1.DISTOS
A. Distosia
· Pengertian
Distosia
didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan
sebagai berikut:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang
tidak efektif atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan/power)
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)
3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan
posisi, bayi besar, dan jumlah bayi
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang
berhubungan dengan pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung
·
Klasifikasi
Distosia
1.
Persalinan Disfungsional ( Distosia
karena Kelainan Kekuatan)
Persalinan
disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat kemajuan
dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran/effacement (kekuatan primer), dan
atau kemajuan penurunan (kekuatan sekunder). Gilbert (2007) menyatakan beberapa
faktor yang dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya distosia uterus
sebagai berikut:
a) Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)
b) Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital,
distensi yang berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)
c)
Kelainan bentuk dan posisi janin
d)
Disproporsi cephalopelvic (CPD)
e)
Overstimulasi oxytocin
f)
Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit,
dan kecemasan
g)
Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya
Kontraksi uterus abnormal terdiri dari disfungsi
kontraksi uterus primer (hipotonik) dan disfungsi kontraksi uterus
sekunder (hipertonik).
a)
Disfungsi Hipotonik
Perempuan yang semula membuat kemajuan normal tahap kontraksi persalinan
aktif akan menjadi lemah dan tidak efisien, atau berhenti sama sekali.
Uterus mudah “indented”, bahkan pada puncak kontraksi. Tekanan intrauterin selama kontraksi
(biasanya kurang dari 25 mmHg) tidak mencukupi untuk kemajuan penipisan serviks
dan dilatasi. CPD dan malposisi adalah penyebab umum dari jenis disfungsi dari
uterus.
HIS bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan
lebih dahulu daripada bagian lain, kelainannya terletak dalam hal bahwa
kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum
penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih
utuh umumnya tidak banyak bahaya baik bagi ibu ataupun janin. Apabila his
terlampau kuat maka akan terjadi disfungsi hipertonik
b)
Disfungsi Hipertonik
Ibu yang mengalami
kesakitan/ nyeri dan frekuensi kontraksi tidak efektif menyebabkan dilatasi
servikal atau peningkatan effacement. Kontraksi ini biasa terjadi pada tahap
laten,yaitu dilatasi servikal kurang dari 4 cm dan tidak terkoordinasi.
Kekuatan kontraksi pada bagian tengah uterus lebih kuat dari pada di fundus,
karena uterus tidak mampu menekan kebawah untuk mendorong sampai ke servik.
Uterus mungkin mengalami kekakuan diantara kontraksi (Gilbert, 2007).
Distosia
servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada servik, misalnya
karena jaringan parut atau karsinoma. Dengan HIS kuat serviks bisa robek, dan
robekan ini bisa menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu setiap wanita
yang pernah mengalami operasi pada serviks selalu harus diawasi persalinannya
di rumah sakit. Kondisi distosia ini jarang ditemukan kecuali pada wanita yang
tidak diberi pengawasan yang baik waktu persalinan.
Perbedaan antara Disfungsi Hipertonik dan Disfungsi Hipotonik
Disfungsi
Hipertonik
|
Disfungsi
Hipotonik
|
Kontraksi
·
Tidak
teratur dan tidak terorganisasi
·
Intensitas
lemah dan pendek, tetapi nyeri dan kram
Uteri resting tone
·
Diatas
normal, hampir sama dengan karakteristik ablusio plasenta.
Fase
persalinan
·
Laten,
terjadi sebelum dilasi 4 cm.
·
Lebih
jarang terjadi daripada hypotonik disfungsi
Manajemen
terapeutik
·
Koreksi
penyebab jika bisa diidentifikasi
·
Pemberian
obat penenang untuk bisa beristirahat
·
Hidrasi
·
Tocolytics untuk mengurangi “high uterine tone”
dan promote perfusi plasenta
Nursing
Care
· Promote aliran
darah uterus
· Promote istirahat,
kenyamanan, dan relaksasi
· Menghilangkan nyeri
· Dukungan emosional: terima kenyataan tentang
nyeri dan frustasi. Jelaskan alasan tindakan untuk menyelesaikan persalinan
abnormal, tujuan dan akibat yang dipresiksi.
|
·
Terkoordinasi
tetapi lemah
·
Frekuensi
kurang dan pendek selama durasi kontraksi
·
Ibu
mungkin kurang nyaman karena kontraksi lemah
· Tidak meningkat
· Aktif, biasanya terjadi setelah dilasi 4 cm
· Lebih sering terjadi dari pada hipertonik
· Amniotomy
· Augmentasi oksitoksin
· seksio sesaria jika tidak ada peningkatan
· Intervensi berhubungan dengan amniotomy dan
augmentasi oksitosin.
· Mendorong perubahan posisi.
· Ambulasi jika tidak kontraindikasi dan bisa
diterima oleh ibu
· Dukungan emosional: jelaskan tindakan yang
diambil untuk meningkatkan ketidakefektifan kontraksi. Libatkan anggota
keluarga dalam mendukung emosi ibu untuk mengurangi kecemasan
|
Etiologi Distosia karena kelainan tenaga
1.
Faktor herediter memegang
peranan dalam kelainan ini.
2.
Faktor emosi (ketakutan )
3.
Bagian bawah janin tidak
berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada kelainan
letak janin/disproporsi cephalopelvic.
4.
Pada sebagian besar kasus
penyebabnya tidak diketahui.
5.
Kelainan tenaga terutama
ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua.
Penatalaksanaan
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun harus diawasi dengan
seksama. Tekanan darah, denyut jantung janin, kemungkinan dehidrasi dan
asidosis harus dipantau secara berkala. Untuk mengurangi rasa nyeri perlu
diberikan analgetik. Pemeriksaan dalam perlu diadakan. Apabila persalinan
berlangsung dalam 24 jam tanpa kemajuan yang berarti perlu diadakan penilaian
yang seksama seperti penilaian keadaan umum, apakah persalian benar-benar sudah
mulai atau masih dalam false labour, apakah ada inersia uteri. Untuk menetapkan
hal ini perlu dilakukan pelvimetri rontgenologik/MRI.
Pada keadaan HIS terlalu kuat persalinan perlu diawasi dan episiotomi
dilakukan pada waktu yang tepat untuk menghindari terjadinya ruptura perinei
tingkat 3. Bila mana HIS terlalu kuat dan ada rintangan yang menghalangi
lahirnya janin dapat timbul lingkaran retraksi patologik, yang merupakan tanda
bahaya terjadinya ruptura uteri. Dalam keadaan ini janin harus segera
dilahirkan dengan cara yang memberikan trauma sedikit-sedikit nya bagi
ibu dan anak.
Penatalaksanaan disfungsi uterus hipertonik dilakukan melalui upaya
istirahat terapeutik. Upaya ini dilakukan melalui pemberian analgesik yang
effektif, seperti morfin atau meperidin, untuk mengurangi nyeri dan menyebabkan
wanita tertidur. Penatalaksanaan disfungsi uterus hipotonik biasanya
menyingkirkan kemungkinan disproporsi sefalopelvis (CPD) dengan melakukan
pemeriksaan menggunakan ultrasound atau pemeriksaan sinar X yang diikuti dengan
augmentasi disfunctional dengan oksitosin. Kekuatan sekunder atau upaya
mengejan dapat menjadi lebih berat akibat penggunaan analgesik dalam jumlah
besar, pemberian anastesi, ibu keletihan, hidrasi yang tidak adekuat dan posisi
ibu.
2. Distosia karena Kelainan
struktur Pelvis
Jenis-jenis panggul:
a)
Panggul Ginekoid
Pintu atas panggul bundar dengan diameter transversa yang lebih panjang
sedikit daripada diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah dan pintu
bawah panggul yang cukup luas.
b)
Panggul Antropoid
Diameter anteroposterior yang lebih panjang dari diameter transversa dengan
arkus pubis menyempit sedikit
c)
Panggul Android
Pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan dengan
penyempitan kedepan, dengan spina iskiadika menonjol kedalam dan arkus pubis
menyempit.
d)
Panggul Platypelloid
Diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada diameter
transversa pada pintu atas panggul dengan arkus pubis yang luas.
Distosia pelvis dapat
terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang mengurangi kapasitas tulang
panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul), pelvis bagian
tengah,pelvis outlet (pintu bawah panggul), atau kombinasi dari
ketiganya.
Disproporsi pelvis merupakan
penyebab umum dari distosia. Kontraktur pelvis mungkin
disebabkan oleh ketidak normalan kongenital, malnutrisi maternal, neoplasma
atau kelainan tulang belakang. Ketidakmatangan ukuran pembentukan pelvis pada
beberapa ibu muda dapat menyebabkan distosia pelvis.
Kesempitan pada pintu atas panggul
Kontraktur pintu atas panggul terdiagnosis jika diagonal
konjugata kurang dari 11,5 cm. Insiden pada bentuk wajah dan bahu meningkat.
Karena bentuk interfere dengan engagement dan bayi turun, sehingga beresiko
terhadap prolaps tali pusat.
Kesempitan panggul tengah
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering
ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau posisi kepaladalam posisi
lintang tetap.
Kesempitan
pintu bawah panggul
Agar kepala janin dapat lahir,
diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul.
Dengan distansi tuberum bersama dengan diameter sagittalis posterior kurang
dari 15 cm, timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran normal.
Penanganan
Hal yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana kemajuan pembukaan serviks, apakah gangguan pembukaan seperti:
pemanjangan fase laten; pemanjangan fase aktif; sekunder arrest, bagaimana
kemajuan penurunan bagian terbawah janin (belakang kepala), apakah ada
tanda-tanda klinis dari ibu atau janin yang menunjukkan adanya bahaya bagi ibu
atau anak (seperti: gawat janin, rupture uteri)
Apabila ada salah satu gangguan diatas,
maka menandakan bahwa persalinan pervaginam tidak mungkin dan harus
dilaksanakan seksio sesaria. Bila ada kemajuan pembukaan serta penurunan kepala
berjalan lancer, maka persalinan pervaginam bisa dilaksanakan.
3. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
a) Kelainan
letak, presentasi atau posisi
Ø Posisi
oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang
kepala, kepala janin turun melalui pintu atas panggul dengan sutura sagittalis
melintang atau miring sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang,
kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang.
Namun keadaan ini pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya
kedepan, yaitu bila keadaan kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul
mempunyai bentuk serta ukuran normal.
Penyebab terjadinya posisi oksipitalis
posterior persisten ialah usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran
panggul.
Mekanisme persalinan
Bila hubungan antara panggul dan kepala
janin cukup longgar, persalinan pada posisi oksipitalis posterior persisten
dapat berlangsung secara spontan, tetapi pada umumnya lebih lama. Kepala janin
akan lahir dalam keadaan muka dibawah simfisis dengan mekanisme sebagai berikut:
Setelah kepala mencapai dasar panggul dan ubun-ubun besar berada dibawah
simfisis, dengan ubun-ubun besar tersebut sebagai hipomoklion,
oksipitalis akan lahir melaui perineum diikuti bagian kepala yang lain.
Prognosis
Persalinan pada umumnya berlansung
lebih lama kemungkinan kerusakan jalan janin lebih besar, kematian perinatal
lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan ubun-ubun kecil berada didepan.
Penanganan
Pada persalinan ini sebaiknya dilakukan
pengawasan yang seksama, tindakan untuk mempercepat jalannya persalinan
dilakukan apabila kala II terlalu lama atau ada tanda-tanda bahaya terhadap
janin. Pada persalinan letak belakang kepala akan lebih mudah apabila letak
ubun-ubun kecil berada di depan, maka harus diusahakan agar ubun-ubun kecil
dapat diputar kedepan. Perputaran kepala dapat dilakukan dengan tangan penolong
yang dimasukkan ke dalam vagina atau dengan cunam.
Ø Presentasi
puncak kepala
Kondisi ini kepala dalam keaadaan
defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak
kepala, presentasi dahi atau presentasimuka. Presentasi puncak kepala
(presentasi sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga
ubun-ubun besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan sementara yang
kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.
Mekanisme persalinan
Penangannya hamper sama dengan posisi
oksipitalis posterior persisten. Perbedaanya ialah pada presentasi puncak
kepala tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal.
Ø Presentasi
muka
Persentasi muka terjadi bila derajat
defleksi kepala maksimal sehingga muka bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin
besar. Multiparitas dan perut gantung juga merupakan faktor yang menyebabkan
persentasi muka.
Diagnosa
Untuk mendiagnosa kondisi ini, selain pemeriksaan luar pada umumnya perlu dilakukan
pemeriksaan dalam. Apabila muka sudah masuk kedalam rongga panggul jari
pemeriksa dapat meraba dagu, mulut, hidung, dan pinggir orbita. Pemeriksaan
rontgenologik atau MRI perlu dilakukan.
Mekanisme persalinan
Kepala turun
melalui pintu atas panggul dengan sirrkumferensia trakelo-parietalis dan dengan
dagu melintang atau miring. Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi putaran
paksi dalam, sehingga dagu memutar kedepan dan berada dibawah arkus pubis.
Dengan daerah submentum sebagai hipomoklion, kepala lahir dengan kepala fleksi
sehingga dahi, ubun-ubun besar, dan bagian belakang kepala melewati perineum.
Setelah kepala lahir terjadi putaran paksi luar dan badan janin lahir seperti
pada persentasi belakang kepala. Apabila dagu berada dibelakang, pad waktu
putaran dalam dagu harus melewati jarak yang lebih jauh supaya dapat berada
didepan. Apabila dagu tidak dapat berputar kedepan (posisi mento posterior
persisten) dan janin tidak dapat lahir spontan, kondisi ini harus segera
dilakukan tindakan untuk menolong persalinan.
Kesulitan
persalinan dapat terjadi karena ada kesempitan panggul dan janin yang besar.
Pada persentasi muka tidak dapat melakukan dilatasi servik secara sempurna dan
bagian terendah harus turun sampai ke dasar panggul sebelum ukuran terbesar
kepala melewati pintu atas panggul.
Penanganan
Bila selama
pengamatan kala II terjadi posisi mento posterior persisten, maka diusahakan
untuk memutar dagu kedepan dengan satu tangan dimasukkan ke vagina. Jika usaha
ini tidak berhasil maka dilakukan secsio sesaria.
Ø Presentasi
dahi
Presentasi dahi
adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga dahi merupakan
bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan yang bersifat sementara
yang kemudian berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.
Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.
Diagnosis
Pemeriksaan luar
menunjukkan denyut jantung janin lebih jelas didengar dibagian dada. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba sutura frontalis, yang bila diikuti pada ujung
yang satu diraba pada ubun-ubun besar dan pda ujung lain teraba pangkal hidung
dan lingkaran orbita. Pada presentasi dahi mulut dan dagu tidak dapat diraba.
Mekanisme persalinan
Kepala masuk
melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia maksilloparietalis serta
sutura frontalis melintang atau miring. Setelah terjadi moulage, dan ukuran
terbesar kepala telah melalui pintu atas panggul, panggul memutar kedepan.
Sesudah dagu berada didepan, dengan fosa kanina sebagai hipomoklion, terjadi
fleksi sehingga ubun-ubun besar dan belakang kepala lahir melewati perineum.
Kemudian terjadi defleksi, sehingga mulut dan dagu lahir dibawah simfisis yang
menghalangi presentasi dahi untuk berubah menjadi presentasi muka, biasanya
karena moulage dan kaput suksedaneum yang besar pada dahi waktu kepala memasuki
panggul, sehingga sulit terjadi penambahan defleksi. Persalinan membutuhkan
waktu yang lama dan jarang berlangsung spontan, sedangkan persalinan pervaginam
berakibat perlukaan luas pada perineum dan jalan lahir lainnya.
Prognosis
Janin yang kecil
masih mungkin lahir spontan, tetapi janin dengan berat dan besar normal tidak
dapat lahir spontan pervaginam.
Penanganan
Presentasi dahi
dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan dapat lahir spontan
melalui vagina sehingga harus dilahirkan dengan secsio sesaria. Bila persalinan
mengalami kemajuan dan ada harapan presentasi dahi dapat berubah menjadi
presentasi belakang kepala tidak perlu dilakukan tindakan. Jika pada akhir kala
I kepala belum masuk kedalam rongga panggul, dapat diusahaakan mengubah
presentasi dengan perasat Thorn. Tapi jika tidak berhasil maka lakukan secsio
sesaria. Meskipun kepala sudah masuk ke rongga panggul, tetapi bila kala II
tidak mengalami kemajuan, juga dilakukan secsio sesaria. Bayi yang lahir dalam
presentasi dahi menunjukkan kaput suksedaneum yang besar pada dahi yang
disertai moulage kepala yang hebat.
Ø Letak
sungsang
Letak sungsang
merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri
dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa jenis letak sungsang yakni :
-
Presentasi bokong
Pada presentasi
bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat keatas sehingga
ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Sehingga pada pemeriksaan
dalam hanya dapat diraba bokong.
-
Presentasi bokong kaki sempurna
disamping bokong
dapat diraba kedua kaki.
-
Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Hanya terdapat
satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat keatas.
-
Presentasi kaki
Pada presentasi
kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Etiologi
Faktor- faktor
yang memegang peranan terjadinya letak sungsang adalah multiparitas, hamil
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit, kelainan
uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus
uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang karena plasenta mengurangi luas
ruangan didaerah fundus.
Mekanisme persalinan
Bokong masuk
kedalam rongga panggul dengan garis pangkal paha melintang atau miring. Setelah
menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di pintu
bawah panggul garis panggul paha menempati diameter ante posterior
dan trokanter depan berada dibawah simfisis. Kemudian terjadi fleksi lateral
pad badan janin, sehingga trokanter belakang melewati perineum dan lahirlah
seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki. Setelah bokong lahir terjadi putaran
paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang memungkinkan bahu
melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau miring.
Terjadi putaran paksi dalam pada bahu, sehingga bahu depan berada dibawah
simfisis dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk
kedalam rongga panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring. Didalam
rongga panggul terjadi putaran paksi dalam kepala sehingga muka memutar ke
posterior dan oksiput kearah simfisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion,
maka dagu, mulut, hidung, dahi, dan seluruh kepala lahir berturut-turut
melewati perineum.
Prognosis
Angka kematian
bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak
kepala. Adanya kesempitan panggul sudah harus diduga pada waktu pemeriksaan
antenatal khususnya pada seorang primigravida dengan letak sungsang.
Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan panggul atau MRI. Multiparitas dengan
riwayat obstetrik yang baik, tidak selalu menjamin persalinan dalam letak
sungsang akan berlansung lancar, sebab janin yang besar dapat menyebabkan
disproporsi meskipun ukuran panggul normal.
Penanganan
a.
Dalam kehamilan
Mengingat bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan.
Untuk itu sewaktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang terutama pada
primigravida hendaknya dilakukan versi luar menjadi presentasi kepala. Versi
luar ini sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38 minggu. Kalau pada
sebelum minggu ke 34 kemungkinan besar janin masuh dapat memutar sendiri,
sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar akan sulit berhasil dikarenakan janin
sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan
versi luar, diagnosis letak janin harus pasti dan denyut jantung janin harus
dalam keadaan baik. Kontaindikasi untuk versi luar adalah:
-
panggul sempit
sebenarnya tidak
ada gunanya melakukan versi luar karena jika berhasil perlu juga dilkukan
secsio sesaria. Jika kesempitan panggul hanya ringan maka versi luar harus
diusahakan karena jika berhasil akan memungkinkan dilakukan partus percobaan.
-
perdarahan antepartum
tidak boleh
dilakukan karena akan menambah perdarahan akibat lepasnya plasenta.
-
Hipertensi
Usaha versi luar
akan dapat menyebabkan solusio plasenta.
-
hamil kembar
pada hamil kembar
janin yang lain dapat menghalangi versi luar, yang lebih berbahaya jika janin
terletak dalam satu kantong amnion, kemungkinan tali pusat kedua janin akan
saling melilit.
-
plasenta previa.
b.
Dalam persalinan
Letak sunsang
tanpa disproporsi cefalopelvic dapat diambil sikap menunggu sambil mengawasi
kemajuan persalinan, sampai umbilikus dilahirkan. Ekstraksi pada kaki atau
bokong hanya dilakukan apabila dalam kala II terdapat tanda-tanda bahaya bagi
ibu atau janin atau apabila kala II berlangsung lama maka secsio sesaria perlu
dilakukan.
Ø Letak
lintang
Letak lintang
ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada
sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada
pintu atas panggul. Punggung janin berada di depa, di belakang, di atas, atau
di bawah.
Etiologi
Penyebab
terpenting letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut
yang lembek. Keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam
rongga panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul,
plasenta previa, kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar,kelainan
bentuk rahim seperti uterus arkuatus/uterus subseptus.
Diagnosis
Pada inspeksi
uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan
umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada di
samping, dan di atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke
dalam panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahu dan tulang-tulang iga. Bila ketik di raba,
arah menutupnya menunjukkan letak di mana kepala janin berada. Punggung dapat
ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang, dada dengan
terabanya klavikula. Kadang-kadang dapat pula diraba tali pusat yang menumbung.
Mekanisme Persalinan
Pada letak lintang
dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi
persalinan spontan.Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan
menyebabkan kematian janin dan ruptura uteridan keadaan ini dapat membahayakan
ibu akibat perdarahan dan infeksi dan seringkali berakibat kepada kematian.
Apabila janinnya
kecil, sudah mati dan lembek persalinan dapat berlangsung spontan. Janin lahir
dalam keadaan terlipat melalui jalan lahir(konduplikasio korpore)atau lahir
dengan evolusio spontanea menurut cara Denman dan Douglas. Pada cara Denman bahu
tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat dibagian bawah tulang belakang,
badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian
disusul badan bagian atas dan kepala. Pada cara Douglas bahu masuk kedalam
rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki sehingga bahu, bokong
dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala. Dua cara tersebut
merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat
fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.
Prognosis
Persalinan letak
lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya.
Penanganan
Apabila pada
pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan mengubah
menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Ibu diharuskan masuk rumah sakit
lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga bila terjadi perubahan letak,
segera dapat ditentukan diagnosis dan penanganannya. Pada permulaan persalinan
masih dapat diusahakan mengubah letak lintang asalkan pembukaan masih kurang
dari empat sentimeter dan ketuban belum pecah. Pada seorang primigravida bila
versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio sesarea.
Persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada riwayat obstetrik
wanita yang bersangkutan baik, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan
serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus
diusahakan ketuban ketuban tetap utuh. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan
lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesarea.
Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada
tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap, kemudian dilakukan
versi ekstraksi/seksio sesaria.
Ø Presentasi
ganda
Keadaan dimana
disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan/kaki,
atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.
Etiologi
Presentasi ganda
terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup sempurna oleh kepala atau
bokong, misalnya pada seorang multipara dengan perut gantung, pada kesempitan
panggul dan janin yang kecil.
Diagnosis
Diagnosis
berdasarkan pemeriksaan luar sulit ditentukan, sedangkan pada pemeriksaan
dalam, disamping kepala atau bokong dapat diraba tangan, lengan/kaki,kemungkinan
dapat juga teraba tali pusat menumbung yang sangan mempengaruhi prognosis
janin.
Penanganan
Pada presentasi
ganda umumnya tidak ada indikasi untuk mengambil tindakan, karena pada panggul
dengan ukuran normal, persalinan dapat spontan per vagina. Akan tetapi apabila
lengan seluruhnya menumbung disamping kepala, sehingga menghalangi turunnya
kepala dapat dilakukan reposisi lengan. Tangan penolong dimasukkan kedalam
vagina dan mendorong lengan janin keatas melewati kepalanya, kemudian kepala
didorong kedalam rongga panggul dengan tekanan dari luar.
Apabila pada
presentasi ganda ditemukan prolaksus funikuli, maka penanganan bergantung pada
kondisi janin dan pembukaan serviks. Bila janin dalam keadaan baik dan
pembukaan belum lengkap sebaiknya dilakukan secsio sesaria, sedangkan bila
pembukaan lengkap, panggul mempunyai ukuran normal pada multipara, dapat
dipertimbangkan melahirkan janin per vagina. Bila janin sudah meninggal,
diusahakan untuk persalinan spontan, sedangkan tindakan untuk mempercepat
persalinan hanya dilakukan atas indikasi ibu.
b) Kelainan
bentuk janin
Ø Pertumbuhan
janin yang berlebihan
Yang dinamakan
bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Kepala dan bahu
tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi uterus oleh janin
yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan dan kelahirannya.
Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000-5000 gram pada umumnya tidak
mengalami kesulitan dalam melahirkannya.
Etiologi
Janin besar
dipengaruhi oleh faktor keturunan. Selain itu janin besar dijumpai pada wanita
hamil dengan DM, postmaturitas dan grandemultipara.
Diagnosis
Menentukan
besarnya janin secara klinis memang sulit. Janin besar baru diketahui setelah
tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan his yang kuat.
Besarnya kepala dan tubuh janin dapat diukur dengan menggunakan alat
ultrasonik.
Prognosis
Pada panggul
normal, janin dengan berat badan kurang dari 4000 gram pada umumnya tidak
menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran terjadi karena kepala yang besar
atau kepala yang lebih keras(pada post maturitas )tidak dapat memasuki pintu
atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melewati rongga panggul.
Menarik kepala kebawah terlalu kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang
sulit dapat berakibat perlukaan pada nervus brachialis dan muskulus
sternocleidomastoideus.
Penanganan
Apabila kepala
sudah lahir sedangkan bahu sulit dilahirkan, hendaknya dilakukan episiostomi
mediolateral yang cukup luas, hidung, mulut janin dibersihkan, kemudian kepala
ditarik curam kebawah secara hati-hati dengan kekuatan yang terukur. Bila tidak
berhasil, tubuh janin diputar dalam rongga panggul, sehingga bahu belakang
menjadi bahu depan dan lahir di bawah simfifis.
Tindakan yang bisa
dilakukan untuk membantu mencegah distocia bahu adalah membantu memutar kepala
janin dan mendorongnya kebawah.(Camune& Brucher, 2007;Lanni & Seeds,
2007;Simpson 2008).
Metode yang
digunakan untuk membantu distosia bahu:
a) menurut McRobert`s maneuver adalah ibu mengfleksikan
pahanya lebuh tinggi dari perutnya, dimana dapat mengangkat lengkung pelvic
metode ini memiliki efek yang sama dengan jongkok dan menambah upaya menekan
kebawah.
b) Medode suprapubic pressure dilakukan oleh yang membantu
persalinan, suprapubic pressure dilakukan untuk mendorong bagian anterior bahu
janin kearah bawah untuk memindahkan janin dari atas ke simfisis pubis ibu.
Pada keadaan
dimana janin telah mati sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan kleidotomi
pada satu atau kedua klavikula untuk mengurangi kemungkinan perlukaan jalan
lahir.
Ø Hidrosefalus
Hidrosefalus
adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi
sefalopelvic
Diagnosis
Pada palpasi
ditemukan kepala yang jauh lebih besar dan tidak dapat masuk kedalam
panggul, denyut jantung janin paling jelas terdengar pada tempat yang lebih
tinggi, pada pemeriksaan dalam diraba sutura-sutura dan ubun0ubun melebar dan
tegang, sedangkan tulang kepala sangat tipis dan mudah ditekan.
Prognosis
Hidrosefalus dapat
mengakibatkan ruptura uteri. Ruptera uteri pada hidrosefalus dapat terjadi
sebelum pembukaan servik menjadi lengkap. Pada kasus hidrosefalus ini, kepala
janin harus dikecilkan pada permulaan persalinan. Pada pembukaan 3 cm cairan
serebrospinal dikeluarkan dengan pungsi pada kepala dengan menggunakan jarum
spinal. Bila janin dalam letak sungsang, pengeluaran cairan dari kepala
dilakukan dengan pungsi atau perforasi melalui foramen oksipitalis magnum atau
sutura temporalis. selain itu, ventrikulosentesis transabdominal dengan jarum
spinal juga dianjurkan.
Ø Kelainan
bentuk janin yang lain
a) Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus(pelekatan
pada dada) merupakan janin kembar melekat yang paling sering menimbulkan
kesukaran persalinan.
b) Janin dengan perut besar
Pembesaran perut
yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau tumor hati, limpa, ginjal
dan ovarium jarang sekali dijumpai.
Ø Prolaksus funikuli
Keadaan dimana
tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin didalam jalan
lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus funikuli sangat
berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara
bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi.
Prolaksus funikuli
dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian bawah janin
terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah
janin.
Diagnosis
Adanya tali pusat
menumbung atau tali pusat terdepan baru dapat diketahui dengan pemeriksaan
dalam setelah terjadi pembukaan ostium uteri. Pada prolaksus funikuli tali
pusat dapat diraba dengan dua jari; tali pusat yang berdenyut menandakan janin
masih hidup.
Penanganan
Pada prolaksus
funikuli janin menghadapi bahaya hipoksia, karena tali pusat akan terjepit
antara bagian terendah janin dan jalan lahir. Apabila tali pusat masih
berdenyut tapi pembukaan belum lengkap tindakan yang harus dilakukan adalah
reposisi tali pusat atau seksio sesaria.
4. Distosia karena kelainan posisi ibu
Posisi bisa
menimbulkan dampak positif dan negatif pada persalinan, dimana efek gravitasi
dan bagian tubuh memiliki hubungan yang penting untuk kemajuan proses
persalinan. Misalnya posisi tangan dan lutut, posisi oksiput posterior lebih
efektif dari pada posisi lintang. Posisi duduk dan jongkok membantu mendorong
janin turun dan memperpendek proses kala II (Terry et al, 2006). Posisi
recumbent dan litotomy bisa membantu pergerakan janin ke arah bawah. Apabila
distosia karena kelainan posisi ibu ini terjadi, tindakan yang harus segera
dilakukan pada proses persalinan adalah seksio sesaria atau vakum.
5.
Distosia karena respon psikologis
Stress yang
diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti catecholamines) dapat
menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap wanita bervariasi, tetapi nyeri
dan tidak adanya dukungan dari seseorang merupakan faktor penyebab stress.
Cemas yang
berlebihan dapat menghambat dilatasi servik secara normal, persalinan
berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cemas juga menyebabkan peningkatan level
strees yang berkaitan dengan hormon (seperti: β endorphin, adrenokortikotropik,
kortisol, dan epinephrine). Hormon ini dapat menyebabkan distosia karena
penurunan kontraksi uterus.
6.
Pola persalinan tidak normal
Pola persalinan yang tidak normal diidentifikasi dan
diklasifikasikan oleh Riedman (1989) berdasarkan sifat dilasi servikal dan
penurunan janin.
Persalinan normal
a) Dilasi (pembukaan) berlanjut
-
Fase laten: <4 cm dan low slope
-
Fase aktif: > 5 cm dan high slope
-
Fase deselerasi: ≥ 9 cm
b) Penurunan: aktif pada dilasi ≥ 9 cm
Persalinan tidak
normal
Pola
|
Nulliparas
|
Multiparas
|
Fase laten prolonged
|
< 20 jam
|
>14 jam
|
Fase dilasi aktif protracted
|
< 1.2 cm/jam
|
<1.5 cm/jam
|
Secondary arrest: no change
|
≥ 2 jam
|
≥ 2 jam
|
Protracted descent
|
< 1 cm/jam
|
< 2 cm/jam
|
Arrest of descent
|
≥ 1 jam
|
≥1/2 jam
|
Persalinan precipitous
|
>5 cm /hari
|
10 cm/hari
|
Failure of descent
|
Tidak ada perubahan selama fase deselarasi dan kala II
|
7. Distosia karena kelainan traktus genitalis
a) Vulva
Kelainan pada
vulva yang menyebabkan distosia adalah edema, stenosis, dan tumor. Edema
biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia dan terkadang karena gangguan gizi.
Pada persalinan jika ibu dibiarkan mengejan terus jika dibiarkan dapat juga
mengakibatkan edema. Stenosis pada vulva terjadi akibat perlukaan dan
peradangan yang menyebabkan ulkus dan sembuh dengan parut-parut yang
menimbulkan kesulitan. Tumor dalam neoplasma jarang ditemukan. Yang
sering ditemukan kondilomata akuminata, kista, atau abses glandula bartholin.
b) Vagina
Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina,
dimana septum ini memisahkan vagina secara lengkap atau tidak lengkap dalam
bagian kanan dan bagian kiri. Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan
distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus
maupun untuk lahirnya janin. Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan
turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong terlebih dahulu.
Stenosis vagina
yang tetap kaku dalam kehamilan merupakan halangan untuk lahirnya bayi, perlu
dipertimbangkan seksio sesaria. Tumor vagina dapat menjadi rintangan pada
lahirnya janin per vaginam
c) Servik uteri
Konglutinasio
orivisii externi merupakan keadaan dimana pada kala I servik uteri menipis akan
tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan lembaran kertas dibawah
kepala janin. Karsinoma servisis uteri, merupakan keadaan yang menyebabkan
distosia.
d) Uterus
Mioma uteri
merupakan tumor pada uteri yang dapat menyebabkan distosia apabila mioma uteri
menghalangi lahirnya janin pervaginam, adanya kelainan letak janin yang
berhubungan dengan mioma uteri, dan inersia uteri yang berhubungan dengan mioma
uteri.
e) Varium
Distosia karena
tumor ovarium terjadi apabila menghalangi lahirnya janin pervaginam. Dimana
tumor ini terletak pada cavum douglas. Membiarkan persalinan berlangsung lama
mengandung bahaya pecahnya tumor atau ruptura uteri atau infeksi intrapartum.
B. Asuhan keperawatan Pada distosia
Diagnosa
keperawatan yang mungkin bisa diidentifikasi pada wanita yang mengalami
distosia adalah:
1. Resiko cidera maternal dan fetal berhubungan dengan
implementasi dari intervensi untuk distosia
2. Kehilangan kekuatan berhubungan dengan kehilangan kontrol
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kelahiran prematur dan
pecahnya membran, atau berhubungan dengan prosedur operasi
Perencanaan
Hasil yang diharapkan pada ibu yang mengalami distosia adalah:
1. Mengerti penyebab dan treatment persalinan disfungsional.
2. Menggunakan pola koping yang positif untukmempertahankan
konsep diri positif.
3. Mengekspresikan tingkat nyeri
4. Pengalaman persalinan dan kelahiran dengan minimal atau
tidak ada komplikasi seperti infeksi, cedera, atau hemoragik
5. Kelahiran bayi yang sehat, dimana tanpa mengalami cedera
kelahiran
Intervensi
1.
Bantu dan implementasikan intervensi untuk distosia (msl:
posisi, version, peningkatan proses persalinan, dan pematangan servikal)
2.
Monitor DJJ selama proses
3.
Monitor tanda-tanda vital kehamilan
4.
Nilai tingkat kenyamanan selama prosedur yang
menyakitkan.
5.
Berikan penjelasan dan dukungan untuk ibu dan keluarganya
Evaluasi
Evaluasi keefektifan asuhan keperawatan pada ibu yang
mengalami distosia berdasarkan hasil yang diharapkan
Diagnosa
keperawatan berdasarkan NANDA
1. Nyeri Akut
2.
Kecemasan
NANDA
|
NOC
|
NIC
|
1.
Nyeri akut
Domain 12: Kenyamanan
kelas 1: kenyamanan fisik
defenisi: sensori dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan yang ditimbulkan oleh kerusakan jaringan potensial atau
actual/ gambaran pada bagian yang rusak tersebut. Tiba-tiba/ memperlambat
intensitas dari ringan sampai berat dengan akhir diantisipasi/diprediksi
berdurasi < 6 bulan.
Batasan karakteristik:
· Perubahan curah jantung
· Perubahan laju pernafasan
· Laporan verbal terhadap nyeri
· Prilaku ekspresif, seperti gelisah,
merintih, meringis, kewaspadaan, lekas marah, mendesah
· Menjaga prilaku
|
Outcome yang disarankan
1. Kontrol nyeri
Indicator :
·
Mengakui faktor kausal
·
Mengakui onset nyeri
·
Menggunakanlangkah-langkahpencegahan
·
Menggunakanlangkah-langkahbantuannon-analgesik
·
Menggunakananalgesik yang tepat
2. Tingkat ketidaknyamanan
|
Manajemen Nyeri
·
melakukan tidakan yang
komprehensif mulai dari lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frequensi,
kualitas, intensitas, atau keratnya nyeri dan factor yang berhubungan.
·
observasi isyarat ketidak nyamanan
khususnya pada ketidak mamapuan mengkomunikasikan secara efektif.
·
memberi perhatian perawatan analgesic
pada pasien.
·
menggunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk menyampaikan rasa sakit dan menyampaikan penerimaan dari
respon pasien terhadap nyeri.
·
mengeksplorasi pengetahuan pasien dan
keyakinan tentang rasa sakit.
·
mempertimbangkan pengaruh budaya pada
respon nyeri.
·
menentukan dampak dari pengalaman
rasa sakit dari pengalaman nyeri pada kualitas hidup (tidur, nafsu makan,
aktivitas, kognisi, mood, hubungan, kinerja kerja, dan tanggung jawab peran).
·
memberi tahu pasien tentang hal-hal
yang dapat memperburuk nyeri
·
kaji pengalaman nyeri klien dan
keluarga, baik nyeri kronik atau yang menyebabkan ketidaknyamanan.
·
ajarkan prinsip manajemen nyeri
·
ajarkan tentang metode farmakologis
mengenai gambaran nyeri
·
ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi, seperti relaksasi, terapi music, terapi bermain, terapi
aktifitas, sebelum,sesudah,dan jika memungkinkan selama nyeri berlangsung,
sebelum nyeri itu terjadi atau meningkat dan lama dengan gambaran nyeri lainnya.
|
2. Anxiety
Definisi: perasaan ketidaknyamanan
atau ketakutan disertai oleh respon otonom (sumber seringkali spesifik atau
tidak diketahui individu), sebuah perasaan ketakutan yang disebabkan oleh
antisipasi bahaya. Ini adalah sinyal peringatan yang memperingatkan bahaya
yang akan datang dari yang mungkinkan individu untuk mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman.
Batasan karakteristik:
·
Gelisah
·
Resah
·
Produktivitas
berkurang
|
Kontrol cemas
Indikator:
·
Monitor intensitas kecemasan
·
Menyingkirkan tanda-tanda kecemasan
·
Menggunakan teknik relaksasi untuk menghilangkan kecemasan
Koping
Indikator:
·
Melibatkan anggota keluarga dalam pembuatan keputusan
·
Menunjukkan strategi penurunan stress
·
Menggunakan dukungan social
|
Penurunan
Kecemasan
Aktivitas:
·
Tenagkan
klien
·
Kaji
tingkat kecemasan dan reaksi fisik
·
Sediakan
aktivitas untuk menurunkan ketegangan.
Peningkatan
Koping:
Aktivitas:
·
Sediakan
informasi actual tentang diagnose, penanganan, dan prognosis.
|
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek,Gloria
M, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). United States
of America: Mosby
Chandranita, ida
ayu, dkk. 2009. Buku ajar
patologi obstetric untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta:EGC
Chandranita, ida
ayu, dkk. 2009. Memahami
kesehatan reproduksi wanita. Jakarta:EGC
Doenges, Marilyn E dan Mary Frances
Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta:EGC.
Farrer, Helen. 2001. Perawatan meternitas edisi II. Jakarta: EGC
Herdman, T.
Heather. 2009. NANDA International Nursing Diagnoses : Definition &
Classification 2009-2011. United Kingdom : Wiley-Blackwell.
Mckinney, Emily
Slone, dkk. 2009. Maternal Child Nursing. Canada: Library of Congress
Catologing in Publication Data
Moorhead, Sue,
dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC). United States of
America: Mosby
Prawirohardjo, sarwono. 1997. Ilmu
kebidanan edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Perry, Shannon E, dkk. 2010. Maternal
child nursing care edisi 4. Canada: Mosby elseveir
Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan ibu-bayi baru lahir edisi 3.
Jakarta: EGC
2.STATUS G P A
Bedah sesar (bahasa Inggris:
caesarean section atau cesarean section dalam Inggris-Amerika),
disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat dengan sc) adalah
proses persalinan dengan melalui pembedahan
dimana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan
normal melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko kepada komplikasi medis
lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh
tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan,
anak, anastesi serta bidan.
3.PENYEBAB ASI TERHAMBAT
Sebuah riset menemukan sekitar 15
persen ibu menyusui rata-rata 3 minggu setelah melahirkan mengalami masalah
produksi ASI yang sangat sedikit dan tidak bisa memenuhi kebutuhan bayinya.
Produksi ASI di pengaruhi faktor Fisik dan Psikologis. Apabila kedua faktor tersebut terganggu, maka produksi ASI juga akan terhambat, bahkan menyebabkan ASI tidak keluar. Beberapa faktor yang mempengaruhi terhambatnya produksi ASI antara lain :
Produksi ASI di pengaruhi faktor Fisik dan Psikologis. Apabila kedua faktor tersebut terganggu, maka produksi ASI juga akan terhambat, bahkan menyebabkan ASI tidak keluar. Beberapa faktor yang mempengaruhi terhambatnya produksi ASI antara lain :
Faktor fisik Penyebab ASI tidak Keluar :
1. Ketidakmampuan bayi menghisap ASI
dengan baik membuat payudara kurang mendapatkan rangsangan untuk mengeluarkan
ASI.
2. Bayi yang lahir prematur biasanya mudah lelah saat menghisap payudara ibu, akibatnya pengeluaran ASI menjadi tidak maksimal.
3. Gaya hidup ibu yang tidak sehat menyebabkan kelenjar susu tidak bisa menghasilkan ASI dalam jumlah memadai. Asupan gizi ibu menyusui tidak terpenuhi dengan baik. Kurang mengkonsumsi makanan yang bervariasi, khususnya sayur dan buah-buahan.
4. Faktor Kesehatan Ibu Menyusui termasuk faktor hormonal (hormon testosterone) dan waktu istirahat yang cukup juga akan mempengaruhi produksi ASI.
5 . Kapasitas penyimpanan ASI yang sedikit berkaitan dengan jaringan kelenjar fungsionalnya dan tidak berhubungan dengan ukuran payudara ibu.
2. Bayi yang lahir prematur biasanya mudah lelah saat menghisap payudara ibu, akibatnya pengeluaran ASI menjadi tidak maksimal.
3. Gaya hidup ibu yang tidak sehat menyebabkan kelenjar susu tidak bisa menghasilkan ASI dalam jumlah memadai. Asupan gizi ibu menyusui tidak terpenuhi dengan baik. Kurang mengkonsumsi makanan yang bervariasi, khususnya sayur dan buah-buahan.
4. Faktor Kesehatan Ibu Menyusui termasuk faktor hormonal (hormon testosterone) dan waktu istirahat yang cukup juga akan mempengaruhi produksi ASI.
5 . Kapasitas penyimpanan ASI yang sedikit berkaitan dengan jaringan kelenjar fungsionalnya dan tidak berhubungan dengan ukuran payudara ibu.
Sumber: dr. Sesilia (Your Clinic
Mall Of Indonesia)
Faktor
Psikologis Penyebab ASI tidak Keluar
Selain faktor fisik tersebut di
atas, tidak keluarnya ASI atau produksinya yang berkurang juga bisa disebabkan
karena faktor psikologis, yang diantaranya adalah:
Perasaan Tidak Nyaman (perasaan
takut, marah, gelisah, sedih, kesal, cemas, malu atau nyeri) pada Ibu Menyusui,
akan menghambat dan meningkatkan pengeluaran oksitoksin yang akhirnya
mengurangi ASI. Dan untuk mengatasi hal tersebtu, Ibu Menyusui harus bahagia,
senang, bangga, memeluk dan mencium bayinya sehingga ASI akan tatap keluar
mencukupi kebutuhan Bayi.
Rasa Yakin pada ibu untuk bisa
menyusui Bayinya selama 6 bulan, secara tidak langsung akan meningkatkan
produksi ASI dan membantu kelancaran proses menyusui.
Berpikiran Negatif, menjadi faktor
pendukung agar ASI tidak keluar untuk memenuhi kebutuhan Bayi. Untuk itu anda
harus percaya diri, hormon di dalam tubuh terpacu untuk memproduksi ASI terus
menerus.
Kurangnya Dukungan orang terdekat
(suami dan anggota keluarga lainnya) juga akan mempengaruhi Produksi ASI Ibu Menyusui.
Dukungan mereka sebenarnya akan sangat membantu berhasilnya seorang ibu untuk
menyusui saat setelah persalinan dan berlanjut sampai usia bayi 6 bulan. Begitu
pula dukungan dari lingkungan pekerjaan (bagi wanita karier), seperti
tersedianya ruangan khusus untuk memerah ASI dan lemari es untuk menyimpan ASI
yang telah di perah. Semakin sering ASI dikeluarkan, maka produksinya akan
tetap terjaga.
Ringkasan:
- Penyebab ASI Tidak Keluar Pasca Persalinan bisa disebabkan oleh faktor Fisik dan Psikologis,
- Faktor Fisik yang mempengaruhi Produksi ASI adalah Asupan Gizi, Kesehatan dan Hormonal,
- Faktor Psikologis yang menyebabkan ASI tidak keluar adalah Rasa Tidak Nyaman,Tidak Yakin, Tidak Percaya Diri dan Kurang Dukungan dari Suami dan Keluarga di sekitar.
4.INDIKASI DI LAKUKANNYA CAESAR
Bedah caesar umumnya dilakukan
ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena
berisiko kepada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur persalinan dengan
pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang beranggotakan spesialis kandungan,
anak, anastesi serta bidan. Bedah sesar (caesarean section atau cesarean
section dalam Inggris-Amerika), disebut juga dengan seksio sesarea
(disingkat dengan sc) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana
irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histeretomi) untuk
mengeluarkan bayi.
Dokter spesialis kebidanan akan
menyarankan bedah sesar ketika proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan
menyebabkan risiko kepada sang ibu atau si bayi. Hal-hal lainnya yang dapat
menjadi pertimbangan disarankannya bedah sesar antara lain:
- proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (distosia)
- detak jantung janin melambat (fetal distress)
- adanya kelelahan persalinan
- komplikasi pre-eklampsia
- sang ibu menderita herpes
- putusnya tali pusar
- risiko luka parah pada rahim
- persalinan kembar (masih dalam kontroversi)
- sang bayi dalam posisi sugsang atau menyamping
- kegagalan persalinan dengan induksi
- kegagalan persalinan dengan alat bantu (forcep atau vakum)
- bayi besar (makrosomia – berat badan lahir lebih dari 4,2 kg)
- masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari
menutupi jalan lahir)
- kontraksi pada pinggul
- sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi)
- sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perinium (oleh proses persalinan sebelumnya atau penyakit chorn)
- angka d-dimer tinggi bagi ibu hamil yang menderita sindrom antibodi antifosfilipid
- CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat)
- Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)
- Ibu menderita hipertesi (penyakit tekanan darah tinggi)
5. Komplikasi Akibat Melahirkan Secara Caesar
DokterSehat.com
– Operasi caesar merupakan proses pengeluaran bayi tanpa melewati vagina. Dalam
operasi ini bayi dikeluarkan dengan membedah dinding perut dan rahim ibu.
Tindakan operasi caesar ini berlangsung selama 20 – 90 menit.
Normalnya, operasi caesar dilakukan bila ada
alasan medis tertentu yang tidak memungkinkan ibu hamil melahirkan secara
normal. Tapi, kini operasi caesar banyak dilakukan dengan alasan pribadi
seperti ingin melahirkan pada tanggal yang dianggap spesial, ibu hamil merasa
trauma dengan proses melahirkan sebelumnya, atau ibu ingin melindungi area
vagina agar tetap kencang seperti belum pernah melahirkan anak. Namun, dibalik
keuntungan dari operasi caesar tersebut ada banyak risiko yang perlu diwaspadai
dari operasi caesar. Operasi caesar juga bisa menimbulkan komplikasi-komplikasi
seperti:
Melukai organ sekitar rahim
Di sekitar rahim terdapat organ penting seperti
kandung kemih, saluran kencing, dan usus besar. Organ-organ serta syaraf yang
terletak berdekatan bisa saja terkena goresan pisau bedah. Meski begitu, kasus
ini sangat jarang terjadi.
Melukai bayi
Bayi juga bisa terluka ketika dinding rahim
dibuka.
Perdarahan
Perdarahan lanjutan yang terjadi akibat kontraksi
rahim tidak baik setelah plasenta dilahirkan sehingga Anda membutuhkan tranfusi
darah. Bila terjadi perdarahan berat saat operasi maka pada kasus yang lebih
parah akan dilakukan pengagkatan rahim.
Problem buang air kecil
Pada saat pembedahan dokter akan menodorong
kandung kencing agar tidak ikut tersayat ketika membuka dinding rahim.
Akibatnya, otot-otot saluran kencing akan terganggu sehingga masih ada sisa
urin di kandung kemih meski Anda sudah buang air kecil. Penderita akan
mengeluarkan urin saat tertawa, batuk, atau mengejan. Untuk mengatasinya akan
dipasang selang kateter untuk membantu mengeluarkan urin. Lakukan latihan otot
dasar panggul untuk menghindari masalah ini.
Infeksi
Infeksi bisa terjadi akibat kurangnya sterilitas
alat-alat operasi, retensi urin, luka operasi yang terkontaminasi atau melalui
transfusi darah. Infeksi bakteri pada umumnya dapat ditangani baik dengan
antibiotik.
Perlengketan
Ibu yang menjalani operasi caesar berisiko
mengalami perlengkatan plasenta pada rahim (plasenta akreta). Perlengketan juga
bisa terjadi bila darah, jaringan rahim (endometrium) atau jaringan plasenta
tertinggal dan menempel pada usus atau organ dalam lainnya.
Trombus dan emboli
Pemberian obat bius selama operasi berlangsung
dapat membuat otot-otot berelaksasi, dimikian pula dengan otot-otot pembuluh
darah. Kondisi ini menyebabkan aliran darah melambat. Akibatnya, resiko pembentukan
trombus dan emboli meningkat. Trombus merupakan bekuan darah yang bisa
menyumbat aliran darah. Bila bekuan darah terbawa aliran darah maka dapat
menyumbat pembuluh darah di kaki, paru-paru, otak atau jantung. Kondisi ini
dapat menimbulkan kematian bila penyumbatan sampai terjadi otak dan jantung.
Emboli air ketuban
Emboli terjadi bila cairan ketuban dan
komponennya masuk ke dalam aliran darah hingga menyumbat pembuluh darah. Emboli
air ketuban bisa terjadi pada persalinan normal atau operasi Caesar,
sebab ketika proses persalinan berlangsung terdapat banyak pembuluh darah yang
terbuka. Kejadian ini amat sangat jarang terjadi.
Sebelum memutuskan untuk melakukan persalinan
dengan cara caesar sebaiknya tanyakan kepada dokter keuntungan dan kerugian
yang Anda alami bila melahirkan dengan cara caesar.
Tanya: Tiga tahun lalu saya
melahirkan anak pertama melalui operasi Caesar. Untuk kehamilan kedua ini (5
bulan) dapatkah saya melahirkan secara normal?
Jawab: Persalinan normal adalah cara terbaik, sehingga setiap ibuhamil diharap dapat melakukannya. Setelah operasi caesar satu kali, persalinan berikutnya dapat dicoba untuk normal, asalkan beberapa syarat terpenuhi:
Jawab: Persalinan normal adalah cara terbaik, sehingga setiap ibuhamil diharap dapat melakukannya. Setelah operasi caesar satu kali, persalinan berikutnya dapat dicoba untuk normal, asalkan beberapa syarat terpenuhi:
- Jarak antara operasi dengan proses persalinan minimal 2 tahun.
- Indikasi operasi sebelumnya tidak berulang lagi pada kehamilan sekarang.
- Hasil penilaian ketebalan dan penyembuhan bekas operasi di rahim baik.
- Persalinan dilakukan di rumah sakit yang siap melakukan operasi.
Mengingat penyembuhan luka bekas
operasi membuat bagian bekas oparasi tidak sesempurna aslinya, maka kontraksi
yang timbul dalam persalinan harus terjadi secara alamiah, bukan karena
diinduksi. Induksi menyebabkan kontraksi lebih keras sehingga dapat menyebabkan
trauma pada luka bekas operasi. Apabila memenuhi syarat di atas, maka tidak ada
risiko untuk persalinan per vaginam pascacaesar.
Tips
Sesaat Pasca Operasi Caesar
Written by Revina
-
Artikel
Popular
- Panduan Kehamilan
- Cara Cepat Hamil
- Tanda-Tanda Kehamilan
- Proses Melahirkan
- Perkembangan Janin
- Menghitung Masa Subur
- Perkembangan Bayi
- Kanker Serviks
- Dongeng Anak
- Keputihan
- Makanan Bayi
- Masa Subur Wanita
- Proses Kehamilan
- Nama Bayi
- Arti Nama
Beberapa
hari pertama pasca operasi caesar adalah saat-saat yang sangat sulit. Bahkan
hal-hal kecil seperti berguling, tertawa, batuk, menarik nafas dalam-dalam, dan
menjangkau telepon disamping tempat tidur sulit dilakukan pada mulanya. Berikut
ini beberapa tips guna membuat Anda lebih nyaman selama hari-hari awal
pemulihan :
Berguling
Ini adalah
trik yang membuat Anda berguling dari punggung ke samping jadi lebih mudah dan
tidak begitu sakit. Tekuk lutut dan panggul (satu kali bergantian) sehingga
kaki Anda terletak rata pada tempat tidur. Tekan kaki ketempat tidur dan angkat
panggul sedemikian rupa sehingga tubuh Anda lurus dari bahu sampai ke lutut.
Putar panggul kesatu sisi sementara menggulingkan bagian atas tubuh ke sisi
yang sama. Sekarang Anda berbaring menyamping. Cara berguling seperti ini hanya
menimbulkan sedikit regangan pada daerah sayatan.
Pernafasan Dalam
Menarik
nafas dalam-dalam dengan pengeluaran nafas yang kuat umumnya terasa sakit
tetapi harus dilakukan (khususnya jika Anda mendapat bius total) untuk
membersihkan lendir yang menumpuk di dada yang kadang-kadang menimbulkan
infeksi. Pembersihan ini dapat dilakukan dengan mengembuskan nafas kuat-kuat
atau menggunakan alat khusus yang disediakan rumah sakit. Gunakan teknik-teknik
berikut ini untuk membantu Anda menarik nafas dalam-dalam dengan rasa sakit
yang seminimal mungkin : Tahan daerah sayatan dengan lembut dan kuat
menggunakan tangan : bantal kecil atau gulungan handuk. Ambil nafas
dalam-dalam. Embuskan keluar dengan cepat kedalam tabung pada alat jika Anda
mempunyainya. Jika dada Anda "bersih" Anda tidak perlu menggunakan
teknik ini atau peralatan.
Berdiri dan Berjalan
Bangun dari
tempat tidur pertama kalinya dapat Anda lakukan beberapa sampai 24 jam sesudah
melahirkan. Perawat atau seorang staf pembantu akan menolong Anda bangun dan
kemudian berdiri. Anda mungkin merasa lemas, pusing, dan sakit kepala selama
beberapa menit pertama. Anda dapat mengurang rasa pusing dengan melakukan
beberapa gerakan memutar pergelangan kaki dan menekuk tungkai untuk memperbaiki
peredaran darah sebelum bangun dari tempat tidur. Beri waktu untuk diri Anda.
Beri kesempatan sejenak untuk diri Anda untuk membiasakan diri dengan setiap
posisi baru sewaktu Anda bergerak dari posisi tidur ke posisi berdiri. Cobalah
gerakan berikut sewaktu Anda bergerak dari posisi tidur ke posisi berdiri.
Sesudah posisi berguling miring ke dekat tepi tempat tidur, biarkan kaki Anda
menggantung pada tepi tempat tidur tersebut dan dorong tubuh Anda keposisi
duduk. Duduklah sebentar dan lakukan beberapa gerakan memutar pergelangan kaki.
Saat Anda merasa siap, letakan kaki Anda dilantai dan berdiri (dengan bantuan
seseorang). Berdirilah setegak dan selurus Anda bisa lakukan. Hal ini tidak
akan membahayakan luka sayatan meskipun daerah tersebut merasa tertarik dan
sakit. Begitu Anda terbiasa dengan posisi berdiri, cobalah sedikit melangkahkan
kaki. Setelah percobaan pertama ini, Anda akan merasa jadi lebih mudah setiap
kali bangun dari tempat tidur. Cobalah meningkatkan jaraknya setiap kali Anda
berjalan.
Gas Perut
Gas perut
kadang-kadang menimbulkan masalah sesudah bedah Caesar atau pembedahan lain
pada perut. Jika ada gas dalam perut, Anda akan merasa kembung dan bahkan
mungkin merasakan nyeri perut yang menusuk-nusuk sampai Anda dapat mengeluarkan
gas tersebut. Penimbunan gas disebabkan oleh melambatnya aktivitas usus yang
terjadi akibat pembedahan. Anda belum akan diberi makan sampai perawat melihat
adanya aktivitas usus, yang biasanya terjadi beberapa jam setelah pembedahan.
Gerak fisik tidur dan bangun dari tempat tidur, pernafasan dalam dan bergoyang
dikursi dapat membantu atau menghilangkan gas. Anda juga mungkin diminta untuk
menghindari makanan dan minuman yang menimbulkan gas.
Berkemih
Membuat Anda
akan mengalami kesulitan berkemih sesudah mengalami pemasangan kateter kandung
kemih, pembiusan, dan pembedahan perut. Perawat akan memberikan saran-saran
untuk membuat Anda berkemih. Jika Anda tidak dapat berkemih dalam jangka waktu
yang di anggap rsional, anda perlu dikateter ulang dengan metode
"in-out". Perawat akan memasang kateter yang lebih kecil,
mengeluarkan air kemih, dan kemudian melepas kateter tersebut. Dengan
berjalannya waktu Anda akan dapat berkemih tanpa bantuan.
Menyusui
Adalah
dimungkinkan dan diharapkan agar anda mulai memberikan ASI sesudah bedah
Caesar. Namun, untuk menemukan posisi yang nyaman dapat menjadi suatu masalah.
Untuk melindungi luka sayaatan dari tekanan berat dan gerak bayi cobalah
posisi-posisi berikut ini. Gunakan pegangan bola atau mengepit, berbaring
menyamping, atau meletakan sebuah bantal diatas luka sayatan sebelum Anda
menaruh bayi dipangkuan untuk disusui.
Jika rumah
sakit yang Anda datangi menganut filosofi berpusat ke keluarga, pasangan Anda
akan diperbolehkan tinggal dalam satu kamar bersama Anda. Jika pasangan Anda
tidak dapat menemani perawat akan membantu Anda merawat si bayi sementara Anda
memulihkan diri dari pembedahan.
Anda mungkin
akan dirawat inap di rumah sakit selama dua atau tiga hari. Namun, Anda mungkin
belum pulih sepenuhnya. Anda masih tetap merasa letih, lemas dan lelah. Jika
mungkin, aturlah agar ada yang membantu Anda didalam rumah beberapa minggu
pertama. Anda akan pulih jauh lebih cepat, jika Anda mendapat bantuan dalam
menyiapkan makanan, merawat bayi, dan mengerjakan tugas-tugas rumah tangga.
Sebaiknya Anda tidak mengemudi kendaraan sampai Anda dapat melakukannya dengan
aman, tanpa merasa sakit, dan sudah berhenti meminum obat pereda sakit yang
bersipat narkotik. Pemberi perawatan akan memberikan pedoman khusus untuk Anda.
Jika kondisi fisik Anda memungkinkan, dan Anda mempunyai cukup waktu dan
tenaga, Anda dapat mulai melakukan olahraga pasca melahirkan. Bicarakan dengan
pemberi perawatan kapan Anda dapat memulainya
5 Tips Cepat Pulih Pasca Operasi Caesar
Oleh: dr. Nadia Octavia
Klikdokter.com
– Luka setelah operasi caesar
membutuhkan waktu 4-6 minggu untuk sembuh. Tidak sedikit diantara pasien
mengeluhkan lamanya masa pemulihan pasca operasi caesar,
sementara lingkungan sekitar sudah menuntut aktivitas Anda. Simak tips-tips
berikut ini untuk mempercepat penyembuhan;
- Berhati-hatilah
Pada minggu-minggu pertama, hindari mengangkat benda berat kecuali bayi Anda. Beristirahatlah jika memungkinkan.
- Perawatan Luka
·
Cucilah dan bersihkan luka dengan cairan saline (seperti NaCl)
·
Ganti perban sesering mungkin
·
Oleskan salep antibiotik (tanyakan kepada dokter Anda jika diperlukan)
- Support Perut Anda
Berdiri dan berjalanlah dengan postur tubuh yang baik. Tahan
perut Anda pada area bekas luka saat mengalami pergerakkan yang cepat dan
tiba-tiba seperti batuk, bersin atau tertawa.
- Konsumsi Obat-obatan Sesuai Saran Dokter
Berkonsultasilah dengan dokter jika diperlukan obat untuk
menghilangkan rasa nyeri.
- Minum Air Putih yang Banyak
Dengan
konsumsi banyak cairan,
maka akan menggantikan volume cairan yang hilang saat melahirkan dan menyusui
dan dapat mencegah sembelit.
- Segeralah Berkonsultasi
Jangan
tunda waktu kunjungan ke dokter jika terdapat gejala-gejala:
·
Luka bekas operasi terlihat kemerahan, bengkak atau terdapat cairan yang keluar
·
Demam lebih dari 380C
·
Nyeri hebat pada luka operasi
- Lakukan Pemeriksaan Berkala
Sekitar
6 minggu setelah melahirkan, sebaiknya periksakan diri Anda dengan dokter
kandungan untuk memastikan bahwa luka operasi, perut, vagina, rahim dan mulut
rahim Anda sembuh dengan sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar