KEPERAWATAN GERONTIK
ANALISA
JURNAL
SISTEM
ENDOKRIN ( DIABETES
MELITUS )
DI
SUSUN OLEH :
HAERUL
ANWAR
KP.1200867
KELAS :B1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
(S1)
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA
HUSADA
YOGYAKARTA
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia diperkirakan
mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3
juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Kepala Instalasi Pelayanan Pelanggan dan
Humas RSUP Persahabatan, Any Reputrawati, di Jakarta, Rabu (19/11) mengatakan,
tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia peringkat keempat jumlah
penderita diabetes melitus terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India,
dan Cina.
Berdasarkan hasil survei tahun 2003, prevelansi diabetes
melitus di perkotaan mencapai 14,7 persen dan di pedesaan hanya 7,2 persen.
Penyakit diabetes melitus saat ini bisa menyerang siapa saja, termasuk
anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Kurang berolahraga dan sering
menkonsumsi makanan tak sehat seperti makanan cepat saji (fast food) bisa
memicu penyakit diabetes melitus.
Hasil
Survei Kesehatan Rumah T angga
pada tahun 1995,
menunj ukkan bahwa semenjak dekade
1990, terjadi peningkatan pasien
penyakit metaboli c,
diantaranya adalah DM, dengan perkiraaan 16
per 1000 penduduk
Indonesia menderita DM (Dep.Kes.RI,
1999). Diperkirakan pada tahun
2020, jumlah penduduk
diatas umur 20 tahun
yang menderita DM
sebanyak 7 juta orang,dengan asumsiprevalensi DM
sebesar 4%. Sehingga pengelolaan
DM tidak mungkin hanya
di serahkan pada dokter,
perawat, ahli gizi, akan
tetapi diperlukan partisipasi
aktif pasien dan keluarganya
(Dep.Kes.RI, 1999).
Prevalensi diabetes
mellitus di masyarakat
Indonesia yang dikutip
dari berbagai hasil penelitian
yang telah dilakukan
adalah sebesar 1,5 – 2,3
% pada penduduk usia
lebih dari 15
tahun. Angka kejadian
ini diperkirakan akan
terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari angka
kejadian diabetes mellitus di Jakarta
pada tahun 1982
sebesar 1,7 %
menjadi 5,7 %
pada tahun 1993.
BAB
II
INTISARI
A.
Pendahuluan
Penderita Diabetes
melitus diperkirakan akan
terus meningkat dari tahun
ke tahun. Menurut
World Health Organization (WHO)
penderita DM pada tahun
2000 adalah 135
juta dan diperkirakan akan
menjadi 366 juta
orang di tahun 2025.
Kawasan Asia diperkirakan mempunyai populasi
penderita DM terbesar di
dunia. Berdasarkan penelitian Departemen Kesehatan
tahun 2001, untuk jenis
penyakit DM di
Indonesia menempati urutan keempat
di dunia setelah
India, China dan Amerika
Serikat.T ercatat 7,5% penduduk
diPulau Jawa danBali, baik pria maupun
wanita menderita DM (Hardjosubroto, 2007).
Seiring
dengan pola pertambahan penduduk, pada 2005 di Indonesia
ada 171 juta penduduk berusia di atas 15 tahun dan dengan asumsi
prevalensi DM maka terdapat
kira-ki ra 24 juta
penderita DM. Kasus DM
yang ditemukan di
Provinsi Jawa T engah khususnya
sebanyak 151.075. Rata-rata kejadian
kasus DM pertahun di
Jawa T engah adalah
4.316,42 kasus (Dinas Kesehatan
Prop. Jawa T engah, 2005).
Penyakit
DM sering menimbulkan komplikasi berupa
stroke, gagal ginjal, jantung, nefropati,
kebutaan dan bahkan harus
menjalani amputasi jika
anggota badan menderita luka
gangren (Annisa, 2004). Selain
terjadi komplikasi, DM
juga dapat menimbulkan dampak sosio ekonomi penderita, karena
DM menimbulkan beberapa kerugian
yang digolongkan menjadi kerugian
langsung dan kerugian tidak langsung.
Kerugian langsung meliputi biaya perawatan
gawat darurat, opname, pelayanan-pelayanan medis,
rawat jalan penderita, pembedahan,
obat-obatan, uji laboratoris serta
biaya peralatan. Kerugian tidak langsung
mencakup kematian prematur, kehilangan
hari kerja yang mengakibatkan hilangnya
pendapatan dan penghasilan, pembayaran
asuransi, kerugian
perorangan serta hal-hal
yang tidak bisa dihitung
seperti rasa nyeri
dan penderitaan (Price, 1994).
Pada
sebagian penderita DM, sering
disertai adanya obesitas,
riwayat keluarga mengidap diabetes
seperti orang tua, atau
saudara kandung, faktor
usia (berusia lebih dari
45 tahun), kelompok etnis tertentu,
dan kehamilan. Pada sebagian
penderita DM yang
lain terdapat peningkatan tekanan
darah, kadar trigliserida, kadar
kolesterol, inaktivitas
fisik, dan proses
penuaan (Sherwood, 2001).
Pengobatan DM
memerlukan peran serta aktif
penderitanya. Pengetahuan
penderita tentang faktor
risiko sangat penting
untuk dapat menjadi dasar
menetapkan tindakan meminimalkan angka kejadian
penyakit DM yang
semakin meluas pada sosial
ekonomi rendah, usia muda
maupun pekerja kasar.
Untuk merancang pendekatan agar
tercapai keberhasilan dalam pengobatan
maka perlu diketahui bagaimana
persepsi penderita akan penyebab
penyakit dan dampak yang
dirasakan akibat penyakit tersebut. Penelitian
bertujuan untuk
mengeksplorasi bagaimana persepsi penderita akan
faktor-faktor penyebab
penyakit dan dampak
penyakit Diabetes Melitus pada
penduduk di wilayah Puskesmas Purwokerto
Barat, Kecamatan Purwokerto
Barat, Kabupaten Banyumas.
B.
Metode
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan desain
deskriptif kualitatif untuk
menggali pemahaman penderita akan
penyebab penyakit yang di deritanya
dan dampak yang di alaminya. Penelitian kualitatif adalah riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan
pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Terdapat perbedaan mendasar antara peran
landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan
penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari
teori menuju data,
dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan;
sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan
teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. Baik penelitian
kualitatif maupun deskriptif, keduanya mendeskripsikan fenomena yang
terjadi secara alami tanpa adanya interferensi dari sebuah eksperimen atau suatu
perlakuan tertentu yang direncanakan. Keduanya berkaitan dengan pendeskripsian,
tetapi pendekatan penelitian berasal dari perspektif yang berbeda.
Desain
ini dipilih dengan alasan
desain ini memberikan
kesimpulan yang komprehensif engenai
suatu kejadian dalam kehidupan
sehari-hari dan menjadi metode
utama ketika penelitian ingin mendapat
jawaban langsung atas pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan praktek (Sandelowski 2003). Instrumen penelitian
ini menggunakan panduan wawancara dengan pertanyaan
terbuka.Pertanyaan ini dikembangkan
dari beberapa literatur
yang membahas penyebab dan
dampak Diabetes mellitus. Memastikan
validitas i si, panduan wawancara
dinilai oleh dua
orang lulusan yang secara
khusus mengampu mata ajar
medikal bedah. Pertanyaan terbuka dalam
panduan wawancara memberikan batasan
yang fleksibel dalam wawancara dimana
partisipan didorong untuk mendiskusikan
topic yang berkaitan dengan penyebab
dan dampak penyakit. Ide-ide yang
muncul selama wawancara digunakan untuk
menciptakan diskusi yang mendalam dengan partisipan.
Dalam
penelitian ini pengumpul an data dan
analisa data berjalan
secara simultan. Baik dalam
pengumpulan data maupun analisa
data memerlukan
fleksibilitas. Setelah wawancara,
data ditranskripkan, kemudian dicari
kata kunci dan konsep
yang ada di
dalamnya. Data kemudian dikategorikan
sesuai i si. Selanjutnya transkrip
dibaca kembali untuk memastikan kesesuaian isi.
Kredibilitas dalam metodol ogi
ini dilakukan sepanjang pengumpulan
dan analisa data dengan
mengulang-ulang dan memvalidasi kata
kunci. Dan pada
akhir wawancara, peneliti menyimpulkan
hasil wawancara dan menanyakan kebenarannya pada partisipan. Penelitian ini menerapkan
metode triangulasi penyidi k, dimana
anggota tim yang
lain mengecek kebenaran data yang diperoleh.Data yang
telah diperoleh dilengkapi
oleh wawancara anggota tim
yang lain di
waktu yang berbeda.
Sebelum
penelitian dilakukan,
pertimbangan etik dilakukan
untuk melindungi hak-hak partisipan.
Persetujuan etik dan ijin
penelitian diperoleh dari pejabat
setempat. Seluruh partisipan mendapatkan penjelasan
secara lisan mengenai tujuan
penelitian. Tiap partisipan mengisi informed consent yang
didalamnya memastikan bahwa peneliti
akan menjaga kerahasiaan dan
anonimitas.
C.
Hasil
Penelitian
Jumlah partisipan
dalam penelitian ini sebanyak
7 orang. Karakteristik partisipan dapat dilihat dari
tabel di bawah ini.
A)
Persepsi
mengenai faktorfaktor penyebab penyakit.
Hasil
analisa data diperoleh ada
4 inti persepsi
penderita akan penyebab penyakit
diabetes dan ada 5
dampak utama dari penyakit tersebut.
Persepsi I:
Diabetes Melitus berkaitan erat
dengan apa dan bagaimana makanan yang dimakan
Ketika
ditanya apa yang menjadi
penyebab penyakit yang diderita, sebagian
besar percaya bahwa makanan
yang dimakan menjadi penyebab
utama. Karena menyakini bahwa
penyakit ini sangat berhubungan
dengan makanan yang dimakan,
maka salah seorang partisipan enyatakan
bahwa kekambuhan penyakit juga
karena makanan.
Persepsi ke II:
Munculnya penyakit berkaitan dengan stres
Tekanan kehidupan dikenali sebagai
pencetus terjadinya penyakit. Seorang
ibu juga menyatakan
bahwa kenaikan gulanya
disebabkan karena adanya masalah.
Persepsi III: Diabetes
terjadi karena ada faktor keturunan
Ada
dua yang menyatakan kalau penyakit
yang diderita karena ada
unsur keturunan. Sebagian
besar menyangkal, kalau ada
anggota keluarga sebelumnya yang
menderita penyakit ini.
Persepsi ke IV:
Olahraga yang tidak rutin dapat menyebabkan penyakit.
Beberapa
partisipan menyatakan kurang dan jarang olah raga.
Persepsi ke V:
Kelebihan berat badan.
Mayoritas partisipan
memiliki berat badan yang
seimbang, malahan cenderung kurus.
Namun beberapa menyatakan dahulu
mereka gemuk.
B)
Dampak
penyakit
Ketika
ditanya mengenai bagaimana dampak
penyakit terhadap kehidupan sehari
dan keadaan atau kesehatan sekarang
ini, partisipan memberikan jawaban
yang beragam. Dari jawaban
yang beragam, diperoleh 4 dampak.
Dampak I:
Tidak enak karena
muncul penyakit-penyakit yang
lain.komplikasi penyakit
Komplikasi penyakit
seperti penglihatan yang kurang
tajam merupakan hal terasa
dalam hari ke hari.
Begitu juga hilangnya
kepekaan pada perifer tubuh.
Partisipan pria ada yang mengeluhkan masalah impotensi.
Seorang
partisipan menyampaikan sejak
sakit diabetes, ia
sering kali tidak menyadari bila ada l uka, dan kemudian
luka itu
akan lama sekali
sembuh. Hasil observasi diperoleh
data seorang partisipan mengalami
luka di ibu
jari kaki. Kelihatan luka
itu sudah membaik. Kata
partisipan itu, ”liat
luka ini sudah dari
7 minggu yang
lalu, sekarang baru membaik...”
Dampak ke II: Penyakit
ini membuat hidupjadibergantung pada orang lain
Hampir
semua partisipan menyampaikan
bahwa mereka jadi
tergantung pada orang lain,
terutama bila harus ke luar rumah,misalnya pergi berobat.
Dampak ke III:
Sedih,mengapa sakit seperti ini.
Beberapa
menyatakan sedih karena penyakit ini.
Dampak ke IV:
Berjaga-jaga, harus selalu ada cadangan biaya untuk pengobatan.
D.
Pembahasan
jurnal
MenurutAyu dan Indirawati (2004),
prevalensi DM di
Indonesia sebesar 1,5-2,3%
pada penduduk usia
> dari 15
tahun meningkat menj adi 5,6%
pada tahun 1993.Di
Jakarta prevalensi DM
meningkat dari 1,7% pada
tahun 1982 menjadi
5,7% pada tahun 1993.
DM dapat menyerang
warga segala lapisan umur
dan sosial ekonomi, sebagian besar
DM adalah tipe
2 yang terjadi lebih
dari 90% biasanya
pada usia 40 tahun
keatas. Hal ini
dapat di perkuat dengan data
diatas bahwa hampir
semua penderita DM berumur antara 47-75.
Menurut
Isselbasher (2000) dan Sherwood
(2001), ada sejumlah
faktor risiko penyebab diabetes,
antara lain: obesitas, riwayat
keluarga mengidap diabetes (orang
tua, atau saudara kandung), berusia
lebih dari 45
tahun, kelompok etnis tertentu,
kehamilan, tekanan darah tinggi,
kadar trigliserida dalam darah
tinggi, kadar kolesterol
tinggi kurang aktivitas fisik
dan proses penuaan. Walaupun tidak
semua faktor risiko penyakit tersebut
dikemukakan oleh partisipan, namun
hampir semua persepsi akan penyebab penyakit sesuai.
Pola
makan menjadi utama, karena disampaikan
oleh hampir semua partisipan. Makanan
yang dikonsumsi diyakini menjadi
penyebab penyakit dan meningkatnya gula
darah. Perubahan diet,seperti
mengkonsumsi makanan tinggi lemak
menjadi penyebab terjadinya penyakit diabetes,
terutama di daerahdaerah
(DucSon, Kusama, Hung,
Loan, N. dkk, 2004).
Menurut Godam (
2006) dan Brunner (2001)
menyatakan bahwa diabetes mellitus
adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme
di dalam tubuh dikarenakan ketidakmampuan bagian tubuh
membuat atau menyuplai
hormon insulin yang menyebabkan
terjadinya peningkatan gula darah
melebihi nilai normal.
Melihat
bagaimana para penderita mempersepsikan penyebab
penyakitnya, maka menjadi tanggungjawab
pemberi pelayanan kesehatan untuk
menjelaskan bagaimana proses penyakit
ini terjadi. Persepsi partisipan
ini akan dibawa
dan diajarkan kepada keluarga
dan keturunannya. Dengan mengetahui
proses perjalanan penyakit partisipan
akan dapat menjelaskan dengan
lebih baik, karena secara
langsung mengalami tanda
dan gejala penyakit. Olah raga perlu ditekankan mengingat penelitian
terkait membuktikan bahwa dengan
olah raga teratur
dapat memperlambat progresivitas penyakit. Plotnikoff, Brez,
dan Hotz, (2000)
menggali faktor-faktor yang mendorong
para penderita berolah raga.
Hasil yang diperoleh bahwa
tingkat keparahan penyakit dan
status ekonomi tidak berhubungan dengan
perubahan perilaku berolah raga
penderita diabetes, melainkan dorongan
dan motivasi dari
dalam diri penderitanya. Oleh
karena itu dukungan dan
penjelasan tenaga kesehatan
sangat diperlukan.
Dampak
yang dialami oleh partisipan akibat
penyakit diabetes adalah sedih.
Menurut Snoek dan
Skinner (2002), depresi merupakan
dampak psikologis utama yang
diantara penderita diabetes. Etiologi depresi
yang dialami belum
jelas, diduga faktor psikologi
dan psikososial berperan di
dalamnya. Depresi yang
terjadi dikaitkan dengan pengobatan
yang terus menerus sepanjang
hidup, serta meningkatnya risiko komplikasi
akibat penyakit, khususnya penyakit kardiovaskular dan
retinopati. Kesedihan yang disampaikan
oleh partisipan i ni
besar kemungkinan berkaitan dengan
hal ini juga, ditambah
biaya pengobatan dan ketergantungan dengan
orang lain terus meningkat.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Tinjauan
Teori
1. Pengertian
Diabetes melitus adalah sindrom kelainan
metabolisme karbohidrat yang ditandai hiperglikemia kronik akibat defek pada
sekresi insulin dan atau inadekuatnya fungsi insulin. Diabetes melitus tipe-2
adalah kelompok DM akibat kurangnya sensitifitas jaringan sasaran (otot,
jaringan adiposa dan hepar) berespon terhadap insulin. Penurunan sensitifitas
respon jaringan otot, jaringan adiposa dan hepar terhadap insulin ini,
selanjutnya dikenal dengan resistensi insulin dengan atau tanpa
hiperinsulinemia.Faktor yang diduga menyebabkan terjadinya resistensi insulin
dan hiperinsulinemia ini adalah adanya kombinasi antara kelainan genetik,
obesitas, inaktifitas, faktor lingkungan dan faktor makanan.
Diabetes
Melitus adalah gangguan sistem
endokrin yang dikarakteristikkan oleh
fluktuasi kadar gula darah
yang abnormal, biasanya berhubungan dengan
defect produksi insulin dan
metabolisme glukosa
(Dunning, 2003). DM
disebabkan oleh hiposekresi atau
hipoaktivitas dari insulin. Saat
aktivitas insulin tidak
ada atau berkurang (deficient),
kadar gula darah meningkat karena
glukosa tidak dapat masuk
ke dalam sel
jaringan (Black & Hawk, 2005).
Eksplorasi,
disebut juga penjelajahan atau pencarian,adalah tindakan mencari
atau melakukan penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu.
Persepsi :merupakan suatu proses yang
didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu
melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara
individu dengan dunia luarnya.Persepsi merupakan stimulus yang di indera oleh
individu, di organisasikan kemudian di interpretasikan sehingga individu
menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera.
2. Penyebab
1. Faktor
keterunan
2.
Kegemukan / obesitas
3.
Tekanan darah tinggi
4. Level
kolesterol yang tinggi
5.
Gaya hidup modern yang cenderung mengkonsumsi makanan instan
6. Merokok
dan stres
7. Terlalu
banyak mengkonsumsi karbohidrat
8. Kerusakan
pada sel pankreas.
3. Patofisiologi
Pada manusia bahan bakar itu berasal
dari bahan makanan yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (
gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak).
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya
ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari karbohidrat
dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi
asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk
dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai energy. Supaya berfungsi
sebagai energy zat makanan itu harus diolah, dimana glukosa dibakar melalui
proses kimia yang menghasilkan energy yang disebut metabolisme. Dalam proses
metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam
sel yang digunakan sebagai bahan bakar ( FKUI, Depkes, WHO, 2004)
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi
dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa
ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu di metabolismekan menjadi
tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dapat masuk ke sel dengan akibat
glukosa akan tetap berada didalam pembuluh darah yang artinya kadarnya didalam
darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini badan akan menjadi lemah karena
tidak ada sumber energy di dalam sel. Inilah yang terjadi pada diabetes
mellitus tipe 1.
4. Klasifikasi Diabetes Melitus
Ada beberapa tipe Diabetes Melitus yang berbeda.
Penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya.
Klasifikasi Diabetes Melitus yang utama adalah:
a.
Diabetes Melitus Tipe 1 :
diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM)
Kurang dari 5-10% penderita mengalami diabetes
yang tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pancreas yang
dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses
autoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan
kadar gula darah.
b.
Diabetes Melitus Tipe 2:
diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non – Insulin Dependent Diabetes
Melitus/NIDDM)
Kurang dari 90-95% penderita mengalami diabetes
tipe 2, yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin. Diabtes tipe 2 terjadi
akibat penurunan sensitifitas insulin ( retensi insulin). Sebagian besar
penderita diabetes tipe 2, obat oral tidak mengendalikan keadaan hyperglikemia.
Sebagian penderita diabetes tipe 2 dapat mengendalikan diabetesnya dengan diet,
latihan, obat hypoglikemia oral dan mungkin memerlukan penyuntikan insulin
dalam periode stress fisiologi akut seperti sakit atau pembedahan.
5. Tanda dan gejala diabetes
a.
Kelainan kulit seperti gatal dan bisul. Biasanya, bagian tubuh yang terasa
gatal adalah daerah genital atau daerah lipatan kulit,seperti ketiak bawah
payudara dan pelipatan paha.
b.
Katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa akibat
akibat hiperglikemia
c.
Kelainan ginekologi,seperti keputihan yang di akibatkan adanya jamur candida
dan kelainan pola haid.
d.
Impotensi pada laki-laki
e.
Kesemutan dan mati rasa (baal) pada jari tangan dan kaki yang di akibatkan
neuropati.
6. Pengobatan Diabetes Melitus
1. latihan jasmani
2. Obat-obatan
3. Penyuluhan
B. Kaitan jurnal dengan teori
Penyakit DM sering menimbulkan komplikasi berupa
stroke, gagal ginjal, jantung, nefropati, kebutaan dan bahkan harus menjalani
amputasi jika anggota badan menderita luka gangren (Annisa,2004). Selain
terjadi komplikasi, DM juga dapat menimbulkan dampak sosio ekonomi penderita,
karena DM menimbulkan beberapa kerugian yang digolongkan menjadi kerugian
langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung meliputi biaya
perawatan gawat darurat, opname, pelayanan-pelayanan medis, rawat jalan
penderita, pembedahan, obat-obatan, uji laboratoris serta biaya peralatan.
Kerugian tidak langsung mencakup kematian prematur, kehilangan hari kerja yang
mengakibatkan hilangnya pendapatan dan penghasilan, pembayaran asuransi,
kerugian perorangan serta hal-hal yang tidak bisa dihitung seperti rasa nyeri
dan penderitaan (Price, 1994).
Karena menyakini bahwa penyakit ini sangat berhubungan
dengan makanan yang dimakan, maka salah seorang partisipan menyatakan bahwa kekambuhan
penyakit juga karena makanan.Komplikasi penyakit seperti penglihatan yang
kurang tajam merupakan hal terasa dalam hari ke hari. Begitu juga hilangnya
kepekaan pada perifer tubuh. Partisipan pria ada yang mengeluhkan masalah
impotensi.
Hal ini bisa disimpulkan jika seseorang makan mempunyai
gaya hidup dengan pola makan tertentu pada suatu hari maka akan sedikit banyak
akan berpengaruh terhadap gula darahnya, apalagi jika makanan yang dia konsumsi
tersebut banyak mengandung gula tanpa diimbangi dengan gaya hidup yang baik,
misalnya berolah raga rutin. Olah raga menurut Heled, Shapiro, Shani, Moran,
Langzam dkk (2002), terbukti mencegah dan memperlambat progresivitas diabetes.
Melihat bagaimana para penderita mempersepsikan
penyebab penyakitnya, maka menjadi tanggungjawab pemberi pelayanan kesehatan
untuk menjelaskan bagaimana proses penyakit ini terjadi.Persepsi partisipan ini
akan dibawa dan diajarkan kepada keluarga dan keturunannya. Dengan mengetahui
proses perjalanan penyakit partisipan akan dapat menjelaskan dengan lebih baik,
karena secara langsung mengalami tanda dan gejala penyakit. Olah raga perlu
ditekankan mengingat penelitian terkait membuktikan bahwa dengan olah raga
teratur dapat memperlambat progresivitas penyakit.Plotnikoff, Brez, dan Hotz,
(2000) menggali faktor-faktor yang mendorong para penderita berolah raga. Hasil
yang diperoleh bahwa tingkat keparahan penyakit dan status ekonomi tidak berhubungan
dengan perubahan perilaku berolah raga penderita diabetes, melainkan dorongan
dan motivasi dari dalam diri penderitanya. Oleh karena itu dukungan dan
penjelasan tenaga kesehatan sangat diperlukan.
Dampak yang dialami oleh partisipan akibat penyakit
diabetes adalah sedih. Menurut Snoek dan Skinner (2002), depresi merupakan
dampak psikologis utama yang diantara penderita diabetes.
Etiologi depresi yang dialami belum jelas, diduga
faktor psikologi dan psikososial berperan di dalamnya. Depresi yang terjadi
dikaitkan dengan pengobatan yang terus menerus sepanjang hidup, serta
meningkatnya risiko komplikasi akibat penyakit, khususnya penyakit
kardiovaskular dan retinopati. Kesedihan yang disampaikan oleh partisipan ini
besar kemungkinan berkaitan dengan hal ini juga, ditambah biaya pengobatan dan
ketergantungan dengan orang lain terus meningkat.
C. Kelebihan dari jurnal
1.
Jurnal ini membahas tentang
peningkatan penyakit Diabetes Melitus yang selalu meningkat.
2.
Menjelaskan tentang persepsi
Masyarakat mengenai faktor faktor penyebab penyakit Diabetes Melitus.
3.
Membahas tentang dampak penyakit
terhadap kehidupan sehari dan keadaan
atau kesehatan sekarang
ini.
4.
Membahas tentang DM biasanya
menyerang usia 40 tahun ke atas dan dapat menyerang warga segala lapisan umur
dan sosial ekonomi.
D. Kekurangan dari jurnal
1.
Tidak memberikan contoh pantangan
makanan atau diet yang harus di hindari dan di konsumsi secara langsung.
2.
Tidak memaparkan pengobatan yang di
berikan kepada penderita penyakit Diabetes Melitus.
3.
Tidak menjelaskan definisi metode
penelitian Desain deskriptif kualitatif.
4.
Tidak menjelaskan olahraga bagi
penderita Diabetes Melitus yang harus di lakukan secara rutin.
5.
Tidak menjelaskan kompliikasi
penyakit Diabetes Melitus.
BAB IV
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1.
Menganjurkan menghindari diet tinggi kolestrol,
teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat
vasokontriksi.
2.
Menganjurkan Kepeda masyarakat yang menderita penyakit Diabetes Melitus
untuk melakukan olahraga secara rutin dan teratur.
3.
Penyuluhan terhadap
penderita DM sangat penting, karena penyakit ini menahun dan progresif.
Prinsipnya meningkatkan kualitas hidup penderita.
4.
Keberhasilan terapi DM
sangat ditentukan oleh peranan pasien dalam mengontrol dan merawat dirinya
sendiri. Melalui edukasi pasien akan mengetahui bagaiman usahanya sendiri
atau peranannya dalam membantu terapi dokter.
5.
Meluruska persepsi
masyarakat yang salah tentang penyakit Diabetes Melitus
6.
Olahraga harus
disesuikan dengan kondisi penderita.
7.
Salah satu
peran perawat dalam masyarakat adalah sebagai edukator.Peran perawat sebagai
edukator dalamruang lingkup komunitas berhubungan dengan kegiatan mendidik,
mengarahkan dan mengawasi pembelajaran yang diberikan kepada masyarakat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus atau kencing manis
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula dalam darah
(hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif.
Persepsi
penderita mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit
DM adalah karena
pola makan dan makanan
yang dikonsumsi, tekanan kehidupan,
keturunan, dan kurang olah
raga. Dampak yang
diakibatkan oleh penyakit ini
adalah komplikasi penyakit seperti neuropati,
retinopati, impoten. Dampak yang
lain adalah sedih, ketergantungan pada
orang lain meningkat. Penelitian
lebih lanjut perlu dikembangkan untuk
menggali apakah ada hubungan
antara persepsi penyebab penyakit dan keberhasilan terapi.
B. Saran
Bagi penderita diabetes melitus atau kencing manis
sebaiknya menjaga pola makan dan diet agar kadar gula dalam darah bisa
terkontrol dengan baik. Selain menjaga pola makan dan diet penderita DM juga
bisa menggunakan kombinasi obat anti diabetes seperti metformin dengan
glibenclamid untuk mengetahui efek penurunannya terhadap kadar gula darah.
DAFTAR
PUSTAKA
Albertus,
Jacobus dan djokomoedjanto, R. 2003.
Status Mineral Seng
dan Magnesium Pada Diabetes Mellitus Tipe2 .
Bagian Penyakit Dalam FK-UNDIP/
RSUP dr. Karyadi, Semarang.
Annisa,
2004, Komplikasi diabetes. T erdapat dalam: http://annisaalaboratories.com/komplikasi/diabetes, diakses
2 Maret 2008.
Arikunto,
2002, Prosedur penelitian
suatu pendekatan praktik edisi
revisi V cetakan 12, PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Dahlan, 2005,
Besar sampel dalam penelitian kedokteran
dan kesehatan, Jakarta: Arkans.
DeSantis, L. dan
Ugarriza, D. N.
2000, The Concept of
Theme as Used
in Qualitative Nursing Research.
Western
Journal of Nursing Research , 22(3),351-372. Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas, 2006, Profil
Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun
2006, Pemerintah Kabupaten Banyumas.
Dinas
Kesehatan Prop. Jawa T
engah, 2005, Profil kesehatan
provinsi Jawa tengah 2004,
T erdapat dalamhttp://www.dinkesjateng.org/profil2005/bab4.htm, diakses
7 Maret 2008.
Duc Son, Kusama
K, Hung, N.T .
K, V an Chuyen, N.,
2004, Prevalence and risk
factors for diabetes
in Ho Chi Minh
City , Vietnam, Diabetic Medicine, 21, 371–376 Green, E.
C. 2001, Can
Qualitative Research Produce Reliable Quantitative Findings?
Field Methods, 13(1),3–19.
Harrison,
2000, Prinsip-prinsip ilmu penyakit
dalam, Edisi 13.
Jakarta : EGC.
Heled,
Shapiro, Shani, Moran,
Langzamdkk. 2002, Physical
exercise prevents the development
of type 2 diabetes mellitus
in Psammomys obesus, Am
J Physiol Endocrinol Metab, 282: E370-E375.
Irwan,
2007, Kadar Faktor
V on Willebrand pada Penderita
DM Tipe 2 T erkendali dan tak T erkendali yang
Dipantau dengan HbA
1c. Y ogyakarta; Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
T erdapat dalam diakses tanggal 7 Maret 2008.
Isselbasher
et al, 2000.
Prinsip – prinsip ilmu penyakit dalam, Jakarta: EGC.
Jones M.L.
2004, Application of systematic
review methods to
qualitative research:
Practical issues, Journal of
Advanced Nursing, 48(3),
271–278.
Lely S, Md
Ayu, dan Indirawati
T . (2004), Pengaruh Kadar
Glukosa Darah Y ang T erkontrol
T erhadap Penurunan Derajat Kegoyahan Gigi Penderita
Diabetes Melitus Di Rumah
Sakit Persahabatan Jakarta. Badan
Litbangkes , Jakarta.
Moleong,
Lexi, 2006, Metode
Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mulhall,
A., 2003, In
the field: notes
on observation in qualitative
research, Journal of Advanced
Nursing, 41(3), 306–313
Notoatmojo,
S, 2003, Metodologi penelitian kesehatan edi si
revisi , PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Plotnikoff,
R.C., Brez, S.,
dan Hotz, S.B., 2000,
Exercise Behavior in a
Community Sample With
Diabetes: Understanding the
Determinants of Exercise Behavioral
Change, The Diabetes Educator;
26; 450.
Price, S., 1994, Patofisiologi: Konsep
klinis proses-proses
penyakit, Jilid 2, Edisi4. Jakarta. EGC.
Sandelowski,
M Barroso, J,
2003, dan Writing the
Proposal for a Qualitative
Research Methodology
Project. Qualitative Health Research , 13(6),781-820.
Sherwood,
L, 2001,. Fisiologi
Manusia Edisi 2; dari
Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Smeltzer,
C.S., 2002, Keperawatan Medikal-Bedak volume2.
Jakarta: EGC.
Snoek dan Skinner
(2002) Psychological
counselling in problematic diabetes: Does
it help? Diabetic Medicine,19, 265–273 Wibudi, A.
2004. Emosi, Kunci
Vitalitas Penderita DM dan
Komplikasi DE, terdapat dalam
www. Kompas.com diakses tanggal
17 Juli 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar