalam beberapa bagian paru, misalnya pada trombosis paru.
3) Kondisi paru yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru-paru ke jaringan yaitu:
§ Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang tersedia untuk transpor oksigen.
§ Keracunan karbondioksida dimana sebagian besar hemoglobin menjadi tidak
dapat mengankut oksigen.
§ Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh karena curah
jantung yang rendah.
3. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan
oksigen di jaringan.Istilah ini lebih tepat daripada anoksia. Sebab, jarang
terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi ke
dalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia
dan hipoksia histotoksik.
a. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan
oksigen di darah arteri.Terbagi atas dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonik (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang
dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi anemia,
keracunan karbondioksida.
b. Hipoksia Hipokinetik (stagnat anoksia/anoksia bendunagn)
Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia
yang terjadi akibat adanya bendunagan atau sumbatan.
Hipoksia hipokinetik dibagi kedalam dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik ischemic dan hipoksia hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi dimana kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan karena kuarngnya suplai darah kejaringan
tersebut akibat penyempitan arteri. Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan darah secara berlebihan atau abnormal baik lokal maupun umum yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terganggu, sehingga jarinagn kekuranga oksigen.
c. Overventilasi hipoksia
Overventilasi
hipoksia yaitu hipoksia yang terjadikarena aktivitas yang berlebihan sehingga
kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.
d. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu
keadaan dimana darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat
menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan
oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal
(oksigen darah vena meningkat)
G.
Masalah Keperawatan Berkaitan dengan Kebutuhan Oksigen
1. Tidak efektifnya jalan napas
Masalah keperawatan ini
menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih, misalnya karena adanya
sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan napas oleh karena spasme
bronkhus dan lain-lain.
2. Tidak efektifnya pola napas
Tidak efektifnya pola napas
ini merupakan suatu kondisi dimana pola napas, yaitu respirasi dan ekspirasi
menunjukan tidak normal.Penyebabnya bisa karena kelemahan neoromuskular, adanya
sumbatan di trakheo-bronkhial, kecemasan dan lain-lain.
3. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas
merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara oksigen yang
dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara
alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan membran alveoli, kondisi
anemia, proses penyakit dan lain-lain.
4. Penurunan perfusi jaringan
Adalah suatu keadaan dimana
sel kekurangan suplai nutrisi dan oksigen. Penyebabnya dapat terjadi karena
kondisi hipocolemia, hipervolemia, retensi karbondioksida, penurunan cardiac
output dan lain-lain
5. Intoleransi aktivitas
Adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitasnya.
Penyebabnya antara lain karena ketidakseimbangan antara suolai dan kebututhan
oksigen, produksi energi yang dihasilkan menurun dan lain-lain.
6. Perubahan pola tidur
Gangguan kebutuhan oksigen
dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan bernapas (sesak napas)
menyebakan seseorang tidak bisa tidur pada jam biasa tidur. Perubahan pola
tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang dideritanya.
7. Risiko terjadinya iskemik otak
Gangguan oksigenasi
mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang.Hal tersebut disebabkan oleh cardiac
output yang menurun, aliran darah ke otak berkurang, gangguan perfusi otak, dan
lain-lain.Akibatnya, otak kekurangan oksigen sehingga berisiko terjasi
kerusakan jaringan otak.
H.
Terapi
Oksigen
1. Kateter Nasal
Aliran oksigen yang bisa diberikan dengan alat ini adalah sekitar 1–6
liter/menit dengan konsentrasi 24% - 44%. Prosedur pemasangan kateter ini
meliputi insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai naso faring. Persentase
oksigen yang mencapai paru-paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi
pernafasan, terutama jika mukosa nasal membengkak atau pada pasien yang
bernafas melalui mulut.
a.
Indikasi dan
Kontraindikasi
§ Indikasi:
Diberikan pada pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka pendek dengan
konsentrasi rendah sampai sedang.
§ Kontraindikasi:
Fraktur dasar tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal.
b. Hal-hal
yang harus diperhatikan:
1) Pengukuran panjangnya kateter yang akan
dimasukkan harus tepat yaitu dalamnya kateter dari hidung sampai faring diukur
dengan cara jarak dari telinga ke hidung
2) Kateter harus diganti setiap 8 jam dengan bergantian
lubang hidungnya untuk mencegah iritasi dan infeksi
c. Keuntungan
dan Kerugian
§ Keuntungan:
1) Dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama
2) Oksigen yang diberikan lebih stabil
3) Klien mudah bergerak, makan dan minum,
berbicara dan membersihkan mulut
4) Teknik ini lebih murah dan nyaman serta dapat
juga dipakai sebagai kateter penghisap
§ Kerugian:
1) Teknik memasukan kateter nasal ini lebih sulit dari pada
kanula nasal
2) Pasien merasakan nyeri saat kateter melewati
nasofaring dan mukosa nasal sehingga bisa mengalami trauma
3) Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang
lebih dari 44%
4) Kateter harus diganti tiap 8 jam dan diinsersi
kedalam nostril lain
5) Dapat terjadi distensi lambung
6) Dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring
7) Aliran > 6 liter/menit dapat menyebabkan nyeri
sinus dan mengeringkan mukosa hidung
8) Kateter mudah tersumbat dan tertekuk
2.
Nasal
Kanul/Kanul Binasal
Nasal kanul adalah alat sederhana yang murah dan sering digunakan untuk
menghantarkan oksigen. Nasal kanul terdapat dua kanula yang panjangnya
masing-masing 1,5 cm (1/2 inci) menonjol pada bagian tengah selang dan dapat
dimasukkan ke dalam lubang hidung untuk memberikan oksigen dan yang
memungkinkan klien bernapas melalui mulut dan hidungnya. Oksigen yang diberikan
dapat secara kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit. Konsentrasi oksigen yang
dihasilkan dengan nasal kanul sama dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %.
Berikut ini adalah aliran FiO2 yang dihasilkan nasal kanul:
·
1 Liter /min : 24 %
·
2 Liter /min : 28 %
·
3 Liter /min : 32 %
·
4 Liter /min : 36 %
·
5 Liter /min : 40 %
·
6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %
a.
Indikasi dan
Kontraindikasi (Suparmi, 2008 &
Ignatavicius, 2006)
§ Indikasi:
1) Pasien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula
untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).
2) Pasien
dengan gangguan oksigenasi seperti klien dengan asthma, PPOK, atau penyakit
paru yang lain
3) Pada pasien
yang membutuhkan terapi oksigen jangka panjang
§ Kontraindikasi:
1) Pada pasien
dengan obstruksi nasal
2) Pasien yang
apneu
b.
Hal-hal yang
harus diperhatikan (Potter & Perry, 2010):
1) Pastikan
jalan napas harus paten tanpa adanya sumbatan di nasal
2) Hati-hati
terhadap pemakaian kanul nasal yang terlalu ketat dapat menyebabkan kerusakan
kulit ditelinga dan hidung.
3) Jangan
terlalu sering menggunakan aliran > 4 liter/menit karena dapat menimbulkan
efek pengeringan pada mukosa
c.
Keuntungan
dan Kerugian (Ni Luh Suciati, 2010)
§ Keuntungan:
1) Pemasangannya
lebih mudah dibandingkan dengan kateter nasal
2) Lebih murah
dan disposibel
3) Pasien lebih
mudah makan, minum dan berbicara
4) Pasien lebih
mudah mentolerir dan merasa nyaman
5) Pemberian
oksigen lebih stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan yang teratur
§ Kerugian:
1) Konsentrasi
yang diberikan tidak bisa lebih dari 44%
2) Mudah lepas
karena kedalaman kanul hanya 1-1.5 cm
3) Oksigen bisa
berkurang jika pasien bernapas melalui mulut
4) Aliran
Oksigen > 4 liter/menit jarang digunakanàtidak akan
menambah FiO2 dan bisa menyebabkan iritasi selaput lender serta mukosa kering
5) Pemasangan
selang nasal yang terlalu ketat dapat mengiritasi kulit di daerah telinga dan
hidung.
3. Sungkup Muka (Masker) Sederhana/Simple Face Mask
Alat ini memberikan oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling
serta konsentrasi oksigen yang diberikan dari tingkat rendah sampai sedang.
Aliran oksigen yang diberikan sekitar 5-8 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen antara 40-60%. Berikut ini adalah aliran FiO2 yang dihasilkan masker
sederhana:
·
5-6 Liter/menit : 40 %
·
6-7 Liter/ menit : 50 %
·
7-8 Liter/ menit : 60 %
a.
Indikasi dan
Kontraindikasi (Ni Luh Suciati, 2010)
§ Indikasi:
Pasien
dengan kondisi seperti nyeri dada (baik karena serangan jantung atau penyebab
lain) dan pasien dengan sakit kepala
§ Kontraindikasi :
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi
b.
Hal-hal yang
harus diperhatikan
1) Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit
karena untuk mendorong CO2 keluar dari masker
2) Saat pemasangan perlu adanya pengikat wajah dan jangan
terlalu ketat pemasangan karena dapat menyebabkan penekanan kulit yang bisa
menimbulkan rasa phobia ruang tertutup
3) Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan masker dan tali
pengikat untuk mencegah iritasi kulit
c.
Keuntungan
dan Kerugian (Suparmi, 2008)
§ Keuntungan:
1) Sistem
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup yang berlubang besar
2) Konsentrasi
oksigen yang diberikan lebih besar daripada kanul nasal ataupun kateter nasal
3) Dapat
diberikan juga pada pasien yang mendapatkan terapi aerosol
§ Kerugian :
1) Konsentrasi
oksigen yang diberikan tidak bisa kurang dari 40%
2) Dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika alirannya rendah
3) Pemasangannya
menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk
4) Bisa terjadi
aspirasi bila pasien muntah
5) Umumnya
menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien
6) Menimbulkan
rasa panas sehingga kemungkinan dapat mengiritasi mulut dan pipi
4. Sungkup Muka (Masker) dengan kantong rebreathing
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60-80%
dengan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang, baik
saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari
sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen
dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi
sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask (Ni Luh
Suciati, 2010)
a. Indikasi dan Kontraindikasi (Potter
& Perry, 2010 )
§ Indikasi:
Pasien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah
§ Kontraindikasi:
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi
b. Hal-hal yang harus diperhatikan (Ni Luh
Suciati, 2010):
1) Sebelum
dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara
kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.
2) Memasang
kapas kering di daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah
iritasi kulit
3) Jangan
sampai kantong oksigen terlipat atau mengempes karena apabila ini terjadi,
aliran yang rendah dapat menyebabkan pasien menghirup sejumlah besar
karbondioksida.
c. Keuntungan dan Kerugian
§ Keuntungan:
1) Konsentrasi
oksigen yang diberikan lebih tinggi daripada sungkup muka sederhana
2) Tidak
mengeringkan selaput lendir
§ Kerugian:
1) Tidak dapat
memberikan oksigen dengan konsentrasi yang rendah
2) Kantong
oksigen mudah terlipat, terputar atau mengempes.
3) Jika aliran
lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2
4) Pemasangannya
menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk
5) Bisa terjadi
aspirasi bila pasien muntah
5. Sungkup Muka (Masker) dengan Kantong Non-Rebreathing
Non-rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan konsentrasi oksigen sampai
80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Prinsip alat ini yaitu udara
inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1
katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi, dan ada 1
katup lagi yang fungsinya mencegah udara keluarr masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat
ekspirasi (Ni Luh Suciati, 2010).
a.
Indikasi dan
Kontraindikasi (Potter & Perry, 2010)
§ Indikasi :
Pasien dengan kadar tekanan CO2 yang
tinggi, pasien COPD, pasien dengan status pernapasan yang tidak stabil dan
pasien yang memerlukan intubasi
§ Kontraindikasi:
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi
b.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan (Ni Luh Suciati, 2010):
1) Sebelum
dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara
kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir
2) Memasang
kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah
iritasi kulit
3) Perawat
harus menjaga agar semua diafragma karet harus pada tempatnya
4) Menjaga
supaya kantong O2 tidak terlipat/mengempes untuk mencegah bertambahnya CO2
c.
Keuntungan
dan Kerugian
§ Keuntungan:
1) Konsentrasi
oksigen yang diperoleh bisa tinggi bahkan sampai 100%
2) Tidak
mengeringkan selaput lendir
§ Kerugian:
1) Tidak dapat
memberikan oksigen dengan konsentrasi yang rendah
2) Kantong
oksigen mudah terlipat, terputar atau mengempes
3) Pemasangannya
menyekap sehingga tidak memungkinkan untuk makan dan batuk
4) Terjadi
aspirasi bila pasien muntah terutama ketika pasien tidak sadar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Oksigen
memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan
kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.
B.
Saran
Dengan
dibuatnya makalah ini diharapkan agar dapat mempermudah pembaca dalam mengerti
dan memahami tentang proses terjadinya oksigenasi,faktor-faktor yang
mempengaruhi oksigenasi serta bagaimana cara perhitungan kebutuhan
oksigenasi,sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai oksigenasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmadi,
2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien,
Jakarta: Salemba Medika
Hidayat,
A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Http;//sistem respirasi S1-2B stikes hangtuah
surabaya makalah kelompok 7.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar