Kata Pengantar
Dengan Mengucap
syukur kehadirat Allah SWT. yang hanya dengan rahmat serta petunjuk-nya,
penulis berhasil menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Retardasi Mental”. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Keperawatan Anak.
Dalam penulisan ini
tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kapada yang terhormat
:
1. Ibu Andri Purwandari,S.Kep.,Ns yang telah memberikan tugas dan
kesempatan kepada kami untuk
membuat dan menyusun makalah ini.
2. Serta semua pihak
yang telah membantu dan memberikan masukan serta nasehat hingga
tersusunnya makalah ini hingga akhir.
Karena keterbatasan
ilmu dan pengalaman, penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah dan Askep
ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang berkaitan dengan penyusunan makalah dan Askep ini akan penulis
terima dengan senang hati untuk menyempurnakan penyusunan makalah dan Askep tersebut.
Semoga makalah dan Askep yang berjudul “Retardasi Mental” ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.
Yogyakarta,
Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar.................................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................
a. Latar Belakang.......................................................................................................
b. Tujuan....................................................................................................................
BAB II
TINJAUAN TEORI....................................................................................
a. Definisi..................................................................................................................
b. Etiologi...................................................................................................................
c. Manifestasi Klinis..................................................................................................
d. Klasifikasi..............................................................................................................
e. Pathway..................................................................................................................
f. Komplikasi.............................................................................................................
g. Prognosis................................................................................................................
h. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................
i.
Pengkajian
Fokus...................................................................................................
j.
Penatalaksanaan....................................................................................................
1.
Farmakologi....................................................................................................
2.
Non
Farmakologi.............................................................................................
BAB III ASUHAN
KEPERAWATAN....................................................................
a. Pengkajian...............................................................................................................
b. Diagnosa yang mungkin muncul.............................................................................
c. Manajemen
Keperawatan.......................................................................................
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................
a. Kesimpulan..............................................................................................................
b. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
|
i
ii
1
1
1
2
2
3
5
6
9
10
11
12
13
13
13
14
16
16
18
19
20
20
2o
21
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Retardasi mental merupakan masalah dunia
dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka
kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan hampir
3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak
bias dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan,
bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 %
dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan
ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak
dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam
taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10
sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan.Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema,
sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis,
pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.
B.
Tujuan
Untuk meningkatkan kualitas pengetahuan
perawat serta meningkatkan kualifikasi perawat dalam praktiknya nanti. Sehingga
perawat dapat menjalankan tugas dalam praktiknya sesuai dengan prosedur yang
aman dan kompeten.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Terdapat berbagai definisi mengenai
retardasi mental. Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental
adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter CH (dikutip) dari Toback C
), mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar
dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas keemampuan yang dianggap
normal. Menurut Crocker AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat
fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian
perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly
Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental bila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Fungsi intelektual umum dibawah normal
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif
sosial
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan
yaitu dibawah usia 18 tahun.
Fungsi
intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya
dinyatakan sebagai suatu taraf
kecerdasan atau IQ (intelegence Quotient).
IQ adalah
MA / CA x 100 %
MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari
hasil test
CA = Chronological Age, umur berdasarkan
perhitungan tanggal lahir
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah
normal yaitu apabila IQ dibawah 70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan
sekolah biasa, karena cara berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan
daya ingatnya lemah, demikian pula dengan pengertian bahasa dan hitungannya
juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku
adaptif sosial adalah kemampuan seeorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan
mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya.
Pada penderita retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol
adalah kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakatsekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak sesuai
dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa
perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul
setelah umur 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain
sesuai dengan gejala klinisnya.
B.
Etiologi
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dariretardasi mental. Untuk menetahui
adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan
multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial
berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft
LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) di bawah ini :
Faktor-faktor yang potensial
sebagai penyebab retardasi mental
1. Non – organik
a.
Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis.
b.
Faktor sosiokultural.
c.
Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik.
d.
Penelantaran
anak
2. Organik
a.
Faktor Prakonsepsi.
§ Abnormalitas
single gen (penyakit- penyakit metabolik).
§ Kelainan
kromosom
b.
Faktor Pranatal
1.
Gangguan pertumbuhan otak trimester I
§ Kelainan
kromosom (trisomi, mosaik, dll).
§ Infeksi
intrauterin, misalnya TORCH, HIV.
§ Zat-zat
teratogen (alkohol, radiasi, dll)
§ Disfunsi plasenta
§ Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
2.
Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
§ Infeksi
intrauterin, misalnya TORCH, HIV
§ Zat-zat
teratogen (alkohol, kokain,logam berat, dll)
§ Ibu :
diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
§ Toksemia gravidarum
§ Disfungsi plasenta
§ Ibu
malnutrisi
c.
Faktor Perinatal
1.
Sangat prematur
2.
Asfiksia neonatorum
3.
Trauma lahir : perdarahan intra kranial
4.
Meningitis
5.
Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia
d.
Faktor Post natal
1.
Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
2.
Neuro toksin, misalnya logam berat
3.
CVA ( Cerebrovascular accident)
4.
Anoksia, misalnya tenggelam
5.
Metabolik
· Gizi buruk
· Kelainan hormonal, misanya hipotiroid
· Aminoaciduria, misalnya PKU ( phenyl
ketonuria)
· Kelainan metabolisme karbohidrat,
galaktosemia
· Polisakaridosis, misalnya sindrom
Hurler
· Cerebral lipidosis dengan
hepatomegali
· Penyakit degeneratif/ metabolik
lainnya
6.
Infeksi
· Meningitis, ensefalitis, dll
· Sub akut sklerosing panesefalitis
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan
sosial ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga
secara bertahap menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya maturasi.
Demikian pula pada keadaan sosial ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab
organik dari retardasi mental, misalnya keracunan logam berat yamg subklinik
dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, ternyata
lebih banyak anak-anak dikota dari golongan sosial ekonomi rendah.
C.
Manifestasi
Klinis
a.
Gangguan Kognitif
b.
Lambatnya ketrampilan dan bahasa
c.
Gagal melewati tahap perkembangan utama
d.
Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
e.
Kemungkinan tonus otot abnormal
f.
Terlambatnya perkembangan motorik halus
dan kasar
Sedangkan
gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retradasi Mental Ringan
Keterampilan
social dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun prasekolah. Tetapi
saat anak menjadi lebih besar, deficit koognitif tertentu seperti kemampuan
yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya
dari anak lain seusianya.
2. Retradasi Mental Sedang
Keterampilan
komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi social dirinya mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat
dideteksi lebih dini jika dibandingkan retradasi mental ringan.
3. Retradasi Mental Berat
Bicara anak
terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia prasekolah sudah nyata
ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin kemampuan bahasanya berkembang. Jika
perkembangan bahasanya buruk, bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang.
4. Retradasi Mental Sangat Berat
Keterampilan
komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi
perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi
seringkali masih membutuhkan perawatan orang lain.
Terdapat
ciri klinis lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi bagian dari gangguan
retradasi mental , yaitu hiperakivitas, toleransi frustasi yang rendah, agresi,
ketidakstabilan efektif , perilaku motorik stereotipik berulang, dan perilaku
melukai diri sendiri.
D.
Klasifikasi
Menurut
nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut
(dikutip dari Swaiman 1989):
Nilai IQ :
1. Sangat superior 130 atau lebih
2. Superior 120-129
3. Diatas rata-rata 110-119
4. Rata-rata 90-110
5. Dibawah rata-rata 80-89
6. Retardasi mental borderline 70-79
7. Retardasi mental ringan (mampu didik)
52-69
8. Retardasi mental sedang (mampu latih )
36-51
9. Retardasi mental berat 20-35
10. Retardasi mental sangat berat dibawah 20
Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe
ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe sedang mampu latih, sedangkan
retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan
seumur hidupnya. Bila ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi:
1. Tipe klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena
kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan
organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan
ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari
anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan
oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.
2. Tipe sosio budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karena begitu rnereka keluar sekolah, mereka dapat bermain
seperti anakanak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari
golongan sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini tidak melihat
adanya ketainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari
gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik
kelas. Pada urnumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan
retardasi mental ringan.
Klasifikasi
Menurut Page :
1. Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah
3 tahun)
2. Imbisil (IQ antara 20-50, umur mental
3-7,5 tahun)
3. Moron ( IQ 50-70, umur mental 7,5-10,5
tahun)
Tabel
Derajat Retradasi Mental
Derajat RM
|
IQ
|
Usia Prasekolah
(0-5 tahun)
|
Usia Sekolah
(0-21 tahun)
|
Usia Dewasa
(>21 tahun)
|
Sangat berat
Berat
Sedang
Ringan
|
<20
20-23
35-49
50-69
|
Retradasi jelas
Perkembangan motorik yang miskin
Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi,
ditangani dengan pengawasan sedang
Dapat mengembangkan keterampilan social dan
komunikasi, retradasi minimal
|
Beberapa Perkembangan motorik dapat berespon namun
terbatas
Dapat bicara atau berkomunikasi namun latuhan
kejujuran tidak bermanfaat
Latihan dalam keterampilan social dan pekerjaan
dapat bermanfaat, dapat pergi sendiri ketempat yang telah dikenal
Dapat belajar keterampilan akademik sampai ± kelas 6
SD
|
Perkembangan motorik dan bicara sangat terbatas
Dapat berperan sebagian dalam pemeliharaan diri
sendiri dibawah pengawasan ketat
Dapat bekerja sendiri tanpa dilatih namun perlu
pengawasan terutama jika berada dalam stress
Biasanya dapat mencapai keterampilan social dan
kejujuran namun perlu bantuan terutama bila stres
|
E.
Pathway Kelainan Kromosom
Disfungsi
Plasenta
Klainan Kongenital dari otak
Pranatal Infeksi : HIV
RETARDASI
MENTAL
|
Perinatal Sangat
prematur
Fungsi
intelektual Meningitis
umum di bawah Gangguan
Metabolisme
normal
(IQ < 70-75)
Postnatal Kelainan Genetik
Akibat
Rudapaksa /sbb fisik lainnya.
Infeksi
Gizi
buruk.
Gangguan Lambatnya Gangguan
melewati Terlambatnya
Kognitif Keterampilan tahap Tumbang Perkembangan
Dan
bahasa Motirk
kasar dan halus
Paralisis Defisit
Sensoris Gangguan Kejang
Serebral Psikiatrik
Gangguan Gangguan Resiko Gangguan Gangguan Defisit
Pertumbuhan Komunikasi Cidera Interaksi Proses perawatan
Sosial Keluarga Diri
F. Komplikasi
1.
Kelainan pada mata
a.
katarak
·
Sindrom Cockayne
·
Sindrom Lowe
·
Galactosemia
·
Sindrom Down
·
Kretin
·
Rubela pranatal
b.
Bintik Cherry-merah pada daerah makula
·
Mukolipidosis
·
Penyakit Niemann-Pick
·
Penyakit Tay-Sachs
c.
Korioretinitis
·
Lues kongenital
·
Penyakit sitomegalo virus
·
Rubela pranatal
d.
Kornea keruh
·
Lues kongenital
·
Sindrrom Hunter
·
Sindrom Hurler
·
Sindrom Lowe
2.
Kejang
a.
Kejang umum
tonik klonik
§ Defisiensi glikogen sinthetase
§ Hiperlisinemia
§ Hipoglikemia
b.
kejang pada masa
neonatal
§ arginosuccinic asiduria
§ hiperammonemia I dan II
§ laktik asidosis
c.
Kelainan kulit
§ Ataksia
–telengiektasia
§ Sindrom
Bloom
§ Tuberous
selerosis
d.
Kelainan Rambut
§ Rambut
rontok
§ Rambut cepat
memutih
§ Rambut halus
e.
Kepala
§ Mikrosefali
§ Makrosefali
§ Perawakan
pendek
§ Distonia
G. Prognosis
Retardasi
mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik.
Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan
retardasi mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit
kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang
normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah
kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.
Ø Pencegahan
1.
Imunisasi bagi anak dan ibu sebelum
kehamilan
2.
Konseling perkawinan
3.
Pemeriksaan kehamilan rutin
4.
Nutrisi yang baik
5.
Persalinan oleh tenaga kesehatan
6.
Memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga
7.
Pendidikan kesehatan mengenai pola hidup
sehat
8.
Program mengentaskan kemiskinan, dll
H. Pemeriksaan Penunjang.
Beberapa
pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental, yaitu dengan:
1.
Kromosomal Kariotipe
a.
Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b.
Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c.
Terdapat beberapa kelainan kongenital
d.
Genetalia abnormal
2.
EEG ( Elektro Ensefalogram)
a.
Gejala kejang yang dicurigai
b.
Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3.
CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic
Resonance Imaging)
a.
Pembesaran kepala yang progresif
b.
Tuberous sklerosis
c.
Dicurigai kelainan otak yang luas
d.
Kejang lokal
e.
Dicurigai adanya tumor intrakranial
4.
Titer virus untuk infeksi kongenital
a.
Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b.
Neonatal hepatosplenomegali
c.
Petechie pada periode neonatal
d.
Chorioretinitis
e.
Mikroptalmia
f.
Kalsifikasi intrakranial
g.
Mikrosefali
5.
Serum asam urat ( uric acid serum)
a.
Gout
b.
Sering mengamuk
6.
Laktat dan piruvat darah
a.
Asidosis metabolik
b.
Kejang mioklonik
I.
Pengkajian
Fokus
1.
Lakukan
pengkajian fisik
2.
Lakukan
pengkajian pengkajian
3.
Dapatkan riwayat
keluarga, terutama mengenai retardasi mental dan gangguan herediter dimana
retardasi mental adalah salah satu iwayat kesehatan jenisnya yang utama.
4.
Dapatkan riwayat
kesehatan untuk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma prenatal,perinatal atau
pascanatal atau cedera fisik.
5.
Bantu dengan tes
diagnostic mis., analisis kromosom, disfungsi metabolic, radiografi, tomografi,
elektroensefalografi.
6.
Lakukan atau
bantu dengan tes intelegensia –Standford Binet, Wechsler Intelegence Scale for
Children.
7.
Lakukan atau
bantu dengan tes perilaku adaptif Vineland Social Maturity Scale, American
Association of Mental Retardation Adaptife Behavior Scale.
8.
Observasi adanya
manifestasi dini dari retardasi mental: tidak responsive terhadap kontak,
kontak mata buruk selama menyusu, penurunan aktivitas spontan, penurunan
kesadaran terhadap suara atau gerakan peka rangsang, menyusu lambat.
J. Penatalaksanaan.
1)
Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu
bergerak, konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang
sering digunakan dalam bidang retardasi mentaladalah terutama untuk menekan
gejala-gejala hyperkinetik, misalnya :
·
Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
·
Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua
obat diatas dapat menimbulkan convulsi
·
Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan
gejala hyperkinetik
Ø Obat-obatan
untuk konvulsi :
§ Dilantin
dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala hyperkinetik,
gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir).
§ Phenobarbital
dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala hyperkinetik).
§ Cofein :
baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
Ø Obat-obatan
untuk menaikkan kemampuan belajar :
§ Pyrithioxine
(Encephabol, Cerebron).
§ Glutamic
acid.
§ Gamma amino
butyric acid (Gammalon).
§ Pabenol.
§ Nootropil.
§ Amphetamin
dsb.
2)
Non Farmakologi
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang
tuanya. Untuk anakyang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual,
psikoterapi kelompok dan manipulasi lingkungan(merubah lingkungan anak yang
tidak menguntungkan bagi anak tersebut). Walaupun tak akan dapatmenyembuhkan
keterbelakangan mental, tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat
diusahakanperubahan sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya.
Yang penting adalah adanyaketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari
pihak terapis (yang mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-koreksi
terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga
ketekunan dan kesadaran dalam merawatanak-anak dengan retardasi mental serta
melaporkan kepada dokter bila dalam observasi terdapattingkah laku anak maupun
orang tua yang negatif, merugikan bagi anak tersebut maupun lingkungannya(teman-teman
disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat
hubungan anak denganorang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat
sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan
anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orangtua anak dengan
retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah
sikaporang tua atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat
diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu.
Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya
untuk mengurangi sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena
ternyata banyak ibu lain yangmengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi
mental. Dengan demikian ibu dapatbersikap lebih realistik dan lebih dapat
menerima anaknya serta dapat merencanakan program yang baikbagi anaknya. Di
luar negeri social worker yang bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu
tersebut di atas.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Tanda dan gejala :
§ Mengenali sindrom seperti adanya DW atau mikrosepali
§ Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan indikator RM seperti anak RM
berat biasanya mengalami kegagalan perkembangan pada tahun pertama kehidupannya,
terutama psikomotor; RM sedang memperlihatkan penundaan pada kemampuan
bahasa dan bicara, dengan kemampuan motorik normal-lambat, biasanya terjadi
pada usia 2-3 tahun; RM ringan biasanya terjadi pada usia
sekolah dengan memperlihatkan kegagalan anak untuk mencapai kinerja yang
diharapkan.
§ Gangguan neurologis yang progresif
b.Tingkatan/klasifikasi RM (APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb,
1994)
1.Ringan ( IQ 52-69;
umur mental 8-12 tahun)
Karakteristik :
§ Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, tetapi terlambat dalam
kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll
§ Usia sekolah, dapat melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dengan
pendidikan khusus, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
§ Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan
menikah tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak
berpengaruh kecuali koordinasi.
2.Sedang (
IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun)
Karakteristik
:
§ Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama
bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
§ Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan,
perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tidak ada kemampuan membaca
dan berhitung.
§ Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi
dalam rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yang dikenal,
tidak bisa membiayai sendiri.
3. Berat ( IQ 20-25 s.d.
35-40; umur mental < 3 tahun)
Karakteristik :
§ Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan
komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat
dasar seperti makan.
§ Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan, memahami sejumlah
komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
§ Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan
berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan
gerak tubuh.
4. Sangat Berat ( IQ dibawah
20-25; umur mental seperti bayi)
Karakteristik :
§ Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi Sensorimotor minimal, butuh
perawatan total.
§ Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan
respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh
pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.
§ Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti
dengan kelainan fisik.
Klasifikasi Menurut
Page :
·
-Idiot (IQ dibawah 20; umur
mental dibawah 3 tahun)
·
-Imbisil (IQ antara 20-50,
umur mental 3-7,5 tahun)
·
-Moron ( IQ 50-70, umur
mental 7,5-10,5 tahun)
c.
Pemeriksaan Fisik
§ Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (batok kepala tidak
simetris).
§ Rambut : Pusarganda, rambut jarang / tidak ada, halus, mudah putus dan
cepat berubah
§ Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
§ Hidung : jembatan / punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung keatas, dll
§ Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/
melengkung tinggi.
§ Geligi : odontogenesis yang tidak normal.
§ Telinga : keduanya letak rendah; dll
§ Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia.
§ Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna
§ Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk
dan lebar, klinodaktil, dll
§ Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
§ Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
§ Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap / panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk.
d. Tumbuh
Kembang
1. Umur
1 tahun : dapat berbicara dua atau tiga kata yang sudah bermakna. Contoh
menirukan suara binatang, menyebutkan nama “papa”, “mama”.
Dalam berbicara 25 % kata-katanya tidak jelas dan kedengarannya tidak biasa
(unfimiliar).
2. Umur
2 tahun : dapat menggunakan 2 sampai 3 phrase serta memiliki perbendaharaan
bahasa kurang-lebih 300 kata, serta mampu menggunakan kata “saya”, “milikku”.
50 % kata-kata konteksnya masih belum jelas.
3. Umur
3 tahun : berbicara 4 hingga 5 kalimat serta memiliki sekitar 900 kata. Dapat
menggunakan kata siapa, apa, dan dimana dalam menanyakan suatu pertanyaan. 75 %
kata-kata dan kalimat jelas.
4. Umur
4-5 tahun ; memiliki 1500 – 2100 kosa kata. Dapat menggunakan grammar dengan benar terutama yang berhubungan dengan
waktu. Dapat menggunakan kalimat dengan lengkap baik, kata-kata, kata kerja,
kata depan, kata sifat maupun kata sambung. 100 % kata-kata sudah jelas dan
beberapa ucapan masih belum sempurna.
5. Umur
5 – 6 tahun ; memiliki 3000 kata, dapat menggabungkan kata jika, sebab, dan
mengapa.
B. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fungsi Kognitif
2. Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fungsi kognitif
3. Risiko cedera b.d. perilaku agresif / ketidakseimbangan mobilitas fisik
4. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /
kesulitana daptasi sosial
5. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM
6. Defisit perawatan
diri b.d. perubahan mobilitas fisik / kurangnya kematangan perkembangan
C. Manajemen Keperawatan
1. Intervensi
a. Kaji
faktor penyebab gangguan perkembangan anak
b. Identifikasi
dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang
optimal.
c. Berikan
perawatan yang konsisten
d. Tingkatkan
komunikasi verbal dan stimulasi taktil
e. Berikan
intruksi berulang dan sederhana
f.
Berikan reinforcement positif atas hasil yang
dicapai anak
g. Dorong anak melakukan perawatan sendiri
h. Manajemen
perilaku anak yang sulit
i.
Dorong anak melakukan sosialisasi dengan
kelompok
j.
Ciptakan lingkungan yang aman
2. Implementasi
§ Pendidikan
Pada Orangtua :
a. Perkembangan anak untuk tiap tahap usia
b. Dukung
keterlibatan orangtua dalam perawatan anak
c. Bimbingan
antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit
d. Informasikan
sarana pendidikan yang ada dan kelompok, dll
3. Evaluasi
a. Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya
b. Keluarga
dan anak mampu menggunakan koping thd tantangan karena adanya ketidakmampuan
c. Keluarga mampu mendapatkan sumber-sumber
sarana komunitas.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi
dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan
ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur
dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental.
Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena
adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita
retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar.
Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam
kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan.
Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu akibat infeksi, ruda paksa,
gangguan metabolisme, penyakit otak post natal, gangguan gizi yang berat dan
berlangsung lama sebelum umur 4 tahun, pengaruh penyakit pra natal yang tidak
jelas, kelainan kromosom, prematuritas, gangguan jiwa berat, deprifasi
psikososial.
B.
Saran
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, orang tua khususnya ibu,
merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Peran seorang
ibu sangat penting, terutama sebagai agen kesehatan bagi anak dan keluarga
dalam upaya memenuhi kebutuhan asah, asuh, asih pada anak.Perawat sebagai salah
satu profesi kesehatan memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan kesehatan
keluarga dan anak, menyediakan layanan pada klien yang meliputi dukungan,
pendidikan kesehatan dan pelayanan keperawatan yang dapat berkontribusi dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam merawat anak dengan
retardasi mental.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar