HAERUL
ANWAR
NIM
:KP.12.00867
KELAS :B1
Email
:haerulanwar_stikeswh@yahoo.co.id
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2014
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar....................................................................................
Daftar Isi............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................
a. Latar Belakang.....................................................................................
BAB II
INTISARI................................................................................
a. Pendahuluan.....................................................................................................
b. Metode Penelitian.............................................................................................
c. Hasil Penelitian..................................................................................................
BAB III
PEMBAHASAN....................................................................
a. Tinjauan Teori.....................................................................................................
1.
Pertumbuhan
Anak......................................................................................
2.
Perkembangan
Anak.....................................................................................
b. Kaitan Jurnal Dengan Teori...............................................................................
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN..................................................
BAB V
KESIMPULAN...........................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................
LAMPIRAN
1. Jurnal Asli
|
ii
1
1
4
4
4
5
11
11
13
13
14
17
18
19
|
Kata Pengantar
Dengan Mengucap syukur kehadirat Allah SWT. yang hanya
dengan rahmat serta petunjuk-nya, penulis berhasil menyelesaikan tugas analisa jurnal dengan judul
“ DAMPAK PENGGUNAAN MODUL TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN
KETRAMPILAN KELUARGA DALAM MENSTIMULASI TUMBUH KEMBANG BAYI ”. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Keperawatan Anak.
Dalam penulisan ini
tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kapada yang
terhormat :
1. Ibu Yuli Ernawati,S.Kep.,Ns yang telah memberikan tugas dan
kesempatan kepada kami untuk
membuat dan menyusun makalah ini.
2. Serta semua pihak
yang telah membantu dan memberikan masukan serta nasehat hingga tersusunnya
makalah ini hingga akhir.
Karena keterbatasan
ilmu dan pengalaman, penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan serta penulisan analisa jurnal ini.
Oleh karena itu kritik dan saran yang berkaitan dengan penyusunan analisa jurnal ini akan penulis terima dengan senang hati
untuk menyempurnakan penyusunan dan penulisan tersebut.Semoga analisa jurnal yang berjudul “ Dampak Penggunaan Modul Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan
Keluarga Dalam Menstimulasi Tumbuh Kembang Bayi” ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Yogyakarta, 12 April 2014
Haerul Anwar
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara teratur,saling
berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai konsepsi sampai dewasa (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Peristiwa pertumbuhan ditandai dengan
perubahan tentang besarnya, jumlah, ukuran di dalam tingkat sel, organ maupun
individu. Sedangkan peristiwa perkembangan pada anak dapat terjadi pada
perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial,
emosional, dan intelektual (Hidayat, 2005). Aspek-aspek perkembangan yang dapat
dipantau antara lain motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa,
serta sosialisasi dan kemandirian (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2009).
Berdasarkan
Standar Pelayanan Minimal Provinsi Jawa Tengah bahwa angka cakupan deteksi dini
tumbuh kembang anak balita dan prasekolah mengalami peningkatan dari 52,10%
pada tahun 2004 menjadi 53,44% tahun 2005 dan 65% tahun 2006. Walaupun
demikian, cakupan tersebut masih di bawah target yang diharapkan, yaitu lebih
dari atau sama dengan 70% (Dinkes Provinsi Bali, 2011).
Berdasarkan Sensus Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2011, jumlah anak usia dini (0-6 tahun) sebanyak 26,09 juta, dari jumlah
tersebut, 12,6 juta di antaranya berusia 4-5 tahun dan sekitar 384.800 orang
(3,05%) anak mengalami keterlambatan perkembangan (Badan Pusat Statistik, 2010).
Jumlah anak usia dini (0-6 tahun) tahun 2011 di Provinsi bali sebanyak 25.130
orang dari jumlah tersebut sebanyak 13.010 orang (51,8%) orang di antaranya berusia antara 4-5 tahun dan
sekitar 1.054 orang (8,1%) anak mengalami keterlambatan perkembangan, di
Kabupaten Baadung dilaporkan jumlah balita tahun 2011 sebanyak 8.859 orang dari
jumlah tersebut, 5.224 orang (51,8%) di antaranya berusia 4-5 tahun dan
sebanyak 365 orang (6,9%) anak mengalami keterlambatan perkembangan (Dinkes
Provinsi Bali, 2010).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 17
sampai dengan 22 Maret 2012 di Kumara Sari, Banjar Guming, Desa
Penarungan Wilayah Kerja Puskesmas Sempidi jumlah anak usia pra sekolah (umur 4-5 tahun)
sebanyak 45 orang. Dari 10 orang tua yang diwawancarai didapatkan data lima
anak (50%) belum mau bermain dengan teman sebayanya, takut keluar rumah
sendirian dan masih ditunggui saat sekolah, dua anak (20%) belum mengenal 3-4
warna, satu anak (10%) belum bisa menyusun balok dan dua anak (20%) belum bisa memakai
baju dan celana sendiri serta bila kencing atau buang air besar masih dibantu
karena tidak bisa melakukan sendiri.
Penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa stimulasi
mempunyai hubungan yang signifikan dengan perkembangan anak dilaukan oleh Adriana
Kurniawati (2002) yang meneliti tentang hubungan
pengetahuan dan sikap ibu dalam menstimulasi tumbuh kembang anak dengan
kemampuan motorik usia 1-3 di Desa Kauman Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu
dalam menstimulasi tumbuh kembang anak dengan kemampuan motorik usia 1– 3 tahun
dengan nilai signifikansi 0,003 (p=0,003<0,05).
Kebijakan kependudukan
dan program pembangunan sosial dan ekonomi yang
dilaksanakan Indonesia selama tiga dekade yang lalu
telah berhasil menurunkan angka kelahiran dan kematian sehingga mampu
menghambat laju pertumbuhan penduduk dari 2,3% pada periode 1971-1980 menjadi
1,4% per tahun pada periode 1990-2000. Walaupun demikian, jumlah penduduk Indonesia
masih akan terus bertambah. Di daerah yang pertumbuhan penduduknya telah
menurun, terjadi perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan
penurunan proporsi anak-anak usia di bawah 15 tahun disertai dengan peningkatan
pesat proporsi penduduk usia kerja dan peningkatan proporsi penduduk usia
lanjut (lansia) secara perlahan.Sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan
penduduknya masih tinggi, proporsi penduduk usia 0-14 tahun masih besar
sehingga memerlukan investasi sosial dan ekonomi yang besar pula untuk
penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan.
Saat
ini setiap tahunnya terjadi kelahiran sekitar 4,5 juta
bayi. Bayi-bayi ini akan berkembang dan mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai
dengan peningkatan usianya. Pada saat ini dari 100 persen anak-anak yang masuk
sekolah dasar, 50% diantaranya tidak dapat melanjutkan ke jenjang sekolah
yang lebih tinggi setelah lulus SMP. Mereka akan putus sekolah dan
menuntut pekerjaan padahal tidak mempunyai ketrampilan yang memadai. Sempitnya
lapangan kerja membuat para pemuda-pemudi putus sekolah menciptakan
pekerjaannya sendiri di sektor informal.
Perkembangan anak memerlukan
rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan,
sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan
anak (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Apabila anak yang
mengalami kekurangan dalam stimulus maka akan mengalami deprivasi perseptual,
yaitu anak terhambat dalam perkembangannya, retardasi (keterbelakangan) dan
gangguan-gangguan perkembangan. Misalnya, usia anak lima tahun, dengan
kurangnya stimulus-stimulus tersebut maka dalam perkembangannya terlihat
seperti anak usia tiga tahun. Peranan stimulasi tersebut akan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, salah satu faktor yang terpenting adalah faktor ibu atau
pengasuh tetap, karena ibu atau pengasuh tetap yang menentukan berhasil atau
hanya lewat saja perkembangan anak (Baraja, 2007).
Stimulasi tersebut dapat dilakukan
oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti
ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan
rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2009).
BAB II
INTISARI
A.
Pendahuluan
Seorang anak sebagai individu, untuk
mencapai dewasa harus melampaui beberapa fase perkembangan. Setiap fase
perkembangan mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dilakukan (Hurlock,
1980).Kegagalan dalam menyelesaikan tugas
perkembangan ini, dapat mempengaruhi perkembangan pada fase berikutnya, sehingga dapat
menimbulkan gangguan.
Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi tumbuh
kembang pada anak diantaranya adalah
faktor keluarga.Kemampuan keluarga dalam
melakukan
stimulasi tumbuh kembang
sangat
pengaruhi oleh
tingkat pengetahuan dan ketrampilan
yang
dimiliki
oleh keluarga terutama ibu. Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, harus dilakukan
stimulasi Pertumbuhan dan
perkembangan sejak sedini mungkin, yaitu dimulai dari
tahun
pertama kehidupan
anak
pada usia 0-12 bulan.
Perawat perlu memberikan penjelasan yang akurat tentang stimulasi tumbuh kembang,
sejauhmana manfaat dari stimulasi yang diberikan, hal-hal yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak, bagaimana orang tua harus bersikap dan sebagainya.
Penjelasan
ini akan sangat bermanfaat bagi orang tua sehingga
orang tua dapat melaksanakan
peran dan
fungsinya,
sehingga fungsi keluarga dalam
hal
perawatan kesehatan akan berkembang dengan optimal, serta fungsi keluarga yang lainnya tidak
akan
terganggu (Hanson & Boyd, 1996).
B.
Metode
Penelitian
Desain penelitian dengan menggunakan quasi experiment two group design .pre dan
post test. .Quasi Experimental
Design merupakan
pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini
mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design.
Quasi Experimental Design digunakan karena pada kenyataannya sulit
medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Pretest-Posttest Control Group Design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Dan Posstest-Only Control Design Dalam desain ini terdapat dua
kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi
perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut
kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok
kontrol. Responden penelitian
ini
sebanyak 35 ibu-ibu
yang memiliki anak usia bayi dan bertempat tinggal diwilayah Puskesmas Kalibagor Kabupaten
Banyumas yang
memenuhi kriteria inklusi. Cara pengambilan sampel dengan quota sampling. Quota sampling (penarikan
sample secara jatah) .Teknik sampling ini dilakukan dengan atas dasar jumlah
atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian
adalah subjek yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan
data.
Responden dibagi menjadi 2 kelompok; 18
responden sebagai kelompok
intervensi dan 17
responden sebagai kelompok kontrol.Waktu pelaksanaan penelitian ini
berkisar 3 bulan (September
sampai dengan Nopember 2006). Departemen Kesehatan RI. (1991).
Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan instrumen
penelitian yang dibuat sendiri oleh peneliti dan modul stimulasi tumbuh kembang yang digunakan diadaptasi dari Pedoman Stimulasi
Perkembangan Anak, Panduan Untuk Keluarga, Depkes RI tahun 1999.
C.
Hasil
Penelitian
Kebutuhan stimulasi atau upaya merangsang
anak untuk memperkenalkan
suatu pengetahuan ataupun
ketrampilan baru ternyata sangat penting dalam peningkatan kecerdasan anak.
Stimulasi pada anak dapat
dimulai sejak calon bayi berwujud janin, sebab janin
bukan
merupakan makhluk yang
pasif.
Di dalam kandungan, janin sudah dapat bernapas, menendang, menggeliat, bergerak,
menelan, menghisap jempol, dan
lainnya.
Pada umur 0-3 bulan stimulasi dilakukan
dengan mengupayakan rasa nyaman, aman, dan menyenangkan, yaitu dengan memeluk,
menggendong, menatap mata bayi, mengajak Selain itu, membunyikan berbagai suara atau musik bergantian, menggantung dan
menggerakkan benda berwarna mencolok, benda-benda berbunyi, menggulingkan bayi ke
kanan-kiri, tengkurap-telentang, serta bayi
dirangsang untuk meraih dan memegang mainan. Umur 3-6 bulan stimulasi ditambah dengan bermain "cilukba". Bayi dirangsang untuk tengkurap, telentang, bolak- balik, serta duduk. Umur 6-9 bulan, bayi diajak bersalaman, dipanggil
namanya, dan bertepuk tangan. Anak dibacakan dongeng, dirangsang duduk, dan dilatih berdiri berpegangan. Umur 9-12 bulan anak diajar
menyebut mama-papa atau ibu- ayah, kakak, memasukkan mainan ke
wadah,
minum dari gelas,
menggelindingkan
bola, dilatih
berdiri, dan berjalan
dengan berpegangan
tersenyum,dan berbicara.
Tabel 1. Karakteristik responden untuk
kelompok intervensi di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor tahun 2006.
Kelompok
|
Karakteristik
|
Uraian
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
Jumlah
|
||
Intervensi
|
Usia Ibu
|
15-20 tahun
|
1
|
5,5
|
18
|
||
21-25 tahun
|
4
|
22,2
|
|||||
26-30 tahun
|
6
|
33,3
|
|||||
31-35 tahun
|
6
|
33,3
|
|||||
36-40 tahun
|
1
|
5,5
|
|||||
Pendidikan
|
SD
|
7
|
38,8
|
18
|
|||
SMP
|
5
|
27,7
|
|||||
SMA/SMK/SMEA
|
6
|
33,3
|
|||||
Pelatihan
|
0kali
|
10
|
55,5
|
18
|
|||
1kali
|
8
|
44,4
|
|||||
2 kali atau lebih
|
0
|
0
|
|||||
Jumlah anak
|
1-2 orang
|
14
|
77,7
|
18
|
|||
3-4 orang
|
4
|
22,2
|
|||||
Usia Anak
|
1-6
|
Bulan
|
8
|
25,8
|
31
|
||
7-12
|
Bulan
|
6
|
19,4
|
||||
1-5
|
Tahun
|
7
|
22,6
|
||||
6-10
|
Tahun
|
7
|
22,6
|
||||
11-15 tahun
|
2
|
6,4
|
|||||
16-20 tahun
|
1
|
3,0
|
|||||
Berdasarkan tabel 1 dapat
dilihat prosentase terbesar untuk karakteristik usia pada kelompok intervensi
berada pada rentang 21-25 tahun dan 26-30 tahun yaitu 33, 3% untuk
masing-masing kategori. Untuk tingkat pendidikan 38, 8 % memiliki tingkat
pendidikan SD dan 55, 5% belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan tentang
stimulasi tumbuh kembang untuk anak. Jumlah anak sebesar 77, 7% memiliki anak
berkisar 1-2 orang Usia anak yang dimiliki prosentase terbesar berada pada
rentang 1-6 bulan yaitu sebesar 25, 8%.
Tabel 2. Karakteristik
responden untuk kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor tahun
2006.
Kelompok
|
Karakteristik
|
Uraian
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
Jumlah
|
|
Kontrol
|
Usia ibu
|
15-20 tahun
|
0
|
0
|
17
|
|
21-25 tahun
|
2
|
11,8
|
||||
26-30 tahun
|
9
|
52,9
|
||||
31-35 tahun
|
4
|
23,5
|
||||
36-40 tahun
|
2
|
11,8
|
||||
Pendidikan
|
SD
|
8
|
47
|
17
|
||
SMP
|
5
|
29,4
|
||||
SMA/SMK/SMEA
|
3
|
17,6
|
||||
S1
|
1
|
5,8
|
||||
Pelatihan
|
0 kali
|
9
|
52,9
|
17
|
||
1 kali
|
5
|
29,4
|
||||
2 kali atau lebih
|
3
|
17,6
|
||||
Jumlah anak
|
1-2 orang
|
13
|
76,5
|
17
|
||
3-4 orang
|
4
|
23,4
|
||||
Usia Anak
|
1-6
|
bulan
|
7
|
21,8
|
32
|
|
7-12
|
bulan
|
10
|
31,2
|
|||
1-5
|
tahun
|
3
|
9,3
|
|||
6-10
|
tahun
|
6
|
18,7
|
|||
11-15 tahun
|
3
|
9,3
|
||||
16-20 tahun
|
2
|
6,2
|
||||
21-25 tahun
|
1
|
3,1
|
Berdasarkan tabel 2 dapat
dilihat prosentase terbesar untuk karakteristik usia pada kelompok intervensi
berada pada rentang 26-30 tahun yaitu 52, 9% untuk masing-masing kategori.
Untuk tingkat pendidikan 47 % memiliki tingkat pendidikan SD dan 52, 9% belum
pernah mengikuti kegiatan pelatihan tentang stimulasi tumbuh kembang untuk
anak. Jumlah anak sebesar 76, 5% memiliki anak berkisar 1-2 orang. Usia anak
yang dimiliki prosentase terbesar berada pada rentang 7-12 bulan yaitu sebesar
31, 2% .
Tabel 3. Distribusi
rata-rata pengetahuan dan ketrampilan untuk menstimulasi tumbuh kembang bayi
pada kelompok intervensi di wilayah kerja Puskesmas Kalibagor tahun 2006.
No
|
Variabel
|
Mean
|
SD
|
SE
|
p Value
|
N
|
||||||||||||
1
|
Pengetahuan
|
|||||||||||||||||
Pre test
|
17.6667
|
.90749
|
.21390
|
.003
|
18
|
|||||||||||||
2
|
Post test
|
18.6111
|
.50163
|
.11824
|
||||||||||||||
Ketrampilan
|
||||||||||||||||||
Pre test
|
72.3889
|
8.33235
|
1.96395
|
.126
|
18
|
|||||||||||||
Post test
|
74.1111
|
7.19386
|
1.69561
|
|||||||||||||||
Rata-rata pengetahuan stimulasi tumbuh kembang bayi
untuk kelompok intervensi pada saat pre
test didapatkan nilai rata-rata 17.6667
dengan standar deviasi 0.90749.Sedangkan pengukuran pengetahuan pada
saat post test didapatkan nilai rata-rata 18.6111 dengan standar deviasi
0.50163.
Rata-rata
ketrampilan untuk menstimulasi tumbuh kembang bayi pada saat pre test
didapatkan nilai rata-rata 72.3889 dengan standar deviasi 8.33235. Sedangkan
pengukuran ketrampilan pada saat post test didapatkan nilai rata-rata 74.1111
dengan standar deviasi 7.19386.
Tabel 4. Distribusi rata -rata pengetahuan dan ketrampilan untuk
menstimulasi tumbuh kembang bayi pada kelompok kontrol di wilayah kerja
Puskesmas Kalibagor tahun 2006.
No
|
Variabel
|
Mean
|
SD
|
SE
|
p Value
|
N
|
|||||||||
1
|
Pengetahuan
|
||||||||||||||
Pre test
|
17.4118
|
1.17574
|
.28516
|
.031
|
17
|
||||||||||
2
|
Post test
|
18.2941
|
.77174
|
.18718
|
|||||||||||
Ketrampilan
|
|||||||||||||||
Pre test
|
70.4706
|
8.14031
|
1.97432
|
.107
|
17
|
||||||||||
Post test
|
74.2353
|
4.50735
|
1.09319
|
Rata-rata pengetahuan stimulasi tumbuh kembang bayi
untuk kelompok kontrol pada saat pre test didapatkan nilai rata-rata 17.4118 dengan standar
deviasi 1.17574.Sedangkan pengukuran pengetahuan pada saat post test didapatkan
nilai rata-rata 18.2941 dengan standar deviasi 0.77174.
Rata-rata ketrampilan untuk
menstimulasi tumbuh kembang bayi pada saat pre test didapatkan nilai rata-rata
70.4706 dengan standar deviasi 8.14031. Sedangkan pengukuran ketrampilan pada
saat post test didapatkan nilai rata-rata 74.2353 dengan standar deviasi
4.50735.
Adanya perbedaan yang
signifikan untuk pengukuran pengetahuan pada saat pre test dan post test pada
kelompok intervensi dan kontrol dimungkinkan adanya pemberian informasi pada
saat awal pertemuan dengan kedua kelompok yaitu berupa penyuluhan stimulasi
tumbuh kembang anak usia 0-12 bulan dengan media LCD, pemberian modul atau buku
panduan stimulasi tumbuh kembang yang dapat digunakan dan dibaca untuk kelompok
intervensi pada saat dirumah. Pemberian informasi ini, tentunya akan
meningkatkan pengetahuan ibu dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Tidak adanya perbedaan yang
signifikan untuk pengukuran ketrampilan menstimulasi tumbuh kembang bayi pada
saat pre test dan post test pada kelompok intervensi dan kontrol dimungkinkan
responden pada kelompok intervensi 33,8% dengan tingkat pendidikan SMA, sedangkan
responden untuk kelompok kontrol 17,6% juga berlatarbelakang pendidikan SMA.
Responden yang telah mengikuti pelatihan stimulasi tumbuh kembang anak sebanyak
1 kali sebesar 44,4% untuk kelompok intervensi dan 29,4% untuk kelompok
kontrol. Tentunya dengan latar belakang pendidikan dan pelatihan yang diperoleh
, akan tahu dan mampu memahami materi stimulasi tumbuh kembang bayi.
Dalam penelitian ini
responden sejak awal pre test sudah memiliki kemampuan ketrampilan yang baik,
dilatarbelakangi dengan pendidikan dan pelatihan yang pernah diperoleh . Selain
itu, berdasarkan karakteristik responden didapatkan data usia anak yang
dimiliki untuk rentang 0-12 bulan pada kelompok intervensi sebesar 35,2% dan
kelompok kontrol sebesar 53%.
Hasil uji Lavene
untuk pengetahuan didapatkan nilai p 0.039, hal ini menunjukkan varians
pengetahuan untuk kelompok intervensi dan kontrol berbeda. Hasil uji statistic
dengan T independent untuk pengetahuan dengan varian yang berbeda pada
kedua kelompok didapatkan nilai p 0.164. Hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan rerata pengetahuan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Sedangkan untuk ketrampilan,
hasil uji Lavene menunjukkan nilai p 0.320, hal ini menunjukkan
varian kelompok intervensi dan kontrol adalah sama. Hasil uji statistic dengan
uji T independent untuk ketrampilan dengan varian yang sama didapatkan
nilai p 0.952. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
rerata ketrampilan pada kelompok intervensi dan kontrol.
Tidak adanya perbedaan
antara rerata pengetahuan dan ketrampilan pada kelompok yang diberikan modul
dengan kelompok yang tidak diberikan modul stimulasi tumbuh kembang
dimungkinkan latar belakang pendidikan sebagian SMA yaitu 33,8% pada kelompok
intervensi dan 17.6% pada kelompok kontrol. Pelatihan stimulasi tumbuh kembang
anak juga sebagian responden telah mengikutinya yaitu 44.4% pada kelompok
intervensi dan 29.4% pada kelompok kontrol. Jangkauan informasi dari berbagai
media massa juga memungkinkan peningkatan pengetahuan pada kelompok kontrol, walaupun tidak diberikan
modul.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Tinjauan
Teori
Istilah tumbuh kembang sebenarnya
mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 2000).
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil berinteraksi dengan lingkungannya (Kania, 2006).
a.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara umum terdapat dua faktor utama
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu:
1) Faktor
genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat
bawaan anak tersebut. Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang
diturunkan dari orang tuanya (Kania, 2006).
2) Faktor
lingkungan
Yang
dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini
lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang
sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh
kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembangnya
(Kania, 2006).
a) Faktor
lingkungan pranatal
Faktor
lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan. Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh
pada tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir. Antara lain gizi ibu pada waktu hamil,
mekanis, toksik atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan
anoksia embrio (Soetjiningsih, 2000).
b) Faktor
lingkungan posnatal
Bayi baru lahir
harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian
besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada
kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan post natal yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak secara umum dapat
digolongkan menjadi (Soetjiningsih, 2000):
1. Lingkungan
biologis.
2. Lingkungan
fisik
3. Faktor
psikososial
4. Faktor
keluarga dan adat istiadat.
b. Ciri-ciri
dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses
tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan.
Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut (Rusmila, 2008):
1) Perkembangan
menimbulkan perubahan. Perkembangan
terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf.
2) Pertumbuhan
dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap
anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan
sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan
kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat.
Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
3) Pertumbuhan
dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan
mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4) Perkembangan
berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada
saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat,
bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
5) Perkembangan
mempunyai pola yang tetap. Perkembangan
fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a. Perkembangan
terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota
tubuh (pola sefalokaudal);
b.
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak
halus (pola proksimodistal).
6) Perkembangan
memiliki tahap yang berurutan. Tahap
perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.
Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu
mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri
sebelum berjalan dan sebagainya.
1. Pertumbuhan Anak
Tumbuh
adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh sedangkan perkembangan
adalah bertambahnya fungsi organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya untuk perkembangan yang normal
diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi. Sebuah
organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel jaringan yang mengalami
proliferasi atau hiperplasia dan hipertrofi. Pada awalnya organ ini masih
sederhana dan fungsinya pun belum sempurna. Dengan bertambahnya umur atau
waktu, organ tersebut berikut fungsinya akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
seorang anak memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan
antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak untuk berbagai proses
biologis termasuk untuk tumbuh (Harahap, 2004).
Periode
pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam kandungan ibu sampai umur 2
tahun disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui periode
kritis ini maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”, artinya walaupun
anak dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-kembangnya tidak bisa
dikembalikan ke kondisi potensialnya (Buku saku gizi, 2010).
2.
Perkembangan Anak
Perkembnagan (development) adalah bertambahnya kemapuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2000).
Perkembangan
merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuntitatif,
melainkan kualitatif. Jadi perkembangan
itu adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun
secara mental sejak
berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses
perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses
belajar dari waktu ke waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu
dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya
seorang anak yang beranjak
menjadi dewasa akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya.
Perkembangan Anak
(Perkembangan
Fisik, Perkembangan
Motorik, Perkembangan Kognitif, Perkembangan Psikososial) – Periode ini
merupakan kelanjutan dari masa bayi (lahir – usia 4 th) yang ditandai
dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik dan kognitif (perubahan dalam
sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta diikuti oleh perubahan –
perubahan yang lain (Administrator, 2010).
Deteksi
dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara
berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari
perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan
anak adalah:
1. Gerakan
motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan
motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa
(kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan).
4. Kepribadian/tingkah
laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya).
B. Kaitan Jurnal Dengan Teori
Pada aspek perkembangannnya, anak juga harus mendapatkan stimulasi
agar dapat berkembang sesuai tahap perkembangannya. Menurut Frankenburg et
al. (1981 dalam Soetjiningsih, 1995; Williams, 2004; Wong, 2003) terdapat 4
aspek untuk menilai perkembangan anak,
yaitu gerak motorik kasar, gerak motorik halus, bahasa dan personal
sosial. Depkes RI (2007) menjelaskan
bahwa untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan pada bayi 0-6 bulan di tingkat pelayanan dasar adalah dengan
menggunakan kuesioner pra skrining
perkembangan (KPSP) dan tes daya dengar (TDD).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, orang tua khususnya ibu,
merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi seorang bayi. Peran seorang
ibu sangat penting, terutama sebagai agen kesehatan bagi anak dan keluarga
dalam upaya memenuhi kebutuhan asah, asuh, asih pada bayi. Oleh karena itu,
setiap ibu yang memiliki bayi memerlukan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang benar serta memiliki
kepercayaan diri yang tinggi tentang hal
tersebut. Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan memiliki tanggung jawab
untuk mempromosikan kesehatan keluarga dan anak, menyediakan layanan pada klien
yang meliputi dukungan, pendidikan kesehatan dan pelayanan keperawatan yang
dapat berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu
dalam merawat bayinya (Mercer, 2006).Mercer (2006) juga mengemukakan bahwa
keperawatan adalah profesi yang dinamis dengan tiga fokus utama yaitu promosi
kesehatan, mencegah kesakitan dan menyediakan layanan keperawatan bagi yang
memerlukan untuk mendapatkan kesehatan yang optimal serta penelitian untuk memperkaya
dasar pengetahuan bagi pelayanan keperawatan. Selain itu, keperawatan juga merupakan
profesi kesehatan yang berinteraksi kuat dan mendukung wanita dalam pencapaian peran sebagai agen kesehatan
bagi anak dan keluarganya.
Teori keperawatan Maternal Role Attainment (MRA) dapat digunakan
sebagai kerangka konseptual penelitian dalam meningkatkan peran ibu dan percaya
diri ibu dalam merawat bayi (Russel, 2006; Meighan, 2006). Berdasarkan hal
tersebut, maka penelitian ini menjadikan
teori keperawatan sebagai dasar
pemikiran. Teori keperawatan MRA merupakan salah satu dari teori middle
range yang dikembangkan oleh Ramona T. Mercer, yang berfokus pada ibu dalam mengembangkan
perannya sebagai seorang ibu agar lebih
percaya diri dalam melakukan perawatan anak-anaknya, melalui upaya
pemberian pendidikan kesehatan (penkes) oleh perawat (Mercer, 2006;Mercer dan
Walker, 2006). Beberapa asumsi yang mendasari teori ini adalah 3+ karakteristik
ibu, percaya diri ibu, status kesehatan bayi dan hasil akhir berupa status tumbuh
kembang bayi (Mercer, 2006).
Berdasarkan pengamatan di lapangan masih banyak ditemukan praktek
pengasuhan bayi yang kurang kaya akan upaya stimulasi. Untuk itu
diperlukan penkes yang dapat merubah
perilaku ibu melalui pengetahuan, sikap,
kemampuan, dan kepercayaan diri yang
tinggi dalam merawat bayi khususnya dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi.
Beberapa studi menunjukkan bahwa penkes
memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan pengetahuan dan kemampuan
praktek dalam merawat bayi (Bhandari et al.,2004; Butz et al.,
2005; Piwoz et al., 2005; Schlickau et al., 2005; Hasyam, 2007;Harisawati,
2008). Salah satu pendekatan teori belajar yang digunakan dalam pendidikan
kesehatan adalah teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura.
Modelling merupakan konsep dasar
dari teori belajar sosial yang fokus akhirnya adalah mewujudkan kemampuan diri seseorang melalui upaya peningkatan atensi, retensi, reproduksi dan motivasi
selama proses belajar berlangsung (Hall & Lindzey, 1985). Melalui
pendidikan kesehatan dengan pendekatan modelling
inilah, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi ibu dalam merawat bayi terutama dalam
menstimulasi tumbuh kembang bayi.
BAB IV
IMPLIKASI
KEPERAWATAN
Salah satu peran perawat dalam masyarakat adalah sebagai edukator.Peran
perawat sebagai edukator dalamruang lingkup komunitas berhubungan dengan
kegiatan mendidik, mengarahkan dan mengawasi pembelajaran yang diberikan kepada
masyarakat. Anak prasekolah merupakan anggota komponen masyarakat yang berada
dalam masa perkembangan usia dini. Salah satu aspek perkembangan anak usia dini
adalah perkembangan kemandirian.Perawatan dan pendidikan merupakan rangsangan
dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam perkembangan kemandirian anak.
Sumber rangsangan dapat berasal dari lingkungan eksternal anak seperti sekolah
dan keluarga. Ibu merupakan orang yang paling berpengaruh bagi perkembangan
anak usia dini di lingkungan keluarga. Untuk mengoptimalkan perkembangan kemandirian
anak prasekolah, perlu diadakan pembelajaran tentang pola stimulasi kemandirian
dan perkembangan kemandirian kepada ibu maupun pihak sekolah.
BAB V
KESIMPILAN
Rata-rata pengetahuan
tentang stimulasi tumbuh kembang bayi pada saat pre test dan post test untuk
kelompok intevensi terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai p =0.003,
sedangkan untuk rata-rata ketrampilan pada saat pre test dan post tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai p =0.126. Pada kelompok kontrol
didapatkan rata -rata pengetahuan tentang stimulasi tumbuh kembang bayi pada
saat pre test dan post test terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai
p=0,031, sedangkan untuk tingkat ketrampilan tidak terdapat perbedaan pada saat
pre test dan post test dengan nilai p=0.107.
Hasil uji statistic dengan T
independent untuk pengetahuan dengan varian yang berbeda pada kedua
kelompok didapatkan nilai p 0.164, hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan rerata pengetahuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Hasil uji statistic dengan uji T independent untuk ketrampilan dengan
varian yang sama didapatkan nilai p 0.952, hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara rerata ketrampilan pada kelompok intervensi
dan kontrol.
Walaupun rerata pengetahuan
dan ketrampilan antara kelompok yang diberikan modul dan tidak diberikan modul
tidak signifikan atau tidak ada perbedaan, akan tetapi pemberian penyuluhan
kesehatan tentang stimulasi tumbuh kembang bayi berdampak terhadap hasil
pengukuran pre test dan post test pada kedua kelompok, meskipun untuk
ketrampilan tidak demikian. Hal ini menunjukkan pemberian informasi akan meningkatkan
pemahaman responden tentang stimulasi tumbuh kembang pada bayi.
Penelitian ini perlu
ditindaklanjuti dengan studi kualitatif dengan fokus grup diskusi untuk
menggali secara lebih dalam pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam melakukan
stimulasi tumbuh kembang pada anak. Penelitian ini juga dapat dikembangkan
dengan melibatkan faktor-faktor yang dimungkinkan mempengaruhi pengetahuan dan
ketrampilan keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang anak dengan jumlah
sampel yang lebih luas lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2004), Stimulasi
dan Nutrisi untuk Bayi (on -line), Terdapat pada (http://www.
orienta.co.id/ kesehatan/ beritasehat /detail.php?id, 14 Oktober 2004).
Anonim (2006)-, Stimulasi
dari “Cilukba” (on line), Terdapat pada
(http://www.kompas.com/kompas-cetak/0308/14/inspirasi/490255.htm,
14 April 2006).
Departemen Kesehatan RI.
(1991). Pedoman Stimulasi Perkembangan Anak, Panduan Untuk Keluarga,
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hanson, SMH and Boyd, ST
(1996). Family Health Care Nursing: Theory Practice and
Research, Philadelphia: CV Mosby Company.
Hurlock, EB. (1980).Sijabat
RM.penerjemah. Development Psychology: A Life Span Approach, Edisi
5, Jakarta: Erlangga.
Kozier and Erb. (2000). Fundamental
of Nursing; Consept,Prosess & Practice, 4 th,
Philadelphia: CV. Mosby Company.
Marlow, DR and Redding, BA.
(1988).The Textbook of Pediatric Nursing. Philadelphia: WB
Saunders Company.
Notoadmojo,S (2003). Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan,Jakarta: Renneka Cipta.
Pootter and Perry. (1997). Fundamental
of Nursing: Consept, Process and Practice, Forth edition, St. Louis:
CV Mosby Company.
Siroj., RA., Cara
Seseorang Memperoleh Pengetahuan dan Implikasinya Pada Pembelajaran
Matematika (on-line), Terdapat pada (http://www.
depdiknas.go.id/Jurnal/43/rusdy-a-siroj.htm).
Wong, DL. (2001). Essential
of Paediatric Nursing. St.Louis: CV Mosby Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar